Gadis yang sama

2 3 0
                                    

"Abang ... Shasha kangen."

"Shaa .. kamu kenapa?" suara berat yang khas langsung menyadarkan lamunan Shasha.

Dengan perasaan gembira Shasha langsung mendekatkan benda pipih tersebut ke telinga sebelah kirinya.

"Abang ....."

"Iyaaa, kenapa cantik hehehe?" kekehan kecil terdengar dari seberang sana. Dada Shasha sedikit terenyuh karena mendengar suara abangnya saja sudah cukup menjadi penenang.

"Mau ketemuan, Bang." Shasha sedikit merengek. Ia nekat mengambil jalur pemaksaan. Kalau tidak dipaksa, Bryan-abangnya sudah pasti pulang kerumah hanya saat liburan saja.

"Iya iyaa. Besok ketemuan di alun-alun kota datengnya pagi jam 9 terus pulang sekitaran jam 2 siang," ucap Bryan. Karena kesibukannya sebagai mahasiswa kedokteran ia harus pintar-pintar mengelola waktu.

"Siap Pak Bosss," Shasha mengangkat tangannya diujung alis, persis seperti orang yang sedang hormat, walau Bryan tidak bisa melihat tingkah lakunya sekarang.

"Nahh pinter. Sekarang kamu istirahat ya. Kesehatannya dijaga, cantikk." Setelah mengucapkan beberapa kalimat perpisahan. Akhirnya sambungan telepon terputus.

Beban yang terus dipikul sedari tadi oleh Shasha. Perlahan seperti menghilang. Dari sekian banyaknya, setidaknya ada satu orang yang menjadi penyemangat. Ada satu orang dimana setiap kata yang keluar dari mulutnya seolah penjadi penenang. Ada satu kenyaman yang selalu ia rasakan saat bersama abangnya, Bryan.

■■■■■

Suasana di alun-alun kota terbilang cukup ramai. Apalagi di hari libur seperti sekarang. Banyak orang yang sedang berolahraga atau sekadar membeli jajanan di sepanjang jalan.

Seorang gadis yang memakai blouse berwarna lilac dipadupadakan dengan celana putih serta aksesoris berupa jepitan kupu-kupu sedang terduduk di salah satu bangku yang tersedia. Ia memilih menunggu di taman dengan novel yang tak kunjung kepas dari genggamannya.

"Happp" dari arah belakang seseorang mencoba menutup matanya. Shasha kelabakan ia takut kalau ternyata sedang diincar oleh penculik.

"Tolong lepa-"

"Kejutannnn" sesaat setelah membalikan badannya. Mata Shasha membulat ia terkejut dengan penampakan seorang pria yang ditangannya membawa bucket mawar merah.

"Abangg .. ngagetin aja," senggolan kecil didapatkan Bryan dari adiknya itu.

"Bucket bunga buat tuan putri tercinta," Bryan membungkukkan badannya. Berlagak seperti seorang pangeran yang sedang memberikan hadiah.

Tindakan Bryan tersebut mampu membuat orang-orang sekitar menatap Shasha iri. Sementara Shasha tersipu malu ketika sadar mereka berdua sedang diperhatikan.

Dengan pipi merah merona. Shasha meraih bucket yang diserahkan. Kepalanya sedikit ia tundukkan. Seolah-olah meniru gerakan seorang putri kerajaan, "Terimakasih, Yang Mulia."

"Hahahahahaha" keduanya sontak tertawa bersamaan. Saat itu juga Bryan memeluk Shasha dengan erat. Dicium rambut adiknya dalam-dalam.

Keduanya kini telah asyik berbincang-bincang tanpa memperdulikan keadaan sekitar. Seolah-olah dunia hanya untuk mereka berdua. Bryan yang selalu mengeluarkan tingkah konyolnya itu berakhir mendapatkan pukulan dari adiknya.

"Hahahahahaha"

Plakkk  ..

"Shhhh" ringisan kecil terdengar. Sudah kesekian kali Shasha tertawa sambil memukul lengan Bryan. Salah satu kebiasaan yang sulit dihilangkan sedari dulu.

shazadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang