02] Touch of a Wind

92 17 54
                                    

<✧ 02 ✧>Touch of a windGently reach those who worthy✧ ✧ ✧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

<✧ 02 ✧>
Touch of a wind
Gently reach those who worthy
✧ ✧ ✧


Jam makan siang selalu paling sibuk di NASX, lebih padat dibanding proses lepas landas. Pria bermata biru langit berjalan memecah kerumunan penuh percaya diri, membuat banyak orang menciut karenanya. Beberapa terkagum pada cara ia membawa diri, terutama senyum yang dibagi dengan ramah. Tidak hanya lawan jenis, yang sesama pun merona pada pesona itu. Namun bagi Rav, senyum itu hanyalah sesuatu yang ia gunakan saat tidak ingin bertukar sapa. Sungguh, ia sangat paham bagaimana membungkam seseorang tanpa perlu berusaha.

"Rav!" panggil seorang pria dari kejauhan.

Menangkap lambaian tangan tinggi pada salah satu meja, Rav berjalan cepat. Duduk di sana adalah Jonathan Torres, Kepala Tim dari Space Science. Salah satu tim di bawah Astrophysics Division yang merekam pergerakan antariksa pada gelombang radio.

Bagi pria yang memiliki dua anak, ia tetaplah terlihat bugar. Masih terlihat sisa paras tampan dari seorang pemain basket. Meski, tidak ada yang bisa ia ajak bermain. Tidak bagi Rav karena ia tidak menyukai kegiatan yang berhubungan dengan kelincahan dan Gale terlalu sibuk. Pula akibat kedua anak perempuannya yang lebih memilih berdandan. Sehingga kini, ia lebih paham langkah perawatan kulit dibanding pertandingan basket terkini.

"Tidak terlihat Gale yang mengekor?" tanya Jon, panggilan ramahnya.

"Dia sibuk berkencan," balas Rav sambil memilih makanan dari jendela virtual yang muncul di meja.

"Akhirnya?" Terkejut adalah ekspresi yang tertahan di wajah Jon.

"Akhirnya," balas Rav dengan senyum jahil.

Meski Gale membawa dirinya sangat serius, jauh di dalam hati ia berharap memiliki kekasih. Hampir putus asa pada takdir cinta, ia luapkan resah kepada Rav dan Jon. Sungguh kasihan, ia berbagi pada orang yang salah. Berkat itu, ia kini menjadi bahan lelucon oleh kedua pria ini.

Rav baru saja selesai memilih makanan. Lalu sebuah kebetulan saat teringat pada chat dari seniornya ini. "Hanya memastikan ... kau tidak—"

"Oh, aku benar-benar melakukannya." Jon tersenyum lebar, sangat menunggu topik ini dibahas.

"Lihat jadwalku!" Penuh bangga ia menunjukkan jadwal dengan dokter gizinya yang baru saja dibatalkan.

"Kau gila." Rav menggeleng tidak percaya. Tidak habis pikir, bagaimana menyebalkannya orang ini hingga seorang dokter membatalkan jadwal pemeriksaan. Mungkin lelucon yang ia bagi kepadanya hanya satu dari banyak yang lain. Sungguh, betapa menderitanya dokter itu.

"Tidakkah aku terlalu muda untuk sakit seperti orang tua." Jon sebenarnya terlalu sering mengeluhkan sakit kepala, membuat Rav memikirkan banyak cara untuk membujuknya. Namun, itu hal tersulit. Sebab pria ini tidak suka mengaku bahwa dirinya sakit.

Aquarius: The Valiant of Knowledge [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang