11. Hidup Baru Yang Tak Pernah Berubah

3.4K 241 5
                                    

Davina menatap tanpa daya ketika bertatapan dengan David yang juga tak bisa berucap. Mulut pria itu masih tersumpal kain, begitu pun dengan Ega. Davina diberikan pada salah satu pengawal dan dibawa ke dalam mobil. Begitu pintu ditutup, ia melihat David yang dilemparkan ke arah Ega. Ega langsung menangkapnya dan ia bisa melihat sang kakak yang mengerang kesakitan sambil memegang kaki sementara Dirga berdiri di hadapan keduanya. Entah apa yang dikatakan Dirga pada keduanya, Davina merasa lega, setidaknya pria tidak mengeluarkan pistol  untuk menghabisi nyawa David maupun Ega dengan cepat. Ega adalah seorang dokter, Davina hanya bisa berharap pria itu bisa membantu David.

Dirga berbalik dan lamgsung naik ke dalam mobil yang Davina tumpangi. Membuat gadis iu bergeser ke samping. Mendengus singkat, Dirga mengamati wajah Davina yang tertunduk. Mobil mulai melaju dan ia sempat melihat semua anak buah Dirga yang naik ke dalam mobil masing-masing, meninggalkan David dan Ega. Ega membantu David berdiri ketika mobil berbelok dan melenyapkan sosok keduanya dari pandangan Davina. 

“Kau masih tak berhenti merepotkanku, ya?”

Davina menggigit bibir bagian dalamnya. Menggumamkan kata maaf yang sangat lirih dengan bibirnya yang bergetar hebat.

“Kau bersungguh-sungguh?” decak Dirga sambil mengangkat salah satu alisnya dengan tatapan mengejek. 

Davina tak menjawab. Ya atau tidak, kedua jawaban itu sama sekali tak akan berarti apa pun bagi Dirga.

“Aku sudah menduga, di balik kepolosan dan kepatuhanmu, kau tak berhenti membuat rencana di kepalamu yang kecil itu. Tapi …” Dirga berhenti sejenak, tangannya terulur menangkap wajah Davina dan mendongakkan wanita itu sehingga tatapan keduanya bertemu. “Kali ini aku memaafkan pelarianmu. Kau tahu kenapa?”

Davina menggeleng meski tahu jawabannya, sambil menahan rasa sakit di tulang rahangnya yang serasa remuk.

Seringai Dirga naik lebih tinggi. “Kau memberiku samsak balas dendam lainnya. David Riley Carson.”

Davina tak terkejut. Seharusnya keberadaan David tetap terahasiakan.

“Hanya dia yang diharapkan oleh pria sialan itu untuk menolongmu, tanpa tahu tak ada apa pun yang perlu diharapkan dari seorang pemuda sembrono yang masih belajar cara merangkak itu.” Dirga tertawa geli. Ujung ibu jarinya mengusap bibir bagian bawah Davina dengan gerakan yang pelan meski tekanannya membuat Davina kesakitan. “Tidakkah kau merindukanku selama lima hari ini?”

“A-apa yang akan kau lakukan pada David? dan Ega, pria itu tidak tahu apa-apa tentang hubungan keluarga kita yang buruk. Kumohon jangan sentuh dia.” Davina mencoba bersuara meski suaranya keluar berbentuk cicitan.

“Dia harus hidup, untuk menyaksikan setiap penderitaan dan siksaan yang kau terima. Hanya itu satu-satunya cara untuk mendapatkan penderitaan dan siksaan yang sama besar dengan yang kau dapatkan. Konon ikatan batin saudara kembar begitu kuat. Untuk setiap luka yang kau dapatkan, dia juga akan merasakannya, kan?”

Air mata Davina meleleh. Ya, itulah yang terjadi antara dirinya dan David. Itulah yang membuatnya selalu menahan semuanya seorang diri meski David selalu mempertanyakan kemurungan wajahnya.

Dirga terkekeh lagi, melepaskan wajah Davina dengan sebuah dorongan yang tak terlalu kuat tapi juga tak lembut. “Aku akan membuatnya menggila dengan semuanya. Sama seperti ketika aku menggila kekasihku dilempar dari atap gedung oleh ayahmu.” Kali ini suara Dirga berupa desisan yang tajam dengan emosi yang begitu kuat. Tatapannya menusuk ke kedua mata Davina yang terpaku, oleh kepekatan dendam dan kebencian yang tersorot di kedua matanya.

Bibir Davina membeku. Mencerna sumpah terakhir yang diucapkan oleh Dirga. Tercengang dengan keras. Tak hanya Dirga yang hampir dibunuh oleh ayahnya, tetapi juga kekasih Dirga yang dilempar dari atap gedung? Davina benar-benar kehilangan kata-kata untuk mengomentari kekejaman yanga telah dilakukan oleh ayahnya. Bagaimana mungkin ia memiliki ayah sekejam dan sekeji itu? Ia tahu ayahnya adalah seorang pria dan ayah yang buruk. Tetapi … dosa itu terlalu banyak dan besar untuk ia tebus seorang diri.

Pelayan Sang TuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang