9. Rencana David

3.2K 254 6
                                    

9. Rencana David

"Apa maksudmu, David?" Akhirnya Davina berhasil mengeluarkan suaranya setelah beberapa saat lamanya terpaku oleh penjelasan sang kakak.

"Lihatlah apa yang sudah dilakukannya padamu." David merangkum sisi wajah Davina, ujung ibu jemarinya menyentuh luka di bibir sang adik. "Hanya ini satu-satunya cara agar kau lolos darinya."

"T-tapi tidak dengan cara ini, David."

"Aku sudah menyelidiki semuanya tentang dia. Dengan posisimu sebagai istri pria lain, itu akan melindungimu …"

"Tidak, David. Aku tak ingin melibatkan orang lain dengan masalah keluarga kita. Apa pun tujuannya, pernikahan ini tidak benar."

"Percaya padaku." David menggenggam tangan mungil Davina. Meyakinkan sang adik. "Ega akan menjadi orang yang memiliki hak paling besar atas dirimu. Kau tahu pria sialan itu tak bisa diharapkan tanggung jawabnya untuk melindungimu."

"David …"

"Kumohon, Davina. Hanya ini satu-satunya cara yang paling tepat untuk situasi ini."

Davina terdiam. Menatap Ega yang tampak tak terpengaruh dengan perdebatan antara dirinya dan David.

"Apa ini juga rencanamu?" tanya Davina kemudian.

Ega menoleh, menatap David sejenak lalu menjawab, "Adik angkatku meminta pertolonganku, tak ada alasan bagiku untuk menolak permintaannya."

"Tapi kau tak mengenalku. Ini bahkan pertemuan pertama kita."

Ega diam sejenak. "Hm, apakah tidak boleh menikah dengan orang tak kita kenal?" tanyanya dengan suaranya yang tenang dan polos.

Mata Davina melotot sempurna. Tak percaya dengan jawaban yang diberikan oleh Ega. Bahkan bisa-bisanya pria itu malah tersenyum manis. 

"Sebenarnya kita sudah saling mengenalkan," tambah Ega lagi. "Namamu Davina Riley. Adik kembar David. Apakah itu belum cukup?"

Mulut Davina hanya melongo. Kehilangan kata-kata untuk membalas pertanyaan Ega. Mendesah panjang, ia kembali menatap David. "Ini tidak benar, David."

"Lalu cara apa yang paling baik untuk melindungimu? Aku harus melakukan semua itu sebelum membalas setiap luka yang sudah ditorehkan di tubuhmu."

Sekali lagi Davina dibuat terkejut dengan kalimat terakhir David. "Membalas? Kau juga ingin balas dendam padanya?"

"Lalu kau ingin aku diam saja setelah semua yang dilakukannya padamu?"

Mata Davina terpejam. Menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya secara perlahan. "Kau tahu alasannya melalukan semua ini padaku, kan?"

David terdiam.

"Balas dendam." Davina menjawab sendiri meski tahu David pun mengetahui jawaban tersebut. Pria itu terdiam memang karena jawabannya, kan. "Dan sekarang kau ingin balas dendam padanya. Lalu kapan rantai dendam ini akan berhenti?"

"Apakah itu artinya kau memang baik-baik saja dengan semuanya? Setelah semua siksaan dan penderitaan yang kau dapatkan. Setelah semua pelecehan yang dilakukan padanya. Apa kau yakin kau bisa melupakan semuanya begitu saja?"

Semua bayangan keburukan yang diberikan oleh Dirga menggantung di atas kepalanya. Ia tak yakin akan mampu melupakannya. Ada kemarahan dan kebencian yang masih menggenapi dadanya. Namun, tak ada harapan untuk meluapkan semua emosi tersebut. Ia terlalu lemah dan tak berdaya.

"Apa kau akan baik-baik saja?" Sekali lagi David bertanya dengan emosi yang lebih kuat. Kemarahan di matanya begitu pekat, sedikit karena harus berdebat dengan sang adik dan lebih banyak pada apa yang dilakukan Dirga pada Davina. "Jangan coba-coba berbohong padaku, Davina. Tak ada orang yang lebih bodoh darimu jika kau menjawab ya."

Pelayan Sang TuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang