13

4K 304 33
                                    

Sudah lebih dari lima kali ponsel Adzean berdering diatas nakas tidak jauh dari tempat tidur. Marsha yang terusik karena suara dering ponsel itu pun terusik dan perlahan membuka kedua matanya, akan tetapi lengan berat Adzean diatas perutnya membuatnya tersentak kaget dan tersadar dengan apa yang mereka lakukan semalam.

Berbeda dengan Marsha, Adzean justru masih tertidur dengan nyenyak tanpa melepas pelukanya dengan Marsha tidak perduli dengan udara dingin AC yang menerpa kulit punggungnya.

Ponsel yang kembali berdering, akhirnya sukses mengusik tidur nyenyak Adzean dan itu membuatnya berdecak kecil. Akan tetapi, ia justru mengeratkan pelukanya dengan Marsha dan kembali mengabaikan ponselnya.

Lagi lagi keadaan berbaik, Marsha yang sudah terbangun ingin sekali menyuruh Adzean untuk menjawab panggilan yang masuk. Akan tetapi, ia justru tidak memiliki keberanian itu. Ia bahkan hanya bisa mengulum bibirnya, mengingat apa yang mereka lakukan semalam yang membuatnya benar benar menjadi istri seorang Adzean lahir dan batin.

"Cekss...," Adzean berdecak, kemudian menyibak selimutnya. Dengan wajah khas bangun tidurnya, laki laki yang hanya memakai celana boxser itu beranjak dari atas tempat tidur untuk menjawab panggilan yang masuk.

Srek...Marsha menoleh kebelakang, ia melihat Adzean tengah menjawab panggilan telepon yang masuk sembari memunggunginya. Hingga tidak lama, ia kembali memunggungi Adzean yang berbalik sembari meletakan kembali ponsel diatas nakas.

"Morning ,"terdengar suara Adzean diatas telinga, membuat Marsha kembali menoleh dan sial, Adzean kembali membuat seorang Marsha terdiam karena ciuman yang tiba tiba.

Melihat kedua pipi Marsha yang bersemu mereka, membuat Adzean tersenyum tipis dan kembali berbaring diatas tempat tidur. Ia bahkan kembali memeluk Marsha dengan erat seolah ia tidak ingin beranjak untuk beraktifitas.

"Telepon dari siapa ?" tanya Marsha sembari berbalik, menghadap Adzean.

"Ollan ,"jawab Adzean.

Marsha mempoutkan bibirnya dan kembali kedalam pelukan Adzean, seolah enggan untuk beranjak dan memulai aktivitasnya.

****

Jam sudah menunjukan pukul 09.20 , matahari terlihat semakin meninggi. Setelah drama Marsha yang kesulitan untuk berjalan, kini Adzean dituntut pertanggung jawaban atas ulahnya semalam. Adzean harus menggendong Marsha hingga mobil, karena Marsha kembali mengeluh merasakan sakit tidak nyaman.

"Lagian ngapain sih, ngotot banget mau pemotretan hari ini. Emang nggak bisa di undur ?" Adzean mengomel sembari menggendong Marsha ke mobil milik Marsha.

Marsha berdecak mendengar omelan sang suami, ingin sekali memukul kepala suaminya karena suaminyalah yang justru membuat jadwalnya hari ini hampir kacau.

"Mau di antar sekalian nggak ?"tanya Adzean saat sudah mendudukan Marsha di kursi penumpang.

Marsha mengulurkan tangan kanannya, mencubit gemas pipi Adzean. "Kayanya, hari ini aku nggak mau lama lama ketemu kamu. Aku lagi marah sama kamu ,"ucapnya.

Adzean menaikan alis kirinya, kemudian tersenyum. "Ciee udah aku kamu aja neng ,"ucapnya mencolek dagu Marsha.

Marsha mempoutkan bibirnya. "Dah ah, ngeselin ,"ucapnya mendorong Adzean agar menjauh darinya.

Adzean yang masih tersenyum, mengacak gemas rambut Marsha. "Oke kalau nanti malem nggak ngeselinkan ?" ucapnya, mengedipkan mata kananya.

Marsha memutar malas kedua matanya, mengibaskan tangan kanannya.

"Neng, barang barangnya udah di mobil semua. Berangkat sekarang ?" tanya pak Supri yang tiba tiba datang.

"Oh, udah ya Pak. Makasih ya Pak ,"ucap Marsha pada Pak Supri.

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang