03

110 12 1
                                    

Happy reading ✨

Jangan lupa vote sama komen ya teman-teman terimakasih 🤍.

———

"Huft, bosen banget" keluh Fajri, pasalnya sudah hampir 2 jam lamanya Fajri hanya duduk termenung di depan televisi yang menyala itu, entah apa yang dipikiran Fajri saat ini.

"Mama sama papa kapan pulang ya?" Monolog Fajri.

"Huh, pengen keluar tapi kalau keluar entar mama sama papa dateng mampus gue" keluhnya lagi.

Setelah itu Fajri menoleh ke foto yang terpajang disana lalu ia meraih foto tersebut dan mengelus lembut foto tersebut.
"Kakek nenek apa kabar disana? Kalian bahagia ya disana? Aji disini kesepian tau, mama sama papa sering berantem semenjak kakek sama nenek pergi, Aji jadi makin di kekang sama mereka. Aji capek nek, kek. Aji kangen sama kalian, Aji pengen ketemu sama kalian lagi, Aji pengen di peluk lagi sama kalian." Lirih Fajri, dan tanpa ia sadari air matanya sudah mulai menetes dan membasahi pipinya.

"Aji pengen ikut sama nenek kakek, tapi Aji masi pengen disini buat bisa raih apa yang Aji mau selama ini dan bikin Mama sama papa bangga sama Aji. Tapi Aji capek, Aji harus apa?"

"Yah, Aji cengeng banget ya, gitu aja nangis" ujarnya kemudian menghapus air matanya, dan tersenyum menatap foto kakek dan neneknya.

"Kakek, nenek, liat Aji dari atas ya. Bantuin Aji juga kalau Aji kesusahan. Aji sayang sama kalian" ujar Fajri memeluk erat foto tersebut.

Sesaat kemudian suara mobil masuk kedalam bagasi rumahnya mulai terdengar dan Fajri tau itu mobil papa dan mamanya. Fajri dengan cepat menaruh foto tersebut dan menghampus jejak air matanya.

Beberapa saat kemudian suara mobil masuk kedalam garasi rumahnya itu, dari suara mobilnya Fajri tau bahwa itu adalah mobil milik mamanya. Fajri yang semulanya duduk kemudian bergegas bangun dan beranjak ke pintu utama untuk membukakan pintu mamanya.

"Ma" panggil Fajri, saat mamanya melewatinya.

Mama Fajri menoleh dan tersenyum singkat. Lalu ia berhenti di hadapan Fajri


Fajri kemudian menyalimi tangan mamanya.
"Mama, kok mama ga pulang sama papa?" Tanya Fajri heran, karena ia bisa dibilang pertama kali melihat mama dan papanya tidak menaiki satu mobil yang sama.

"Aji, gimana tadi ada ulangan harian ga? Aji dapat nilai berapa? Mama yakin nilainya pasti bagus iya kan?" Ujar Nilam—mama Fajri. Justru mengalihkan topik pembicaraan dengan Fajri. 

Fajri yang mendengar ucapan namanya yang berbeda dengan apa yang ia tanyakan ia hanya tersenyum tipis.
Kemudian ia menghembuskan nafasnya pelan sejujurnya ia sangat tidak suka dan tidak ingin mendengar pertanyaan seperti itu.
"Engga ada ma" ujar Fajri seadanya.

"Yah, ga papa deh. Yang penting kamu harus giat belajar ya, supaya nilai kamu bagus dan mama ga malu deh kalau lagi cerita soal anak sama temen-temen mama" ujar Nilam, kemudian pergi meninggalkan Fajri sendirian di ruang tamu.

Fajri menatap kepergian Nilam, dan menatap sendu kepergian Nilam.

Bukan, bukan itu yang ingin didengar Fajri dari mamanya bukan itu. Fajri hanya ingin mamanya bertanya tentang hari ini, apa yang terjadi hari ini?, apakah hari ini menyenangkan atau tidak?, bagaimana hari ini?
B

ukan soal ulangan-ulangan itu.

"Mama kapan Aji bisa ngerasain kaya anak-anak diluar sana?" Monolog Fajri dan akhirnya kembali duduk di depan televisi menunggu kedatangan sang papa. Sekaligus ia juga ingin menanyakan hal yang sama seperti yang ia tanyakan kepada mamanya.

Beberapa saat kemudian suara mobil kembali terdengar dan Fajri yakin jika itu suara mobil milik papanya. Fajri tersenyum senang dan membukakan pintu untuk papanya masuk.
"Papa" ujar Fajri menyalimi tangan papanya.

Papa Fajri hanya tersenyum singkat.
"Kenapa?" Tanya Lukman—papa Fajri.

"Aji mau nanya mama sama papa kok tumben ga satu mobil ke kantornya?" Tanya Fajri lagi, berharap mendapatkan jawaban yang tepat.

"Aji, papa dengar dari teman papa katanya di sekolah kamu bakalan ada olimpiade matematika apa benar?" Tanya Lukman, sama seperti Nilam yang mengalihkan topik pembicaraan.

Tanpa sengaja Nilam mendengar ucapan dari Lukman kemudian ia berjalan kearah Fajri dan juga Lukman.
"Apa benar?" Tanya Nilam juga.

Fajri yang mendengar itu menghembuskan nafasnya berat dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
Untuk pertanyaan mengenai mama dan papanya dia rasa percuma untuk menanyakan hal itu lagi karena mereka tidak akan menjelaskan apa yang terjadi dan pastinya mereka mengalihkan pembicaraan.

Nilam dan Lukman tersenyum senang melihat respon dari Fajri.
"Aji, sebaiknya kita berbicara sambil duduk saja di sofa" ujar Lukman seraya menuntun Fajri.

Fajri merasa malas dan juga senang dengan ini. Malas karena sudah pasti Lukman dan Nilam akan menyuruhnya untuk ikut olimpiade itu agar mereka tidak malu jika berkumpul dengan teman-teman atau rekan kerja mereka jika membahas soal anak. Dan, senang karena ia mendapatkan perlakuan manis dari Lukman dan juga Nilam walaupun sementara.

"Jadi, benar ada olimpiade itu?" Tanya Lukman memastikan.

Lagi dan lagi Fajri hanya menganggukkan kepalanya.

Nilam dan Lukman yang melihat itu sedikit garam, mengapa Fajri tidak berbicara tetapi hanya menganggukkan kepalanya saja.
"Aji! Kalau ada yang bertanya sebaiknya kamu jawab bukan hanya menganggukkan kepala saja, ingat kamu ini tidak bisu" ujar Nilam.

"Benar seperti yang mama kamu bilang, kamu itu tidak bisu Aji kamu bisa bicara jadi apa gunanya kamu dikasi mulut tapi tidak mau menjawab pertanyaan dari papa sama mama" ujar Lukman setuju dengan perkataan Nilam.

Fajri hanya menundukkan kepalanya saja. Sakit. Sakit sekali rasanya ia haru mendengar kata-kata itu dari kedua orangtuanya, rasanya air mata Fajri sudah mau menetes karena itu tetapi ia berusaha kuat dan menahan itu.
"Maaf, ma, pa" ujar Fajri.

"Sudah, kita langsung ke intinya saja, Fajri apakah kamu mau ikut olimpiade itu?" Ujar Lukman to the point

"Pasti Aji mau kan?" Timpal Nilam.

See, tebakan Fajri tidaklah salah bukan? Fajri sudah yakin jika ini akan terjadi.
Perlahan Fajri mulai tersenyum kecut dan menatap kedua orang tuanya.
"Kalaupun Aji nolak mama sama papa pasti akan terus memaksa Aji bukan? Jadi tidak ada jawaban selain iya yang bisa Aji pilih" ujar Fajri.

Bukannya merasa bersalah Nilam dan Lukman tersenyum senang mendengar ucapan dari Fajri.
"Yasudah kalau begitu kamu istirahat dulu sana, mama mau nyiapin makan malam untuk nanti. Sepesial karena Aji mau mengikut olimpiade itu" ujar Nilam.

Ini sisi baiknya jika Fajri mengikuti olimpiade seperti itu, karena mamanya pasti akan memasakkan makanan kesukaannya.

"Iya ma, Aji ke kamar dulu ma, pa" ujarnya setelah itu meninggalkan Lukman dan Nilam disana.

———

Sesampainya di dalam kamarnya Fajri merebahkan dirinya di atas kasur miliknya, seraya menatap langit-langit kamarnya.

"Aji bukan robot"

———

Segitu dulu ya🤗

Maaf kalau misalnya kurang nyambung.

See you next chapter ✨

FAJRI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang