Chapter 7: Calon Tunangan

2K 200 68
                                    


Halo halo gais..
Akhirnya kita update 50 halaman word lagi biar panjang.

Chapter ini cukup bikin dag dig dug ser, jadi jangan lupa bintang dan komen yaa..

Komennya penting banget .

***

Pagi pagi sekali semua orang sibuk di apartement itu. Seperti biasa, sudah menjadi tabiat bagi Lalisa Manoban untuk selalu terlambat bangun pagi.

Semalam ia berkerja sampai larut di kantornya demi menggunting smeua bahan untuk rancangan barunya pada acara Miss Universe. Sampai sampai ia Pulang pukul dua dini hari keapartementnya. Dan alhasil, pagi ini ia terlambat untuk pergi berkerja.

"Haaisssshh Shibal !" Gadis itu mengumpat sambil garuk garuk kepala.

"Eommmaaaa !" Baru saja keluar kamar dengan rambut yang kusut ia memanggil ibunya segera. "Ahhh ! Aku terlambat ! Bagaimana ini ?"

"Mana aku belum sarapan"

Nyonya Brueschweiller keluar dari dapur lalu menyongosng putri semaa wayangnya itu. "Ada apa nak ? kenapa kamu heboh sekali pagi ini"

Lalisa merengek didepan ibunya itu, "Maukah ibu membuatkan aku bekal sekarang ?"

"Apa saja. yang penting aku bawa bekal. Akusudah lama sekali tak makan bekal dari Ibu. Malas sekali rasanya jika harus membeli makanan siap saji, jika ada ibuku yang disini." Pinta Lisa manja.

"Baiklah, ibu akan membuatkanmu bekal, nah sekarang pergilah mandi segera. Dasar anak nakal!" Ibu Chittip menepuk bokiing putrinya itu dengan gemas.

"Bukannya kau bilang, kau akan pergi bersama Diana juga kekantor ? Sebentar lagi Diana pasti datang kemari. Cepatlah bergegas Lisa" Teriak Ibu Chittip pada putrinya yang sedang berjalan menuju kamar mandi itu.

"Iya ! Ibu tenang saja, ketika Phi Diana datang, aku pikir aku telah selesai mandi dan beres beres"

"Hei nak ? Jangan membawa ponselmu kekamar mandi. Itu hanya akan membuatmu semakin lama didalam sana" Lalisa keluar dari kamar mandi lalu ia taruh ponselnya di meja makan. Gadis itu berjalan sambil gosok gigi. Kemudian ia kembali lagi kekamar mandi.

Nyonya Chittip hanya bisa menggeleng-geleng melihat anaknya yang tak bisa lepas dari Ponsel itu. Tak lama kemudian Bel di pintu depan pun berbunyi. Tuan Brueschweiller yang membuka kan pintu ke depan. "Selamat pagi Ayah..." ucap suara lembut yang cerah seperti minggu pagi.

"Oh, Diana. Masuklah.."

Gadis itu masuk dengan santai dan ia langsung menuju dapur. Ia melihat, Ibu Chittip yang sedang sibuk membuatkan sarapan sekaligus mempersiapkan bekal untuk Lalisa didalam kotak bekal. Gadis itu dengan sigap langsung membantu.

Ia berlari kearah kompor, membantu Nyonya Bruechweiller membuka tutup panci yang hampir jatuh oleh uap rebusan gamjattang yang sudah mau melimpah. "Oh, nyaris saja" ucap gadis itu segera. Ia meletakkan tutup panci lalu mengambil spatula, mengaduk kuah Gamjattang agar tidak melimpah melewati bibir panci.

"Ahhh... untunglah putriku datang.."

"Jika tidak mungkin ibu akan pusing dengan semua hal didapur" Ucap Nyonya Brueschweiller pada Diana.

"Tentu aku tak mungkin membiarkan ibu begitu saja didapur bukan ?"

"Aku akan membantu ibu, Apa yang bisa aku lakukan untuk ibu ?"

"Hmmmm... kau bisa bantu ibu untuk memasukkan toge dan tahu kedalam rebusan daging ini"

"Baiklah, aku akan melakukannya"

UNDER THE LIBIDO (Libido S2) [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang