Lima.

5 2 0
                                    

"Lho, bukannya Ira sakit ya? Masa bisa ngelakuin semua ini?" Chandra mendekat lalu mengusap pucuk kepala Irana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lho, bukannya Ira sakit ya? Masa bisa ngelakuin semua ini?" Chandra mendekat lalu mengusap pucuk kepala Irana.

"Aku minta bantuan Sekar dan teman-temannya, tadi pas kalian pamit ke kantin," cengirnya salting.

"Jadi teteh pura-pura sakit?" tanya Isvara dengan hati yang nyaris mencelos.

"Enggak. Enggak gitu kok Isva, Teteh beneran sakit, tapi ...." Belum sempat Irana menjelaskan, sudah dipotong duluan oleh Shaka.

"Jadi kalian gak tau kalo Irana ngerencanain ini? Kirain kalian ikut andil ngerjain kami." Chandra menggeleng bingung.

Indarwati memeluk Irana dengan penuh sayang, lalu Isvara dan Chandra ikut menghambur memeluknya.

Irana melakukan ini, sebab sudah bertahun-tahun lamanya dia ingin merayakan hari istimewa Shaka dan Indarwati, tapi keduanya selalu berkelit dan sibuk bahkan melewatkan ulang tahun mereka.

"Bibi terharu, kamu seperhatian ini sama Bibi. Maafin ya kalo akhir-akhir ini kami selalu sibuk." Indarwati mengusap punggung Irana lalu mengecupnya.

"Ayolah kita makan dulu kuenya Bi, Om," ajak Iranan melerai peluk.

Chandra dan Isvara paling semangat, mereka cepat-cepat memotong kue dan membaginya.

"Selamat anniversary, Ayah," ucap Isvara sambil menyodorkan sepotong kue pada Shaka.

Shaka mengambilnya lalu menyuapi putrinya.

"Selamat anniversary, Bunda." Chandra tersenyum lalu menyuapkan kue pada sang bunda.

Kemudian semuanya menyuapi Irana yang penuh kenekatan dengan menapaki segala cara agar mereka bisa merayakannya. Meski harus di rumah sakit.

***

Sore menjelang. Irana sudah boleh pulang. Namun setelah sampai di rumah. Aktivitas mereka tidak bisa di cegah lagi. Indarwati dan Shaka langsung sibuk mengemasi barang-barangnya untuk melanjutkan pekerjaan.

Melihat itu, Irana, Isvara dan Chandra hanya bisa geleng-geleng kepala.

"I-iya sih, kebutuhan kita semuanya dipenuhi. Tapi jadinya kita kayak orang broken home yang kurang kasih sayang," kekeh Isvara saat melihat Ayah Bundanya melesat dengan kendaraan masing-masing.

"Ssstt, jangan mulai lagi deh, Va. Bagaimanapun setiap mereka ada waktu, pasti diluangin untuk kita bahkan saat lagi capek-capeknya. Iya, kan?“ Chandra mengacak pelan rambut Isvara yang tengah dikepang oleh Irana.

"Denger tuh ucapan Maba, Va," tambah Irana membuat Isvara mengerucutkan bibirnya.

"Udah siap nih, gih sana sekolah." Irana selesai mengepang rambut Isvara dan memakaikannya hijab.

"Yah, Teh Ira sendiri deh di rumah?" Isva membalikkan tubuhnya menghadap Irana.

"Iya gak apa-apa. Teteh harus bed rest kan kata dokter? Kak Chandra juga berangkatnya habis Dzuhur, Kok. Jadi teteh masih ada temennya."

Untouchable HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang