21

3.5K 266 22
                                    

Sepanjang malam Adzean terjaga dari tidurnya bukan karena ia dipaksa untuk tidur di sofa ruang tamu oleh sang istri, akan tetapi Adzean terjaga karena kekhawatiran dan fikiranya penuh dengan pertanyaan "Bagaimana jika Marsha hamil ?" meski nantinya hal itu pasti akan terjadi dan dirinya akan menjadi seorang ayah. Namun, untuk saat ini ia belum menginginkan hal itu karena ia merasa masih ada banyak hal yang harus diselesaikan sebelum kehidupan baru hadir dipernikahanya dengan Marsha.

Sementara itu dikamar, Marsha juga tetap terjaga sepanjang malam dengan kekhawatiran yang sama. Ia khawatir jika ia hamil dan semua jadwal yang sudah ia rencanakan sebelumnya akan berantakan, selain itu di waktu dekat ia masih memiliki beberapa jadwal syuting dan foto shot.

Dan kini, hari sudah beranjak pagi. Adzean yang masih menggunakan baju ibadah subuhnya bergegas pergi ke mini market dengan motor milik Pak Supri untuk membeli alat tes kehamilan sesuai inisiatifnya.

"Ada tambahannya Kak ?" tanya seorang kasir yang melayani pembayaran yang Adzean lakukan, setelah mengambil beberapa alat tes kehamilan dengan brand dan jenis yang berbeda.

"itu saja, terimakasih ,"jawab Adzean dengan rasa cangungnya.

"Ini kak dan ini kembalianya, "ucap sang kasir, memberikan palastik putih berisi belanjaan yang Adzean beli.

Adzean mengulas senyumnya, kemudian bergegas pulang karena ia begitu khawatir dengan segala kemungkinan yang terjadi terlebih jika mengingat saat berhubungan suami istri dengan Marsha ia tidak pernah menggunakan pengaman, begitu juga dengan Marsha.

*

Setibanya dirumah, Adzean segera masuk kedalam kamar dan itu sukses membuat Marsha terkaget hingga menatapnya panik.

"Sayang, aku beli ini ,"ucap Adzean menunjukan plastik putihnya. "Kamu coba buruan, biasanya tesnya pagi pagi ,"ucapnya, lagi.

Marsha yang masih dengan wajah kantuknya, menatap bingung. "Apa sih, masih pagi juga. Tes apa ? " gumamnya sedikit kesal.

Adzean berdecak kecil dan memaksa sang istri menerima plastik putih darinya. "Kamu coba semuanya ya ,"ucapnya.

Marsha sedikit membuka plastik putih yang ia terima, kemudian ia pun berjalan menuju kamar mandi dengan langkah kaki yang masih terlihat lesu karena ia baru tidur kurang lebih satu jam lalu.

Melihat pintu kamar mandi yang tertutup, Adzean semakin terlihat gelisah dan beberapa kali mengigit kuku ibu jarinya. Adzean benar benar tidak bisa membayangkan jika hasilnya postif, meski ia akan tetap menerima itu.

Sementara itu didalam kamar mandi, lebih dari tiga alat tes yang Marsha coba dengan perasaan was was yang luar biasa hingga membuat bulir keringat terlihat jelas di keningnya hingga menetes.

Knock..knock..knock...suara pintu terketuk dari luar dan perlahan membuat Marsha mengadah, menatap pintu putih yang tidak jauh darinya.

"Sayang, kamu nggak papa kan ?" suara Adzean dari luar terdengar jelas, namun ia hanya bisa mengigit bibir bawahnya.

Marsha mengabaikan pertanyaan Adzean dari luar dan ia kembali mencoba alat tes kehamilan yang Adzean beli untuk yang terakhir.

Knock..knock..knock...suara ketukan pintu kembali terdengar.

"Sayang ?" lagi suara Adzean terdengar.

Marsha mengumpulkan semua alat tes kehamilanya, kemudian keluar dan langsung disambut dengan tatapan penuh tanya dari sang suami.

"Gimana ?' tanya Adzean yang syarat akan rasa penasaran dan juga khawatir.

"Kalau positif gimana ?" Marsha berbalik bertanya.

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang