Hari Kedua

2 3 0
                                    

"Pagii anak-anak bapak yang budimann," Pak Rahmat memasuki kelas membuat semua murid kembali ke kursinya sendiri.

"Bapak disini mau nunjukin sesuatu," nada bicara Pak Rahmat berubah menjadi serius. Matanya menoleh ke depan pintu, "Silahkan masukk," lanjut Pak Rahmat mempersilahkan seseorang masuk.

Di balik pintu. Muncul gadis dengan pakaian seragam SMA. Tubuhnya yang langsing, kulit putih, dan rambut hitam kecokelatan yang dibiarkan tergerai. Mendefinisikan satu kata "sempurna."

"Ini teman sekelas kalian. Kemarin dia sakit. Jadinya tidak hadir. Ayoo perkenalkan diri," Pak Rahmat mempersilahkan gadis tersebut mengenalkan dirinya.

"Halo semua ..  nama saya Camelia Brita Ivory. Bisa dipanggil, Caca atau Amel." suara yang lembut serta paras indah gadis tersebut seolah memiliki sihir. Yang dalam sekejap mampu menghipnotis semua mata yang memandangnya. Termasuk siswa yang ada di kelas.

"Menii geulis pisan euyyy,"

"Gilaa, berkah banget dah masuk kelas ini. Pada bening, kan enak sekolah sambil cuci mata,"

"Kembaran bihunnn ya neng?? Mulus bagaikan cinta abang yang tulus,"

Godaan dari laki-laki seketika membuat kelas ribut.

"Cewekkk terusss,"

"Tongg tongg  ... inget babeh emak lo noh,"

Sahut cewek yang ada di kelas, tak ingin kalah saing.

"Udah .. udah. Perkenalannya dilanjut nanti. Camelia kamu sekarang boleh duduk. Bebas di mana saja," lerai Pak Rahmat mempersilahkan Camelia duduk.

Camelia mengedarkan pandangannya. Sampai ujung ekor matanya menangkap satu kursi kosong di ujung kelas. Ia berjalan dengan senyum yang menyeringai, "Good luck, Camelia," batinnya.

"Boleh duduk di sini??" kursi yang dipilih Camelia tepat di samping kursi Shasha.

"Bolehh bolehh kok," Shasha tersenyum ramah menyambut temen barunya. Padahal ia sudah senang bisa duduk sendiri. Mungkin jiwa introvertnya sudah mendarah daging.

"Ga nyangka gue masuk sekolah ini. Tinggal tunggu waktunya ajaa," Camelia masih terus tersenyum sendiri.

"Setress nih orang. Senyum-senyum sendiri," ucap Shasha yang tak sengaja memergoki Camelia.

"Karena ini hari kedua di sekolah. Kemarin sudah perkenalan diri. Sekarangg ... Bapak mau kalian tulis nama temen kalian," perintah Pak Rahmat sedikit membuat terkejut anak kelas.

"Kecuali Camelia. Karena kemarin kamu sakit. Jadi gak usah kerjain," Camelia hanya mengangguk patuh.

"Siapp gakkk?" tanya Pak Rahmat.

"Siappp Pakkkk!!" mereka menjawab dengan semangat.

"Kerjakan sekarang. Nanti kalian harus maju ke depan. Sebutkan nama yang ditulis sekaligus menyapa," seketika kelas menjadi hening. Semua murid mencoba mengerjakan dan mengingat kembali nama temennya.

Lima menit berlalu ..

"Stopp!! Taruh pulpen kalian," akhirnya Pak Rahmat kembali memerintah.

"Di kelas ada sekitar 30 orang. 30 diantaranya ada kalian. Jadi ada yang bisa nulis satu kelas. Siapa yang nulis sampai 29 nama?" tanya Pak Rahmat.

"Saya Pak," jawab gadis dengan kacamata kotaknya, Zoya. Ia mampu menulis hingga 29 nama.

"Silahkan maju. Sebut nama temanmu satu persatu. Setelah itu jangan lupa disapa," Zoya menyanggupi permintaan Pak Rahmat. Ia berdiri. Di tangannya terdapat buku berisi daftar nama teman sekelasnya.

shazadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang