Pulang Bareng

2 2 1
                                    

Ruang OSIS sudah dipenuhi oleh anggotanya yang berjejer rapi saling berhadapan. Mengingat beberapa minggu lagi akan menghadapi acara tahunan sekolah. Akan ada banyak kegiatan, seperti penampilan dari beberapa ekstrakurikuler, perlombaan, dan acara sosial.

Shahzade, merupakan ketua OSIS  berjalan penuh wibawa menunju bangku utama. Sementara yang lain langsung menyambut Sang Ketua dengan penuh hormat. Aura tegas Zade membuat semua orang di ruangan merasa segan padanya. Sudah ganteng, pintar, berjiwa kepemimpinan menjadikan Zade anak kesayangan guru-guru serta incaran murid perempuan.

Tak jarang banyak siswi mendaftar OSIS hanya untuk tebar pesona atau caper kepadanya. Seperti sekarang sudah banyak bisikan bisikan dari arah meja perempuan yang sedang memuji ketampanan Zade.

Merasa anggotanya tidak profesional Zade langsung menatap tajam ke arahnya, "Bisa tolong fokus. Kalau orang ngomong jangan ikutan juga. Hargain," tegur Zade membuat sekumpulan murid perempuan tersebut menciut ketakutan.

"Kita bakal adain sumbangan yang udah jadi tradisi dari tahun ke tahun. Sumbangannya itu dibagi tiga, buat siswa berprestasi, siswa kurang mampu, dan siswa yatim piatu," terang Zade menjelaskan. Semua langsung mengangguk paham.

"Untuk siswa berprestasi ada syaratnya ga, Kak?" tanya Shasha sembari mengangkat tangannya. Iya, gadis dengan jepitan khas kupu-kupu itu menuruti keinginan Betari, mengikuti OSIS.

"Ada, harus masuk 3 besar dan sertifikat minimal tingkat kabupaten," jawab Zade.

"Ada yang mau ditanyain lagi?" Zade menatap satu persatu anggota yang hadir. Semua yang ada di ruangan menggelengkan kepalanya.

"Oh iyaa, sistem kerjanya nanti setiap ketua kelas harus mencatat siswa yang punya prestasi, kurang mampu, dan yatim piatu. Nanti kertasnya kasih ke saya atau wakil. Dikumpulinnya sebelum pulang sekolah," tangan Zade kini beralih merapihkan kertas yang ada di mejanya.

"Mungkin cukup sekian rapatnya. Saya izin pamit. Assalamu'alaikum," senyum hangat Zade berikan untuk mengakhiri rapat yang ada. Dengan sopan ia izin pamit keluar terlebih dahulu.

"Wa'alaikumussalam calon imam," beberapa siswi menjawab cukup keras. Melihat kelakuan centil para anggotanya membuat Zade menggelangkan kepala, "gini nih nasib orang ganteng."

Rapat sudah selesai. Semua berhamburan keluar menuju kelas masing-masing.

XI IPA 6 tampak ramai banyak murid yang berkeluaran karena jam pelajaran sedang kosong. Walau jamkos tapi tugas yang diberikan selalu ada.

Zade yang melihat keadaan kelas sangat ricuh hanya bisa mengelus dada.

"Woy ngab, sini siniii" Satria memanggil Zade untuk ikut berkumpul sembari bermain kartu uno.

"Join lah, yang kalah pindah agama"

"Goblokk," Jundhi menatap tajam temannya satu itu. Memang hampir semua sahabatnya memiliki otak di bawah rata-rata, kecuali Aden, Zade dan tentu saja dirinya sendiri.

"Hehehe canda canda," kekehan kecil terdengar dari mulut Satria. Ia menggaruk tenguknya yang tak gatal.

Ke enam anggota inti Nyx Poison itu menampilkan raut wajah serius. Semuanya tampak sedang mengatur strategi masing masing. Jiwa ambis di dalam diri mereka seketika keluar. Tidak ada satupun yang ingin kalah dalam permainan kartu uno itu.

Kini hanya tersisa dua orang. Zade dan Satria. Kartu yang ada di tangan mereka disembunyikan diam diam. Tidak ingin lawan tau.

"Zad lawan pastiin Bang Sat kalahhh," Nicho memanas manasi keadaan sekitar.

"IYA ZADD, LO PASTI MENANGG!!" Jundhi mengangkat tangannya setinggi mungkin memberikan semangat kepada Zade. Menatap Satria dengan tatapan remeh karena tidak ada yang mendukungnya.

shazadeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang