01

204 20 3
                                    

Happy reading ✨

Jangan lupa like sama komen ya teman-teman 🤍.

80
———

Pagi yang cerah telah tiba, Fajri yang masi di tempat tidurnya kemudian bangun dan mulai membersihkan dirinya sebelum berangkat ke sekolah.
Setelah selesai membersihkan dirinya ia mulai mengenakan seragam sekolahnya setelah itu ia mengambil ranselnya yang telah berisi buku mata pelajaran hari ini. Setelah dirasa lengkap Fajri mulai turun dari kamarnya dan melangkah menuju meja makan.
Dan sesampainya di meja makan hanya ada bi Surti yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.

"Eh Aden udah sipa ternyata, sini sarapan dulu bibi udah nyiapin sarapannya" ujar bi Surti.

Fajri tersenyum dan menganggukkan kepalanya lalu ia duduk di kursi yang tersedia di meja makan tersebut.

"Mama sama papa udah berangkat bi?" Tanya Fajri Kepada Bi Surti yang sedang menyiapkan sarapan untuknya.

"Tuan sama Nyonya udah berangkat tadi pagi sebelum Aden bangun" jelas Bi Surti.

Fajri hanya menghela nafasnya, Kapan ia bisa merasakan sarapan bersama kedua orangtuanya lagi?
Sepi selalu saja sepi jika ia akan sarapan yang ia harapkan ada canda tawa dan juga percakapan yang hangat di meja makan. Hanya hal sekecil itu tapi kenapa sangat susah untuk mewujudkannya?

"Aden ga papa?" Tanya Bi Surti yang menyadari perubahan raut wajah Fajri.

Fajri menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Sedetik kemudian Bi Surti mengusap lembut punggung milik Fajri.
"Aden jangan sedih, bibi tau Aden pengen banget kumpul sama tuan nyonya tapi mau bagaimana lagi den mereka lagi sibuk" ujar Bi Surti.

"Aji gak kuat bi. Aji kesepian kalau kaya gini terus" ujar Fajri lirih.

"Aden kuat, bibi tau itu. Jangan ngerasa sendiri gitu ya den, inget masi ada bibi disini yang siap dengerin cerita-cerita dari Aden" ujar Bi Surti lembut.

"Bi, Aji boleh peluk bibi?"

"Boleh banget" ujar Bi Surti.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Bi Surti Fajri langsung memeluk erat tubuh Bi Surti, yang bisa dibilang sudah seperti ibu kedua dari Fajri.
Tidak heran jika Fajri dan Bi Surti sangat dekat karena Bi Surti sudah bekerja di rumahnya selama kurang lebih 20 tahun. Jadi tidak heran jika Bi Surti mengetahui apa yang terjadi di rumah besar ini.

"Makasi bi, makasi udah selalu ada buat Aji selama ini" ujar Fajri di pelukan Bi Surti.

"Iya Aden, sama-sama. Itu udah jadi tugas bibi buat selalu menjaga Aden dan merawat Aden disini"

Setelah itu Fajri melepaskan pelukannya dan tersenyum kepada Bi Surti.
Ia merasa sangat beruntung karena ada Bi Surti disini, setidaknya dengan adanya Bi Surti ia bisa merasakan kasih sayang dari seorang ibu di usianya yang sekarang ini.

"Udah Aden lanjut makan dulu ya, bibi mau ke belakang dulu"

"Iya Bi" ucap Fajri dan mulai menyuapkan sarapannya.

Setelah itu Bi Surti meninggal Fajri sendirian di meja makan. Sejujurnya Bi Surti tidak pergi ke belakang melainkan ia tidak kuasa melihat Fajri yang rapuh seperti itu. Setiap hari ia pasti akan mendengarkan orangnya bertengkar belum lagi ia kurang kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya.
Memang dia sudah remaja tetapi bukan berarti dia tidak memerlukan kasih sayang orangtuanya bukan?

"Aden kuat, kuat banget bibi bangga sama Aden. Tetap bertahan ya, semoga suatu saat nanti tuan dan nyonya bisa kembali seperti dulu lagi dan gak terlalu maksa Aden buat mencapai sesuatu" ujar Bi Surti pelan.

Setelah itu barulah bi Surti pergi ke belakang.

———

Fajri telah berdiri di samping motor kesayangannya yang di belikan oleh kakeknya, ia sudah siap akan berangkat ke sekolah.

"Aji berangkat ya mang" ujar Fajri Kepada satpam yang ada di rumahnya.

"Iya den hati-hati" ujar Mang Udin. 

Setelah itu Fajri mulai menjalankan motornya meninggalkan area rumahnya dan pergi ke sekolah.
Saat perjalanan menuju sekolah ia terjebak macet sebentar, namun saat terjebak macet tersebut ia melihat interaksi yang harmonis antara seorang anak kecil dan orangtuanya yang sedang bercanda gurau di dalam mobil. Ia tersenyum kecut melihat hal itu. Jika ditanya, apakah dirinya iri dengan anak kecil itu? Jawabannya iya, dia sangat iri dengan anak itu.
Andai saja ia bisa memutar waktu mungkin ia akan kembali ke 4 tahun yang lalu, dimana keluarganya masi utuh dan juga harmonis itu.

"Ma, Pa, Aji kangen sama kalian yang dulu" lirihnya.

Setelah mengatakan hal itu akhirnya jalanan sudah tidak macet lagi, dan Fajri mulai menjalankan motornya lagi menuju ke sekolahnya.
Beberapa menit kemudian akhirnya Fajri sampai di sekolah setelah itu ia menaruh motonya di parkiran sekolah, setelah itu ia mulai berjalan menuju kelasnya dan dilihatnya sudah banyak siswa dan siswi yang berlalu lalang di koridor sekolah, begitupun dengan dirinya.
Sesampainya di depan kelasnya Fajri memasuki kelasnya dan menaruh ranselnya di atas mejanya setelah itu ia duduk di kursinya.
Kemudian ia menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Woi! Aji, masi pagi udah turu aja Lo" ujar Fiki salah satu sahabat Fajri.

"Tau nih, baru sekolah padahal. Ck, ck, sangat tidak pantas untuk ditiru ya guys ya" ujar Zweitson yang merupakan sahabat Fajri juga.

Sementara itu Fenly, hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan-ucapan dari sahabatnya itu.

Fajri yang mendengar ucapan dari kedua sahabatnya itu kemudian mengangkat kepalanya dan menatap kedua sahabatnya yang menganggu tidurnya itu.

"Gue ngantuk banget, kemarin gue cuma tidur bentar di rumah" kesal Fajri, memang benar adanya kemarin malamnya Fajri tidur pukul setengah 3 dini hari dan bangun pukul 5 pagi, waktu tidur yang tidak sehat bukan?

"Emang kenapa Lo, ada masalah?" Tanya Fiki.

Fajri tersenyum singkat dan menggelengkan kepalanya.
"Engga ada" ujarnya.

"Terkadang kita juga perlu cerita masalah kita, karena mendam masalah sendiri itu ga ada gunanya" ujar Fenly yang sendari tadi hanya diam.

"Bener kata Fenly, ya emang sih kalau cerita masalahnya ga akan selesai tapi seenggaknya kita bisa ngasi masukkan dan saran buat Lo" timpal Zweitson.

Fajri hanya tersenyum mendengar itu, kemudian ia hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Apa mungkin gue ceritain masalah ini sama mereka, untuk sekarang gue milih buat gue Pendem sendiri aja"

———

See you next chapter✨

FAJRI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang