07

3.7K 280 12
                                    

Betapa frustasinya Marsha yang tiba tiba tidak bisa menggunakan akun Bank miliknya. Hingga membuatnya berkali kali menghubungi pihak Bank untuk memastikan jika ia hanya mengalami masalah sesaat. Namun, yang ia terima justru pembekuan dari pihak pertama yang tidak lain adalah sang Kakek.

"Arghh..,"Marsha mengeram kesal, setelah ia selesai menghubungi pihak Bank untuk ketiga kalinya dan mendapati hasil yang sama. "Kathrin..ah, iya gue harus hubungi Kathrin. Kalau gue di block, berarti dia juga ,"ia bergumam, kemudian menghubungi Kathrin sang sepupu.

Namun, sayangnya Kathrin tidak menjawab panggilan telepon atau pun membelas pesan dari Marsha. Dan lagi, Marsha mengeram kesal karena hal itu.

"ceks..,"Marsha berdecak, bingung harus kemana ia meminta bantuan untuk akun Bank miliknya yang terblokir.

"Zean ,"Marsha melebarkan kedua matanya dan ia pun segera turun dari lantai dua, karena mendengar suara mobil.

Tap...tap...tap..Marsha berjalan dengan cepat menuruni anak tangga.

Ceklek...Adzean membuka pintu rumahnya dan betapa kagetnya, ia melihat Marsha berjalan dengan cepat menuruni anak tangga. Hal itu bahkan membuatnya menunjukan ekspresi penuh tanya dan khawatir. Hingga akhirnya keduanya berdiri berhadapan.

Marsha menatap Adzean dengan tatapan permusuhan, sementara Adzean menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

"Gue...,

"Sebentar ,"Adzean mengangkat tanganya, mengisyaratkan agar Marsha tidak bersuara sejenak karena ponselnya berdering.

Marsha menghentakkan kaki kirinya dengan perasaan kesal, ia bahkan masih menatap Adzean dengan tatapan permusuhan disaat Adzean sedikit menjauh darinya karena menerima panggilan telepon.

Tidak lama, Adzean kembali dan memberikan ponselnya pada Marsha. "Ada yang mau kakek bicarakan ,"ucapnya.

Marsha menautkan kedua alisnya dan kini ia terlihat bingung, akan tetapi meski begitu ia tetap menerima panggilan telepon dari sang Kakek ditemani Adzean disampingnya.

"Marsha, kakek lupa memberi tahu mu. Jadi, mulai kemarin siang semua fasilitas untuk sementara kakek bekukan, "samar samar Adzean mendengar apa yang Kakek Wijaya ucapkan dalam sabungan telepon.

"Tapi kek..kakek nggak bisa dong, seenaknya gitu. Itukan fasilitas dari Kakek sampai aku nikah dan bisa hidup mandiri. Masa Kakek stop gitu aja ,"rengek Marsha, melupakan keberadaan Adzean.

"Hahah, kamu tenang saja. Semua keperluan akan di tanggung suami mu dan kamu juga harus ingat, kalau kamu sekarang itu sudah menikah ," . Seperti tersadar, Marsha tiba tiba sedikit merunduk dan melihat cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya.

Helaan nafas pelan, akan tetapi syarat akan kepasrahan terdengar lolos dari Marsha. Bahkan saat panggilan telepon berakhir dan mengembalikan ponsel milik Adzean, Marsha terlihat tidak bersemangat untuk hidup.

Srek..Marsha mengambil duduk di sofa ruang tamu tidak jauh darinya.

"Ad..

Marsha melambaikan tanganya memberi isyarat agar Adzean tidak bersuara. "Gue nggak mau di ganggu, "ucapnya, tanpa menoleh.

Adzean mengangguk samar, ia pun berbalik dan masuk kedalam kamarnya seolah tidak memperdulikan keadaan Marsha. Namun, meski begitu dalam hati ia khawatir dengan Marsha karena semua fasilitas yang Kakek Wijaya berikan ada ditanganya dan ia belum memberikannya pada Marsha.

****

**************Dilain tempat**********

****

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang