Si Tengil

59 34 37
                                    

Siapa dia? berani sekali dia mengatur dan mengejekku. Dasar si tengil !
-Sasa Gawinda

" Ibu dapat kabar dari Leo. Kamu pulang bareng sama dia?, "

Pertanyaan itu menyambut kedatangan Sasa, matanya melirik sekilas kearah ketiga orang yang sedang duduk di sofa bersama

" Iya, tapi sekarang dia udah pulang. " jawab Sasa dengan nada datar, sambil mengalihkan pandanganya lagi

" Neng Sasa, kenalin ini anak saya. Namanya Dewanggara, bagus kan namanya?, " ujar Dhe Ratih membuat gadis basah kuyup itu mendelik terkejut

" Dhe punya anak?, "

" Kok Sasa baru tau, katanya Dhe udah jadi janda, "

" Iya Neng, tapi janda anak satu. "

Sasa menatap sinis sekilas ke arah pemuda itu lalu kembali menghadap Dhe Ratih " Tapi dia pertama kali datang kesini, sebenarnya ada apa sih Dhe?, "

" Mulai sekarang Dewanggara tinggal sama kita, dia pindah ke sekolah kamu juga loh." bukan Dhe Ratih yang menjawab, tapi Afi. Membuat Sasa memunculkan wajah datarnya lagi

" Nama lengkap gue Satria Dewanggara juzael. Tapi, nama panggilan gue Angga. "

Sasa menaikkan satu alisnya, pemuda yang memiliki panggilan Angga itu mengajak dia bersalaman. Sasa membalasnya, akan tetapi baru saja ia berikan tangannya, langsung ia ulur balik

" Gue bakal jadi temen lo, "

" Apa?, " tanya Sasa. Dia sedikit tercengang mendengar ucapan Angga

" Gue bakal jadi temen lo, " ujar Angga tuk kedua kalinya

" Hm, semoga aja. "

Sasa melangkahkan kedua kakinya secara bergantian menuju ke kamarnya. Dirinya sudah merasa kedinginan dan tidak ingin basa-basi lagi, daripada dia masih ada disana dan ujung-ujungnya masuk angin

"Pemuda itu sama sekali ga mirip dengan Dhe Ratih... "

|
|
|
|
|

Salah satu hal konyol yang menjadi kebiasaan Sasa adalah membaca novel sambil berdiri dikamarnya. Biasanya orang-orang akan mencari posisi yang pas dan nyaman untuk membaca, namun berbeda dari gadis itu. Bahkan saat Sasa berdiri, ia masih bisa mengelilingi setiap sudut kamarnya berkali-kali sampai ia merasa bosan

" Gua ga bisa ngeresapin isi novel kalau model bacanya kayak gitu. "

Sasa melipat kedua tangannya saat mengetahui ada seseorang yang berani membuka pintu kamar tanpa seizinnya

" Apa ini bermasalah sama diri lo sendiri?, apa ini merugikan buat diri lo?, "

" Berani banget masuk ke kamar cewek tanpa izin dulu, " ujarnya dengan kemarahan yang sedikit ia pendam

Sekilas, ia melihat wajah Dewanggara. Pemuda yang berani memasuki kamarnya. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan penyesalan maupun merasa bersalah, raut mukanya masih menunjukan ketengilan khas dirinya. Bagi Sasa, wajahnya itu sangat tengil dan bisa membuat orang merasa emosi walaupun Dewanggara tidak melakukan apapun

" Kata emak, lo orangnya baik, tidak sombong, rendah hati, "

" Tapi bagi pandangan gue, ada sisi mak lampir di dalam tubuh lo itu. "

" MAKSUD LO GU- " belum selesai bicara, Dewanggara mendekatkan jari telunjuknya ke bibir Sasa

" Tuh kan, ada sisi mak lampir nya, "

" Nyonya Sasa Gawinda, disini saya hanya diutus oleh mak tercinta saya untuk mengantarkan roti kesukaan anda, "

" Terimalah, dan jangan marah marah lagi, " ujar Dewanggara dengan menirukan suara prajurit kerajaan. Setelah itu, dia pergi meninggalkan Sasa yang sudah jengkel dan marah

Segala Masa Lalu KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang