Chapter 2 - Kelulusan

4 0 0
                                    

Aku merasakan seperti hidupku sudah diujung tanduk saat aku melihat jam menunjukkan pukul 06.50 yang berarti 10 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup dan upacara bendera akan segera dimulai. Aku bergegas turun dari angkot yang terjebak macet dan secepat kilat berlari kearah gerbang sekolahku. Kejadian seperti inilah yang menjadi salah satu alasan aku membenci sekolah terutama pada hari senin.

"Save!!" aku berteriak saat aku berhasil masuk kedalam sekolah sebelum pak Satpam menutup gerbang. Teriakkanku sempat membuat beberapa anak yang berada disampingku menatapku dengan heran. Aku tidak menghiraukan tatapan mereka dan segera menuju kelapangan untuk berbaris mengingat ini adalah upacara terakhir sebelum pengumuman kelulusan akan dilakukan.

Setibanya di barisan kelasku, aku memanjangkan leherku melirik kekanan dan kekiri melihat apakah ketiga sahabatku sudah tiba atau belum. Aku merasa lega saat melihat Berlyn seperti biasanya berbaris paling depan dan Joy yang berbaris di barisan laki-laki mengingat Joy memiliki kepribadian yang lebih tomboy jika dibandingkan dengan aku, Ivana dan Berlyn sehingga dia seringakali menjadi bagian dari anak laki-laki. Meskipun begitu, dia tetap menyayangi kami bertiga.

Sejauh mata memandang aku tidak melihat batang hidung Ivana, aku yakin dia pasti ketiduran lagi. Ivana memang anak yang suka sekali tidur, sehingga tidak heran lagi dia menjadi santapan empuk bagi guru yang piket karena hampir setiap minggu dia memiliki jadwal untuk terlambat.

***

Upacarapun selesai, kami kembali ke kelas kami masing-masing. Aku, Berlyn dan Joy bergandengan masuk kekelas, menghiraukan Ivana yang dihukum oleh guru piket untuk membersihkan sampah dilapangan. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan Ivana, sehingga kami sudah tidak memiliki rasa kasihan kepadanya.

Sesampainya di kelas kami bercerita mengenai akhir pekan kami, berbagi cerita akhir pekan merupakan salah satu rutinitas kami di hari senin. Sementara bercerita, Ivana masuk dengan wajah yang sudah dekil karena terkena matahari pagi yang panasnya sudah tidak bersahabat. Ivana langsung merogoh botol minum dari tasnya dan meneguk minuman yang dia bawah tanpa hitungan menit. Anak ini nampaknya sangat kelelahan dengan kegiatannya dipagi hari.

"Produktif sekali teman kita nih." Joy melontarkan ejekkan sambil tertawa kecil
"Produktif pala luu. Masih pagi udah kena ceramah aja aku nih, mana panas banget tadi dilapangan. Aku juga lupa pakek sunscreen tadi karena aku telat bangun." ujar Ivana dengan nada kesal sambil menutup botol minum yang sudah kosong
"Makanya kamu kalau tidur yah tidur aja jangan cosplay mati suri." sambung Berlyn yang membuat kami tertawa

Mendengar pembicaraan kami, Josse datang menghampiri kami dan berniat untuk bergabung bersama. Josse segera menarik kursi dan meletakkannya di samping mejaku, dengan wajah penasaran dia nampaknya ingin tahu apa yang sedang kami bahas. Josse adalah teman Joy, Joy sempat mengenalkan kami dan Josse saat kami kelas 2, tetapi karena jarak kursi kami yang jauh, kami jarang berkomunikasi. Kami memang sudah sekelas dari kelas 1 tetapi Josse tidak terlalu mencolok begitupun denganku. Aku juga cenderung sulit untuk berteman dengan lelaki, sehingga aku tidak terlalu menghiraukan dia.

Saat kelas 3 awalnya aku duduk dibarisan paling belakang, tetapi karena mataku yang mulai bermasalah, aku mencoba bernegosiasi dengan teman yang duduk didepan untuk bisa bertukar tempat denganku. Anehnya, temanku langsung mengiyakannya, ternyata hal ini karena jaringan wifi di barisan belakang lebih bagus dibandingkan didepan. Syukurlah, aku merasa harus berterima kasih kepada jaringan wifi tersebut.

Saat duduk didepan, ternyata Josse duduk tepat dibarisan sebelah kanan kami. Hal inilah yang menyebabkan kami lebih sering berkomunikasi dibandingkan saat kelas 2 karena jarak kami yang lebih dekat dari sebelumnya. Aku duduk bersama Ivana kemudian dibelakang kami Berlyn dan Joy sedangkan Josse duduk dengan Radyt.

"Kalian bahas apa nih? Seru banget kayaknya." ucap Josse dengan wajah penasaran
"Ini si Ivana, pagi-pagi udah produktif aja." balas Berlyn
"Aku sampe bosan liat kamu terlambat loh Iv, tiap minggu ada aja hari kamu terlambat." sambung Josse dengan nada menggurui
"Diam kamu Josee, jangan sampe aku retakkan kepalamu kayak botol ini." ujar Ivana sambil meremas botol air mineral yang sedari tadi tidak dia simpan didalam tas
"Ampunn bos, ngeri banget, udah mau lulus harus sabar." timpah Josse meledek
"Sudah-sudah, bisa-bisa kalian gelud beneran ini." leraiku sambil tertawa

Obrolan kami terhenti saat mendengar pengumuman bahwa kami anak-anak kelas 3 diminta untuk berkumpul di aula. Dalam hatiku merasakan euphoria karena sebentar lagi akan keluar dari lubang neraka ini. Terlalu banyak drama yang aku alami selama SMA yang membuatku ingin cepat kabur dari sekolah ini.

Kami segera bergegas ke aula. Mengikuti beberapa susunan acara yang tak kalah membosankan hingga tiba pada pengumuman kelulusan. Kami menerima masing-masing amplop yang berisikan surat pernyataan lulus atau tidak lulus. Tidak bisa aku tutupi, aku lumayan degdegan saat membuka amplop tersebut meskipun aku yakin aku pasti lulus. Mengingat nilaiku yang selalu bagus.

Semua anak-anak menjadi hening saat diminta membuka amplop masing-masing. Setelah selesai membuka dan membaca surat didalamnya, teriakkan langsung terdengar didalam aula tersebut yang menandakan kami semua lulus dari sekolah ini. Aku, Berlyn dan Ivana langsung berpelukkan dan menari bahagia, meskipun ada rasa sedih karena kami akan berpisah. Kami mengabadikan momen dengan berselfie dan membuat video agar saat kami rindu satu sama lain, kami bisa melihat kenangan-kenangan yang sudah kami buat ini.

***

Acara kelulusan selesai, kami bertiga berencana akan nongkrong di rumah Ivana karena orang tua Ivana yang jarang di rumah sehingga Ivana kerap kali ditinggal sendirian. Selain kami bertiga, Josse dan Radyt juga diundang, kami sudah mulai dekat sejak pertengahan kelas 3 sehingga nongkrong bersama sudah tidak menjadi hal yang aneh lagi bagi kami. Selain Josse dan Radyt, Joy juga mengundang pacarnya Kris dan Kris mengundang temannya Hizkia. Kami juga lumayan dekat dengan Kris dan Hizkia meskipun kami berbeda kelas.

Kami memasak mie, membuat jus, melakukan karoke, bermain games seru dan menikmati acara kelulusan kami yang jauh dari kata mewah. Aku sempat berpikir andai keseruan seperti ini aku alami dari awal kelas 1 mungkin aku tidak akan menganggap bahwa masa SMA  ku suram. Aku memang memiliki tiga sahabat yang baik tetapi tidak jarang juga aku merasakan kesepian karena aku lebih sering memfokuskan diriku pada belajar dan menulis. Aku juga cenderung jarang hangout karena orang tuaku yang lumayan strict. Tetapi, sebanyak apapun aku mengeluh, tidak akan membuat aku kembali ke masa lalu yang dapat aku lakukan hanyalah menikmati waktu sekarang dan menjadikannya momen indah untuk diingat dikemudian hari.

***

#Ch2_End

ExpectationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang