Kami menghabiskan 2 bulan libur semester kami dengan membuat banyak kenangan bersama. Josse merupakan laki-laki pertama yang aku ajak untuk bertemu dengan kedua orang tuaku. Awalnya aku berpikir mama dan papa akan cenderung judes dengan Josse, tapi nyatanya mereka sangat menyambut Josse dengan hangat bahkan beberapa kali Mama menyuruhku mengajak Josse untuk makan malam bersama. Kebahagiaanku semakin bertambah melihat keluargaku menerima Josse dengan baik.
Selain itu, akupun diterima dengan baik di keluarga Josse, bahkan bisa dikatakan aku lumayan dekat dengan Adik perempuanya, Cynthia. Aku juga merupakan perempuan pertama yang dikenalkan Josse kepada kedua orang tuanya, sungguh pengalaman pertama yang membuatku degdegan tak karuan, aku bahkan masih bisa merasakan perasaan gugup waktu itu hingga sekarang. Pengalaman baru yang tak akan aku lupakan.
Hampir setiap minggu kami pergi jalan-jalan entah ke kebun binatang, ke mall, museum, pantai atau bahkan hanya sekedar bekeliling kota menikmati street food yang ada. Sederhana tapi berkesan. Waktupun bahkan berlalu bergitu cepat jika kami bersama. Sungguh momen yang ingin sekali aku bingkai dan ku gantung di dinding kamarku agar bisa ku liat berulang kali. Setiap kali aku menatap lelaki disampingku ini, aku semakin menyadari bahwa aku sangat mencintainya.
"Ngelamunin apa sih kamu?" Ujar Josse yang sontak memecah lamunanku
"Nggak kok, aku hanya kagum aja punya pacar ganteng!" Jawabku lugas
"Aku emang gantengg, kamu baru sadar?" Timpalnya dengan nada ke PD-anObrolan-obrolan konyol seperti ini membuatku semakin nyaman dengan Josse, aku tak perlu bersikap sok jaim jika bersamanya, aku bisa menjadi Rena apa adanya. Bagaikan cerita Cinderella, aku tidak pernah berpikir akan mendapatkan kisah cinta seperti ini, kisah cinta pertama yang sangat berkesan. Aku bahkan merasakan bahwa sebagian hidupku diisi dengan Josse, aku tak tahu hidupku akan seperti apa jika aku tidak bersamanya.
***
"Hati-hati di jalan ya sayang." Kataku kepada Josse yang hendak memakai helm yang sempat dibukanya untuk berpamitan dengan orang tuaku
"Iya sayang, tenang aja, nanti aku kabarin kalo udah sampai rumah ya." Jawabnya meyakinkanAku melihat motor Josse berlalu dari pandanganku. Aku bergegas masuk rumah dan membersihkan diriku yang sudah dekil tak karuan. Selesai mandi, aku melihat pesan di layar handphone ku yang tak lain adalah pesan dari pacarku. Kami pun memutuskan untuk langsung beristirahat mengingat seharian ini kami pergi mengelana seperti Dora The Explorer. Rasa lelah baru terasa saat sampai di rumah, padahal tadi aku merasa masih bisa melakukan perjalanan lainnya. Sungguh luar biasa power yang kudapatkan saat bersama Josse bak Wonder Women.
Sebelum bertekad untuk tidur, aku melihat foto-foto kami saat berjalan-jalan tadi. Kami terlihat sangat bahagia disetiap sudut foto selfie yang kami ambil. Josse terlihat sangat tampan dengan kaos hitam yang dilayer dengan kemeja flannel berwarna coklat kemudian dipadukan dengan celana serta sepatu hitam, rambutnya pun diatur dengan rapih yang membuatnya terlihat 1000 kali lebih tampan dari biasanya. Entah aku bermimpi apa bisa memiliki kekasih seperti Josse, seperti memenangkan lotre.
"Ganteng banget Tuhan." Gumamku spontan
***
Aku terbangun dengan mata yang bengkak karena hari ini Josse akan kembali ke kota tempat dia berkuliah. Aku ditemani Melissa dan Alicia berencana akan mengantar Josse ke stasiun. Aku sudah mengumpulkan 100 tekad dalam diri ini untuk tetap pergi, dua bulan cepat sekali berlalu, saat Josse datang aku tak pernah berpikir akan berpisah lagi, sungguh naif.
Aku perlahan menyisir rambutku dan dengan suara lembut aku mendengar mama memanggilku guna untuk memberitahukan bahwa kedua sahabatku sudah menungguku di bawah. Semakin dekat waktu kami untuk berpisah semakin sakit yang aku rasakan. Aku kembali terduduk di ranjangku dengan sesekali menyeka air mata yang perlahan turun membasahi pipiku. Aku tak tahu harus berbuat apa, aku terdiam dalam tangisku.
***
Selama 30 menit aku hanya diam menatap jalan lurus yang akan membawaku ke stasiun, tempat aku dan Josse akan terpisah lagi. Mellisa dan Alicia juga tak mengajakku berbicara, mungkin mereka sudah paham dengan yang aku rasakan. Perjalanan itu dilalui dengan keheningan, hanya beberapa kali terdengar suara klakson motor dan mobil saat kami berhenti di lampu merah. Aku tak pernah merasakan hal seperti ini, baru kali ini aku akan berpisah dengan orang yang kusayangi setelah menghabiskan waktu lama bersama. Ternyata Long Distance Relationship yang sesungguhnya adalah seperti ini. Aku pikir aku kuat, ternyata aku tumbang juga.
***
"Aku pamit ya Sayang." Ucap Josse dengan lembut kepadaku yang sedari tadi terdiam dalam pelukkannya
Aku hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun, hanya air mata yang dapat mewakilkan perasaanku saat itu. Akupun merasakan bahwa Josse mencoba menahan air matanya, membuatku semakin tak ingin berpisah darinya.
Akupun melepaskan pelukanku, melihat Josse dengan dalam, Josse pun menatapku dengan mata yang berkaca-kaca. Aku memutuskan untuk tersenyum meski aku merasakan senyum yang kuberikan adalah senyum palsu. Josse mencium keningku dengan lembut dan sekali lagi mengatakan "Aku pamit ya sayang." Kata-kata keramat yang tidak ingin aku dengar, tapi harus aku dengar. Aku yakin kata-kata ini adalah kata-kata legend untuk para pejuang LDR.
Aku melihat Josse mendorong kopernya perlahan menuju pintu masuk untuk pengecekkan tiket. Josse melambaikan tangan kepadaku dan aku membalasnya dengan lemas, kedua sahabatku tak bergeser dari sampingku, menemaniku hingga bayangan Josse menghilang. Mellisa dan Alicia segera merangkulku dan sesekali menepuk bahuku dengan isyarat bahwa semua akan baik-baik saja. Aku bersyukur ada mereka berdua yang menemaniku. Kami pun bergegas pulang dengan kondisi yang sama saat kami datang, kami hanya diam tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulut kami. Aku hanya diam dan meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Aku percaya Josse dan aku dapat melewati hubungan jarak jauh ini dengan baik.
***
#Ch9_End
KAMU SEDANG MEMBACA
Expectation
Teen FictionEkspetasi yang berlebihan dapat membunuhmu secara perlahan