tujuh ; marah

389 45 11
                                        

𖠿
selamat membaca
𖠿

"kenapa harus bohong, akio?"

yasa dengan tatapan kecewanya mengarah pada akio yang sekarang duduk sambil menundukkan kepalanya, kedua tangannya saling bertaut sambil menahan tangisannya yang kapan saja bisa keluar.

tidak ada panggilan sayang seperti biasanya, yasa benar-benar marah.

dan akio menyesal.

"aku gak pernah ngelarang kamu pergi sama siapa aja asalkan bilang, akio." lagi, yasa berucap semakin membuat akio merasa bersalah.

hal yang membuat yasa marah adalah akio pergi seharian tanpa memberi kabar kepada yasa yang kelimpungan mencari pemuda itu.

selain itu yasa semakin marah sebab akio berbohong kepadanya.

"kamu udah bosan sama aku?"

dengan cepat akio menolehkan kepalanya kearah yasa yang kini terlihat mengacak-acak rambutnya.

"kayas ngomong apaan sih! aku gak pernah bosan sama kakak!" elak akio dengan kedua mata berkaca-kacanya.

"terus kenapa harus pergi sama jenan?!" suara yasa sedikit meninggi membuat akio terkejut.

untuk pertama kalinya yasa berbicara tinggi pada akio.

"kenapa harus pergi sama jenan alih-alih kamu bisa minta aku buat nganterin kamu," kata yasa. "bahkan seharian kamu mengabaikan semua pesan dan telepon aku." lanjutnya sambil menghela napas lelah.

akio menangis. ia menangis karena merasa bersalah dan sudah berbohong kepada yasa.

"maaf ..."

"maafin aku, kayas." akio ingin mengambil tangan yasa untuk ia genggam namun dengan cepat yasa menepisnya.

tangis akio semakin keras memenuhi ruang apartemen milik yasa.

pertengkaran dalam hubungan mungkin hal yang biasa. namun untuk akio ini adalah kali pertama mereka bertengkar setelah tiga tahun menjalin hubungan.

dan akio menyesali semua perbuatannya karena sudah membuat yasa-nya marah besar.

tidak ada tatapan lembut seperti biasanya atau panggilan kesayangan untuk akio, yasa benar-benar marah karena dibohongi oleh akio.

"kak yasa boleh marahin akio tapi jangan gini," mohon akio sambil menyatukan kedua tangannya memohon agar yasa berhenti marah.

"akio takut."

yasa berdecih. "giliran bohong kamu nggak ada takut-takutnya," sindir yasa.

"kayas .." panggil akio

yasa mengambil jaketnya dan kunci mobilnya kemudian segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari unit apartemennya.

yasa memutuskan untuk pergi keluar dan mencari angin guna menenangkan pikiran dan hatinya.

akio yang melihat yasa ingin pergi pun berusaha untuk menahannya namun dengan tidak lembutnya yasa justru mendorong akio sehingga akio menabrak ujung meja.

yasa benar-benar pergi dan  meninggalkan akio yang terus memanggil namanya. suara bantingan pintu yang keras membuat akio menangis semakin keras juga.

daily life ; yosahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang