Hari ini adalah hari pertama aku tidak lagi masuk sekolah. Aku menatap jam wekerku, melihat jam sudah menunjukkan pukul 7 tetapi aku masih bermalas-malasan diatas kasurku. Aku memaksa diriku bangun, tidak lupa untuk berdoa dan kemudian membereskan tempat tidurku. Selepas itu, aku segera turun dari kamarku menuju dapur untuk mencari segelas air putih guna untuk menyadarkan diriku dari rasa ngantuk. Selesai minum, aku menyadari bahwa rumahku sudah kosong yang berarti mama, papa dan kakaku sudah berangkat kerja.
Aku menemukan catatan yang ditempelkan mama di kulkas yang berisikkan perintah untuk menghabiskan sarapan yang sudah dibuat. Sebenarnya aku tidak terlalu suka sarapan tetapi mama selalu memaksaku untuk sarapan. Aku sering sakit perut karena memaksa diri untuk makan, tetapi aku tidak pernah mengatakannya kepada mama, aku tidak mau membuat dia khawatir, aku menghabiskan makanan untuk menghargai kerja keras mama yang sudah rela bangun pagi untuk menyiapkannya.
Selepas makan aku memutuskan untuk mandi, berharap selesai mandi aku akan merasa lebih segar. Air pagi ini lumayan dingin yang langsung membuat mataku terbuka lebar. Aku segera membasuh diri dan mengganti pakaian, menggunakan skincare dan menyisir rambutku. Hari ini aku berencana mencari jurusan universitas menarik agar aku sudah bisa menyiapkan berkas pendaftaran sembari menunggu surat keterangan lulus serta ijazah.
***
Saat aku sedang asik melihat-lihat berbagai macam pendaftaran kuliah, kosentrasiku langsung hilang saat melihat notifikasi di layar handphone ku. Nama Josse muncul dengan pesan yang samar-samar aku baca. Aku langsung mengambil handphone ku untuk melihat pesan apa yang dia kirimkan, aku dan Josse memang pernah bertukar pesan tetapi hanya sekedar pembicaraan terkait tugas. Tidak mungkin kan sekarang dia menanyakan tugas padahal kami sudah lulus.
Pesan yang dikirimkan Josse sempat membuatku kaget, aku sampai membuka dan menutup mataku dengan cepat untuk memastikan apakah yang aku baca ini benar atau tidak.
"Renn, mau jalan bareng ngak hari ini?" isi pesan Josse yang membuatku tercengang
Aku sebenarnya tidak pernah membayangkan bahwa Josse akan mengajakku jalan karena meskipun kami dekat tetapi tidak sedekat itu sampai kami bisa jalan berdua apalagi aku cenderung lebih susah untuk berkomunikasi dengan laki-laki.
Aku segera membalas pesannya dengan bertanya apakah teman-teman yang lain juga diajak atau tidak. Pertanyaan konyol yang sebenarnya aku sudah tau jawabannya. Jika yang lain diajak pasti dia akan menghubungi di grup bukan personal chat karena kami sempat membuat grup untuk mengirimkan foto-foto saat acara kemarin.
Tebakanku benar, Josse membalas dengan 3 kata yang semakin membuatku bingung.
"Hanya kita berdua."
3 kata yang membuatku sulit bernapas karena paniknya. Ini kali pertama aku diajak jalan oleh laki-laki, meskipun Josse masih temanku tetapi tetap saja dia adalah laki-laki.
Setelah 30 menit menatap layar handphone ku, aku akhirnya memberanikan diri menjawab pesan Josse. Aku menyusun kata-kata agar terlihat bagus dan tidak grogi.
"Boleh kok, mau jalan kemana dan jam berapa?" aku menekan tombol send dan langsung spontan mematikan handphone ku.
Tidak selang semenit Josse langsung membalas pesanku dan menentukan jam dan tempatnya. Aku pun langsung mengiyakannya hingga aku lupa aku belum meminta izin kepada mama dan papa.
"Gawatt, aku lupa aku strict parents" umpatku dalam kesal
Akupun memberanikan diri meminta izin kepada mama. Aku sudah berekspetasi akan mendapatkan penolakan, tetapi entah kenapa hari ini mama langsung mengiyakan permintaanku untuk hangout. Aku merasakan keberuntunganku dalam tahun ini sudah terpakai.
Aku bergegas memilih baju, sepatu, tas dan lain sebagainya seperti perempuan kebanyakan. Entah kenapa aku ingin tampil cantik meskipun aku tidak tahu maksud Josse mengajakku bertemu itu untuk apa. Josse mengajakku bertemu jam 3 jadi aku masih memiliki banyak waktu untuk bersiap-siap.
***
Sesampainya disalah satu Mall aku segera menemui Josse di depan tempat makan yang dia pilih. Aku melihat Josse dari kejauhan, dia mengenakkan celana jeans hitam, hoodie hitam, sepatu hitam dan topi berwarna hitam. Aku sempat heran dengan penampilan serba hitam yang dia kenakan.
"Seperti akan pergi kerumah duka saja." gumamku dalam hati
Josse yang melihatku langsung melambaikan tangan, kami pun saling melontarkan senyum awkward sebelum kami memasuki tempat makan tersebut. Kami memilih untuk duduk di sudut rumah makan yang memiliki view kota yang bagus. Beberapa menit kami berdua hanya diam dalam keheningan sebelum akhirnya Josse memutuskan untuk memulai pembicaraan.
"Maaf ya Ren, aku tiba-tiba ngajak kamu Jalan." ujar Josse dengan nada yang grogi
"Gak apa-apa Jos, aku cuman sempat bingung soalnya tumben kamu ngajak aku jalan makanya tadi aku sempat lama balas pesanmu." jawabku menjelaskan
"Iyaa, aku pikir kamu ngak mau jalan sama aku, makanya saat kamu bilang boleh, saking senangnya aku langsung balas tanpa mikir panjang." jawabnya spontan yang membuatku kaget
"Senang?" tanyaku
"Ehh, iya Ren. Sebenarnya udah lama aku mau ajak kamu jalan. Tapi kata Berlyn sama Ivana, kamu masih fokus buat ujian dulu, jadi aku tunda niatku, kalo sekarangkan ujian sudah selesai, kita juga udah lulus. Aku ngak mau nyesel, makanya aku ngajak kamu jalan sekarang." ucap Josse panjang lebarUcapan Josse membuatku tersenyum karena aku tidak menyangka ada laki-laki yang menungguku. Aku merasa effort yang aku lakukan untuk tampil cantik didepan Josse tidak sia-sia. Kami melanjutkan pembicaraan dengan lebih santai, kami mulai membahas hal-hal lucu hingga membahas hal-hal kecil tentang masing-masing.
Tidak terasa sudah jam 7 malam, kami sudah bercerita kurang lebih 4 jam. Josse memutuskan untuk mengantarku pulang. Meskipun sedikit takut, akupun mengiyakan tawaran Josse dengan harapan mama dan papaku tidak akan menginterogasi dia.
***
Sepertinya dewa keberuntungan berpihak padaku hari ini, keluargaku hari ini bekerja lembur sehingga saat aku sampai rumah, masih belum ada kehidupan. Josse akhirnya pamit untuk pulang, akupun menunggu hingga motornya berlalu hilang dari pandanganku. Aku segera masuk dan membersihkan diriku. Setelah berbaring di kasurku, aku melihat notifikasi dari Josse di handphone ku, dia mengatakan bahwa dia senang bisa jalan bersamaku. Aku tidak bisa berbohong, aku juga senang bisa berbicara panjang lebar bersama Josse.
Kamipun melanjutkan saling mengirim pesan, aku tertawa dengan pesan yang dia kirimkan, kami saling mengirim pesan hingga pagi, tanpa aku sadari aku tertidur dengan handphone yang menyala di ruang obrolan milik Josse. Entah apa yang dia pikirkan, saat dia melihatku online tetapi tidak membalas pesannya. Saling mengirim pesan kemudian menjadi hal yang rutin kami lakukan setiap hari, aku sampai lupa hal apa saja yang kami bahas, yang aku ingat kami tidak pernah kehabisan topik pembicaraan.
***
#Ch3_End
KAMU SEDANG MEMBACA
Expectation
Teen FictionEkspetasi yang berlebihan dapat membunuhmu secara perlahan