Pagi yang indah hari ini di Paris, matahari terbit dengan ceria, Di awal bulan menuju musim semi, semua orang menikmati indah dan romatisnya Paris dengan bunga dan dedaunan yang Mekar disepanjang jalan. Seperti Biasa, Kim Jennie melakukan aktifitasnya. Pagi pagi sekali ia akan berkeliling, mengedarkan bunga bunga gratis ke orang orang spesial yang memberinya nasihat yang positif.
Bunga yang ia bagikan adalah bunga Lily. Bunga dengan jenis mudah dirawat dan di panen olehnya sendiri tanpa mengeluarkan biaya apapun. Sebenarnya, Kim Jennie melakukan ini hanya untuk berbagi, kadang ia membawa cookies yang ia buat, lalu ia bagikan pada anak-anak yatim piatu atau pada Lansia di Panti jompo. Selama ini, begitulah Kim Jennie menyembuhkan dirinya.
Dia mencari obatnya sendiri. Orang orang banyak yang mencintainya disini. Bagi seorang Lansia, Kim Jennie sudah seperit cucu yang manis dan menggemaskan. Lalu bagi para yatim piatu, Kim Jennie adalah Kakak perempuan yang menyenangkan, anak anak disana menyanginya.
Kring Kring ! Bel sepeda berdering, Keranjang yang berisi bunga dan kukis itu telah kosong. Ia selesai membagikannya pada Panti Jompo dan anak anak. Dibawalah semangat dan energi itu pulang kerumah, Seperti itu Kim Jennie mengisi energinya setiap hari. Dengan berderma dan berbagi kasih sayang bersama orang lain yang membutuhkan. Ia pun kembali ke toko, karena ia harus menunggui toko bunga yang indah.
Namun sesampainya didepan toko. Tiba tiba sepeda gadis itu berdecit, sekeras ia meremas tuas rem. Sekeras itu pula dahi Jennie mengernyit. Didepan toko ia melihat seseorang yang seharusnya tak merusak hari ceria Jennie pagi ini. Wajah Jennie seketika masam, dan ia bungkam.
Didepan toko ia Lihat mantan kekasihnya sedang sibuk, Lalisa Manoban. Orang yang belakangan ini selalu bermunculan didepan matanya. Kebetulan ada truk Supplier yang datang, Truk itu mengantarkan pupuk, dan tanah liat. Selain dari toko bunga, Lesyeux Denini juga menjual produk kerajinan tanah liat - ibu Jennie yang ahli dalam itu.
Lalisa Manoban berpakaian rapih dan elegan. Tak cocok baginya dengan pakaian rapih itu mengangkat karung pupuk dan tanah Liat. Kim Jennie makin kesal melihat itu, Apa yang dilakukan oleh nya disini ? Kenapa ia harus mampir disini setiap hari ! Begitu Hati Jennie geram.
Tiga Tahun Lisa mengembangkan usahanya sebagai designer di Paris. Bisnisnya berkembang pesat, Banyak rumah mode di Paris kembali meliriknya. Dan yang sekarang ? Ia menjadi pendesain ahli yang dipinang oleh Bulgari dan Celine. Meski tak sekaya LM yang dulu, Namun tak dapat di pungkiri bahwa anak itu berprestasi. Ia kembali mapan.
Jennie menyandarkan sepedanya di depan toko. Ia menatap Lisa sinis, lalu tanpa berbunyi sedikitpun, ia masuk kedalam. Menemui sang ibu didapur yang sedang sibuk didepan toko. Jennie meletakkan tasnya dengan kasar keatas meja - ibunya menoleh.
"Kau sudah pulang sayang ?" Tanya Nyonya Kim.
Jennie berdengus, ia ambil gelas dan menuangnya segera. Mendinginkan otaknya yang panas dengan air dingin. Selesai gelas itu ia letakkan, Kim Jennie langsung protes menyembur pada sang Ibu. "Ibu, kenapa aku terus melihatnya disini ?"
"Tidakkah Ibu bilang padanya ? Jangan datang lagi kemari!"
Nyonya Kim lekas mematikan kompor - ia letakkan semangkuk sup lagi keatas meja. Sementara sudah ada dua mangkup sup lainnya disana. "Nak, jangan seperti itu, aku tak pernah mendidikmu begini"
Mata Jennie makin membulat, ia lihat Ibunya meletakkan satu porsi sarapan lagi untuk satu orang. Sudah jelas, semangkuk sup itu di letakkan ibunya itu untuk siapa.
"Apa ibu juga akan memberinya sarapan ? Eommaaa !" Jennie makin frustasi.
"Sudahlah nak. Tidak baik merutuk didepan makanan seperti ini. Duduk dan sarapan, jangan protes, ibumu memasak dengan penuh kasih sayang untuk anak-anaknya"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER THE LIBIDO (Libido S2) [TAMAT]
RomanceSetelah putus dengan Lalisa Manoban, Kim Jennie berlabuh dan memulai hidup barunya di Paris. Membuka sebuah toko dan kerajinan keramik yang bernama Lesyeux de Nini. Ia memulai hidupnya lagi dari awal disana. Berharap akan menemukan kebahagiaan. Nam...