Dirga terkekeh. “Well, aku tidak sedang mengamati kebahagiaan keluarga kalian. Hanya … sedang merindukan Sesil.”
Saga menggeram. “Enyah dari hidup kami, Dirga. Kami sudah muak dengan semua gangguan yang ada tanpa kedengkianmu.”
“Kami?” Salah satu alis Dirga terangkat. “Kau, Saga. Bukan Sesil. Hubungan kami masih baik-baik saja,” koreksinya kemudian. “Dan Sesil tak pernah merasa muak denganku.”
Wajah Saga semakin menggelap, mengeluarkan pistol dari sarungnya di pinggang dan menggunakan gagangnya untuk memukul kaca jendela mobil Dirga. “Pergi atau aku akan menggunakan ini untuk kepalamu?”
Dirga mendengus, menginjak pedal gas. Bukan karena takut ancaman Sesil tetapi dari balik kaca spion ia bisa melihat Sesil yang melangkah turun dari dalam mobil. Mendesah panjang, ia melajukan mobil langsung pulang ke rumah.
Memberikan kuncinya pada Jim untuk diperbaiki di bengkel dan ia langsung ke lantai atas. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti begitu menginjakkan kaki di lantai dua.
“Apa-apaan ini?” geram Dirga menatap ke sofa panjang yang ada di ruang santai. Melihat Davina yang berbaring miring dengan mata terpejam, sementara kemeja miliknya yang dipakai gadis itu tersingkap, hingga sepenuhnya memamerkan kulit mulus Davina sepanjang paha. Tak hanya itu, kancing kemeja yang tidak dikaitkan pun memperlihatkan belahan dada Davina yang ranum. Membuat Wajah Dirga merah padam. Antara amarah dan gairah yang saling bersahut-sahutan.
“Bangun, gadis licik.” Dirga menangkap lengan Davina dan menariknya dengan kasar hingga terduduk dengan paksa.
Davina tersentak keras, dibangunkan begitu tiba-tiba dan dengan cara yang kasar membuat kepalanya pusing. Wajahnya bergerak naik dan terkejut menemukan Dirgalah pelakunya. Ditambah wajah pria itu yang menggelap dan sorot mata yang tajam membunuh, membuatnya segera tersadar bahwa ia telah melakukan kesalahan besar yang entah apa.
“Apa yang kau lakukan dengan bersikap murahan di tempat ini, hah?” desis Dirga tajam. Tak hanya ruang santai yang memiliki area setengah terbuka, tempat ini juga merupakan area lalu lalang ketika pengawal maupun pelayannya naik turun dari lantai satu ke lantai dua. Dan hampir semuanya berjenis kelamin laki-laki. Bisa-bisanya gadis itu berpose begitu menggoda di tempat sialan ini.
Kepala Davina berputar ke sekeliling mereka. Mengingat bagaimana ia bisa tertidur di tempat ini. “A-aku … tadi aku hanya duduk-duduk dan tiba-tiba mengantuk …”
“Omong kosong,” desis Dirga tak butuh mendengarkan penjelasan klasik ketiduran yang pasti akan terucap dari mulut Davina. Pria itu menarik tubuh Davina hingga berdiri dan menyeretnya ke dalam kamar. Membanting tubuh mungil Davina dan merobek kemeja yang dikenakan hingga kancing-kancingnya berhamburan ke lantai di sekitar tempat tidur.
“Kenapa kau tidak telanjang saja seperti ini, hah?”
Davina meringkuk dan memelukkan kedua lengan ke tubuh untuk menutupi dada. Kepalanya tertunduk, entah apa yang membuat sang tuan begitu murka. Apakah ketiduran adalah sebuah kesalahan yang besar? Ah, ia lupa. Bahkan ia bernapas saja sudah salah di mata Dirga.
Dirga menggusurkan tangannya ke rambut dan mengusapnya dengan kasar. Menatap tubuh Davina yang hanya mengenakan pakaian dalam dengan kesal, dan semakin dibuat frustrasi oleh rasa kesal itu sendiri. Mulutnya benar-benar gatal ingin berteriak, tetapi itu hanya akan memperjelas kekesalannya pada Davina yang bersikap murahan. Sialan.
Lebih kesal pada dirinya sendiri, Dirga melempar jas dan dasinya ke lantai. Menghilang di balik pintu kamar mandi dan mengguyur kepala dengan air dingin. Meredam gairah sekaligus amarah yang masih bergemuruh di dada.
Davina hanya terdiam di tempat tidur. Menatap pintu kamar mandi yang tertutup dan menyusul suara gemericik air dari dalam. Bertanya-tanya apa yang mencegah Dirga meluapkan amarah pria itu kali ini. Ia sudah bersiap pria itu akan merendahkan ataupun melecehkannya melihat gelapnya amarah yang memenuhi kedua mata sang tuan. Namun, kenapa tiba-tiba malah pergi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelayan Sang Tuan
RomanceNext Story Saga Sesil Banyu Dirgantara & Davina Riley Davina Riley, harus membayar nyawa yang nyaris dan sudah dilayangkan oleh sang ayah, Jimi. Sebagai pelayan Dirga. *** "Davina Riley?" Mata gadis itu mengerjap-ngerjap, seolah menahan rasa kantuk...