Paparazi

2 3 1
                                    

Happy reading



Semburat Jingga di sertai lampu pinggir jalan yang mulai menyala. Menggantikan mentari dengan sinar rembulan. Angin kencang berhembus seolah menusuk tulang terdalam.

Di tempat favoritnya, Zade menopang dagu memikirkan masalah yang menimpa tadi. Bagaimana musuhnya bisa tau Shasha sekolah di Alexander?

Di sekolah Shasha termasuk kategori siswa yang tidak terlalu terkenal. Tapi mengapa ia yang menjadi tawanan. Bagaimana dengan teman perempuan Zade yang lebih terkenal. Bisa bisa mereka akan menyandera siswi Alexander agar Nyx Poison tunduk padanya.

"Arghhhhhh," Zade mengacak rambutnya frustasi. Ia tak ingin siswa yang tidak tahu apa apa terseret lagi.

Diambil benda pipih dengan merek ternama itu. Mencari satu nama "Nicholas Louise" dan memencet tombol panggilan.

"Nic tolong cari informasi kenapa si babon Giant itu bisa tau Shasha. Gua gak mau anak Alexander yang lain keseret," ucap Zade tegas dengan nada suara yang sedikit khawatir.

"Siap komandann!!!" Nicho menjawab dengan semangat 86. Selama menjabat menjadi ketua. Zade mempercayai Nicho sebagai wakilnya.

■■■■■

"Eh morning Aleya cantikkkk," sapa Jundhi ketika melihat adik kelas incarannya diam berdiri di depan pintu.

"Morning," balas Aleya singkat. Ia agak malas ketemu Jundhi karena menurutnya ia terlalu genit.

"Mau ngapain di depan pintu kelas?" tanya Jundhi penasaran. Alisnya sedikit terangkat ketika Aleya malah diam, "Ah tau tau. Kalau diam gini pasti nyari .. kakak kan? Kamu nyari kakak?"

Tukk

Jitakan tepat mengenai bahu Jundhi, "Denger ya nyet. Aleya tuh bukan nyariin lo. Jangan geer deh," sarkas Bobby muak ketika melihat Jundhi sok percaya diri.

"E-eum nyariin Kak Nicho. Ada ga yaaa?" Aleya sedikit memasukan kepalanya ke dalam kelas. Mencari keadaan Nicho.

Jundhi yang sudah tau kebenarannya langsung memasang wajah masam pergi dari hadapan Aleya menuju temannya yang lain.

Satria, Bobby, Zade, dan Aden hanya memasang wajah malas. Kalau udah seperti ini pasti bakal ada perang dunia ke tiga.

"Adek Aleya. Babang Nicho nya belum datang. Ada apa emangnya?" Satria akhirnya memutuskan berbicara. Melihat Aleya yang masih sibuk mencari keadaan Nicho.

"Yahh pantes ga adaa," desahan kecewa keluar dari mulut Aleya. Ia menatap sayu ke dalam kelas.

"Kenapa emangnya? Nanti kita bilangin ke Nicho kalau udah dateng," Zade menawarkan bantuan karena merasa kasihan dengan raut wajah Aleya yang berubah.

"E-enggak jadi, Kak. Makasihh," ujar Aleya berlari menjauhi kerumunan kakak kelasnya.

"Jun, kayaknya Aleya suka Nicho deh. Udah cari cewe lain," Aden melihat ada sekotak makanan yang di bawa Aleya namun ia memilih menyembunyikan di belakang badannya.

"Enak aja. Gua suka ya gua kejar lah," Jundhi membalas dengan sewot. Ia akan berusaha mendapatkan apa yang ia mau dengan berbagai cara. Iya berbagai cara. Sekalipun cara yang salah

"Idih bulol. Bucin tolol," Bobby menoyor kepala Jundhi sekuat tenaga membuat sahabatnya satu itu terjungkal ke belakang.

"Halah lo lebih bulol. Udah beda agama. Suka kasih makan lagi. Emaknya emang lo?" kerah seragam Bobby sudah di pegang erat oleh Jundhi. Kini terlihat jelas Jundhi menahan amarah.

"Jun udah jun .. gini nih kalau udah kenal cewe," Aden memisahkan keduanya sebelum saling adu jontos.

Aden dan Satria keduanya duduk di sebelah Jundhi berusaha mengapit cowok satu itu. Tangan Satria terulur mengusap punggung Jundhi mencoba menenangkan, "Udah .. sabar sabarr," di antara sahabatnya yang lain. Jundhi memang lebih mudah terbawa emosi.

"Nah ituu si abu laharr," telunjuk Bobby mengarah pada seorang laki-laki yang tengah berlari ke arah mereka.

Nicho persis seperti orang yang habis di kejar setan. Mukanya peluh di banjiri keringat, "Nih .. alasan kenapa si babon kenal Shasha," saat berdiri tepat di hadapan temannya Nicho langsung menyerahkan handphone ke arah Zade.

Di layar handphone Nicho ada bukti Chat di sertai photo Zade bersama Shasha di atas motor.

"Lo pernah pulang bareng Shasha, Zadd?" tanya Satria ketika melihat beberapa photo dua orang yang sedang berboncengan.

"F*ck!! Gua cuman nawarin Shasha bantuan buat pulang bareng. Malah di paparazi. Arghhhhh," muka Zade mendadak memerah. Karena ulahnya sendiri Shasha harus menjadi tawanan

■■■■■

Bel istirahat sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Di ujung kelas X IPS 7 Shasha menopang dagunya. Saat guru keluar ia sudah melamun. Di liatnya pesan dari orang tak di kenal berulang kali.

0896xxxxxxxx
Shasha X IPS 7?
Jauhin Zade. Kalau enggak mau bermasalah atau lo bakal ..

"Bakal apaa?" Shasha mendesis. Kepalanya mendadak merasa pusing. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju UKS.

"Lo jahat. Gua yang udah ngejar dia dari kelas 10 masih belum di bales perasaannya. Sedangkan lo? Haha baru  kelas 10 udah di bonceng," ia menatap punggung Shasha yang menjauh dengan tatapan tajam.

"Kalau lo masih coba coba deket Zade. Lo bakal tau akibatnya, Sha"

"Setelah gua pikir. Gua terima tawaran lo," ucap seorang gadis yang datang dari arah belakang.

"Good girl. Kalau dia berani deketin Zade. Lo harusss ... " ia memajukan wajahnya membisikkan suatu kalimat tepat di telinga gadis itu. Senyum miring menghiasi wajah keduanya.

Pandangan Shasha perlahan memburam. Namun sekuat tenaga ia menopang tubuhnya dengan berpegangan tembok. Sebentar lagi ia akan sampai UKS. Yaa beristirahat sejenak tanpa memperdulikan jam pelajaran untuk sekarang lebih baik.

Saat tangannya berhasil meraih knop pintu. Shasha memutar perlahan. Namun pusing di kepalanya semakin bertambah di tambah magh yang tiba tiba kambuh. Dalam sekejap ..

Brakkk ..

"Shashaaa,"

To be continued

Jangan lupa vote dan komen yaaaa!!

Thankyou
-Chaa 🦋🍵

shazadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang