Ceklek....Adzean membuka pintu ruang istirahatnya dengan perlahan dan dengan hati hati pula ia melangkah masuk setelah menutupnya kembali. Adzean harus melakukan itu karena keberadan sang istri yang tidur disana.
Jam yang sudah menunjukan pukul 04.00 pagi, Adzean semakin merasa bersalah pada istrinya. Karena seharunya kemarin ia segera pulang untuk menikmati makan malam yang istrinya masak untuknya. Namun, nyatanya kesibukan dirumah sakit yang tidak bisa ia tinggalkan justru membuat sang istri datang untuknya, menghantarkan makan malam yang ia pinta sebelumnya dan berujung membuat sang istri bermalam di ruanganya, karena menunggunya yang harus melakukan operasi darurat pada seorang pasien.
Adzean menarik nafasnya dalam, kemudian menghalnya perlahan. Ia mengambil duduk di lantai, menghadap wajah tenang sang istri. "Cantik , selalu cantik ..,"Ia bergumam, sembari mengerakan jari telunjuknya mengikuti lekuk wajah sang istri.
Merasa ada yang memperhatikan, Marsha mengerjapkan kedua matanya dan benar saja saat ia membuka mata langsung berhadapan dengan wajah sang suami yang tersenyum padanya. " Mas...,"ia segera mengambil duduk, akan tetapi Adzean menahanya.
"Ganggu ya ?" tanya Adzean, sembari mengusap lembut pipi Marsha.
Srek...Marsha sedikit merubah posisinya, menghadap sang suami. Seutas senyum tipis terukir dibibirnya, meski ada rasa kasihan melihat wajah lelah sang suami.
Chups...Adzean mengecup kening Marsha cukup lama .
"Pulang yuk, lanjutin tidurnya dirumah, "ajak Adzean, mengusap lembut kening Marsha.
****
Didalam mobil dalam perjalan pulang, Marsha yang sudah tidak lagi merasakan kantuk pun menemai sang suami yang tengah mengemudi. Banyak obrolan lucu yang membuat keduanya tertawa. Namun, sebuah pertanyaan tiba tiba dari Marsha membuat tawa itu hilang meski Adzean menanggapi dengan santai.
Sebuah pertanyaan tentang masa depan, itulah yang membuat tawa didalam mobil yang Adzean kemudi itu perahan hilang. Karena ini menyangkut anak dan perbedaan keyakinan yang mereka peluk.
"Ck...lahir aja belum udah disuruh milih aja, "ucap Adzean, mengusap perut Marsha.
"Ya nggak gitu, aku cuma mau tahu aja ,"ucap Marsha, setelah bertanya pada Adzean akan diarahkan kemana keyakinan baby moci nantinya.
"Kalau aku sih terserah anaknya, kalau mau ikut aku ya aku kenalkan. Kalau nyaman ikut kamu, ya aku arahkan ,"ucap Adzean, sejenak menatap Marsha dengan senyum hangatnya. "Tapi yang ada di pikiran aku ya, aku bakalan arahin baby moci buat ikut kamu ,"lanjutnya.
Marsha menaikan alisnya. "Kenapa gitu ?" bingungnya.
"Ya karena kamu Mamanya, aku nggak mungkin biarin kamu ibadah sendiri ,"jawab Adzean.
"Berarti anak kedua, ikut kamu ?" tanya Marsha, masih dengan alis yang sedikit naik.
Adzean menaikan kedua alisnya. "Anak kedua ? eum...aku sih nggak ada rencana buat anak kedua ya, aku maunya 1 aja ,"jawabnya.
"Kok gitu ? nanti kamu ibadah sendirian dong ?" tanya Marsha, lagi.
Adzean mengulas senyumnya. "Nggak masalah. Yang penting itu kamu ,"jawabnya, mencubit gemas pipi sang istri.
"Sumpah gombal banget kamu , mas. "ucap Marsha, menatap geli pada sang suami.
"Dih, gombal gimana. Aku tuh serius sayang. Bahkan yang ada di pikiran aku sekarang, misal anak pertama kita cewek ,aku nggak ada niatan buat anak kedua ,"ucap Adzean.
"Kalau cowok gimana ?" tanya Marsha, penasaran.
"Ya bisalah dipertimbangkan, tapi kalau cewek cukup satu aja biar kamu ada temenya ,"jawab Adzean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be With You
FanfictionDemi menunjukan bukti baktinya kepada sang Kakek. Marsha Lenathan Wijaya dengan terpaksa menikah dengan Adzean Anggara seorang Dokter muda yang tiba tiba di jodohkan denganya hanya karena menolong sang Kakek dari sebuah insiden di restoran. Akankah...