13. Rapat OSIS

666 139 1
                                    

Mark natap satu persatu anggotanya yang udah hadir, ini rapat OSIS lanjutan dari pembahasan eskul sama sekalian ngebahas festival sekolah yang bentar lagi bakal dihelat sebagai event terbesar angkatan mereka sekaligus yang terakhir yang akan dia handle secara langsung.

Dia ngehela napas lega ngeliat Chantika udah ngobrol bareng Somi, walaupun dia tau kalo gadis itu masih mengibarkan bendera perang dingin, tapi bagi Mark nggak apa-apa, as long as dia hadir di sini dan memenuhi kewajibannya sebagai wakil ketua OSIS.

"Udah hadir semua, ya?"

"Iya, Mark."

"Yaudah, gue mulai aja ya."

Seperti biasa, pembahasan rapat selalu diawali dengan laporan masing-masing program kerja divisi, kemudian laporan eskul, proses audit anggaran eskul yang mulai berjalan dan terakhir—

"—jadi, siapa yang bisa?"

Penyusunan panitia festival sekolah enam bulan lagi.

Setiap tahun, sekolah mereka emang rutin ngadain ini, salah satu acara paling ditunggu bahkan oleh sekolah lain.

Synchronize Festival emang ajang untuk nunjukin kinerja OSIS. Tahun lalu, di masa kepemimpinan Kak Theo, mereka berhasil mengundang Daniella.

Banyak yang naro harap kalo tahun ini jauh lebih banyak yang bisa diundang, karena mereka tau anak-anak OSIS yang sekarang lebih mumpuni dari segi finansial.

Walaupun masih harus nyari sponsor sana-sini, tapi mereka pasti bisa mewujudkan festival musik paling membanggakan selama mereka sekolah.

"Penanggung jawabnya kan gue, nggak mungkin ketua panitia gue lagi." Mark memberikan suara.

Matanya natap semua anggota yang hadir di rapat kali ini, lalu berhenti di sisi kiri di mana sang wakil duduk dengan tenang.

"Chantika?"

"Apa?"

"Lu nggak mau jadi ketua?"

Mata gadis itu teredar, natap semua jajaran OSIS yang hadir hari ini, "Nggak, gue di acara aja."

Chantika emang nggak pernah mau ambil peran sebagai ketua di event OSIS manapun, karena dia tau dia cuma akan dibandingkan dengan Mark.

"Yang lain?"

"Gue aja kalo gitu," Rino—ketua divisi pembinaan akademik dan minat bakat mengangkat tangan, "Gue bersedia asal dibantuin yang lain."

"Oke siap, pasti dibantuin kok. Move ke wakil kalo gitu ya, sekalian kita kelarin hari ini panitia intinya, next langsung recruitment aja."

"Mark, interupsi."

"Iya, silakan, Kin."

"Untuk rekrut kayaknya bisa kerja sama bareng mading."

Bola mata Chantika berotasi malas, padahal kemarin pada nyepelein mading, kalo udah kayak gini malah minta tolong.

Dia bisa ngerasain semua pandangan ngarah padanya, Chantika berusaha stay cool, membalas dengan anggukan kecil.

"Kas OSIS masih ada?"

"Masih, Chan?"

Senyum gadis itu mengembang sempurna, "Kebetulan, Mading open paid promo, boleh hubungi Nava untuk keterangan lebih lanjut."

Mampus lu!

***

"Selamat siang rakyatku!"

Sapaan itu hanya muncul kalo suasana hati Chantika lagi bagus, jadi manusia-manusia di dalam sekret mading udah bisa nebak pasti akan ada kabar baik yang dibawa gadis itu.

"Siang Kak Chantika."

Dan Cella akan selalu jadi adik manis yang membalas walaupun sapaan kakak kelasnya terkesan kurang sopan.

"Gue dateng bawa project pertama kita." Kursi paling ujung yang udah jadi tahtanya ditarik pelan, matanya bergulir natap anggota mading satu persatu yang sibuk untuk persiapan launching mereka beberapa hari lagi.

"Apa tuh?"

"Paid promo untuk rekrut anggota panitia synchronize fest nanti."

"Wih. Bayar berapa anak OSIS?"

"Lumayan tau, tiga ratus ribu untuk satu bulan penuh di semua platform."

"Wih, tumben nggak pelit."

Kalimat Nava bikin Chantika ketawa kecil, "Gue yang lobi tuh."

"Emang ketua gue yang paling keren sih!"

Hendery menepuk bahunya, ngebuat senyum Chantika mengembang semakin lebar, dia suka dipuji, siapa yang enggak? Apalagi kalo kerja kerasnya diakui gini.

"Makasih loh guys, yuk kerja yuk."

Mungkin bagi sebagian orang, Mading itu cuma wadah untuk anak-anak gabut yang nggak tau mau ngapain.

Tapi, buat Chantika ini adalah pekerjaan yang dia sukai. Ngeliat Jay otak-atik radio bareng Cella dan Hesa, atau Nana yang marah-marah gara-gara direcokin Hendery pas ngedit foto adalah pemandangan yang akan sangat dia rindukan nanti.

"Makan mie ayam yuk. Bills on me."

"YEAYY!"

"Thank you, Chantika."

"Makasih kak Chaaan!"

Chantika ngangguk kecil, mengotak-atik ponselnya buat mesan mie di aplikasi, matanya ngelirik notifikasi yang masuk.

Ada nama Mark di sana namun digeser ke kanan, dia nggak mau ngerusak hari ini dengan berdebat nggak jelas dengan cowok itu.

***

"Kintan udah nge-chat Nava."

Chantika menolah saat suara Mark terdengar.

"Okay."

"Chan."

"Gue nggak tau letak salah gue di mana."

"Lo nggak ada salah kok, semua salahnya kan ada di gue."

Mark menggeram frustrasi, dia bener-bener nggak suka berdebat sama Chantika, gadis ini selalu punya cara untuk membuatya terpojok dan merasa bersalah.

"UTS kimia ..."

"Udahlah Mark, lu pemenangnya."

Gadis itu melambaikan tangan pas ngeliat Cella keluar dari gerbang kedua dan beralih ke arahnya.

Tatapannya berganti ke Mark yang masih berdiri, "Gimanapun, gue selalu jadi runner up, Mark. Its sad."

"KAK CHAN!"

Cella menyapa Mark dengan sopan sebelum tangannya ditarik Chantika untuk naik ke mobil, mereka emang janjian mau ke belanja buat kebutuhan danusan anak Mading nanti.

Sayangnya, hari ini Nava nggak bisa ikut karena harus ngurusin beberapa hal sama ibunya. Jadi, Chantika ditemenin Cella dan Hendery yang tadi udah jalan duluan.

"Kakak tuh sebenernya sama Kak Mark ada masalah apa selain isu always runner up?"

Tangan Chantika terampil memutar setir mobil, berusaha mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan Mark di bangku sekolah menengah pertama.

Mereka nggak kenal deket, hanya sebatas teman satu angkatan. Tapi, semua berubah sejak pelan-pelan tensi persaingan di antara mereka meningkat.

Guru-guru juga secara nggak langsung mulai ngebandingin, Mark dari kelas A dan Chantika dari kelas C. Gadis itu yang lebih dulu mengobarkan aura permusuhan, ngebuat Mark ikut terseret dalam rasa benci yang tidak dia mulai.

Semua masih berlanjut sampai mereka masuk sekolah menengah atas yang sama, tensinya masih setinggi dulu, bahkan jauh lebih menarik karena kini Chantika nggak segan lagi nunjukin rasa tidak tertariknya di depan umum.

"Nevermind, Cell. Gue sama Mark emang ditakdirkan buat jadi musuh."

***

philocalyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang