Chapter 6 - Pacar Sungguhan

5 0 0
                                    

Hari ini tepat seminggu aku pacaran dengan Rena, aku merasa bahwa hari-hariku sangat indah saat Rena menerimaku untuk menjadi pacarnya. Rena memang bukan pacar pertamaku karena sebelum bersama Rena aku sempat berpacaran dengan kaka kelasku. Insiden yang tidak ingin aku ingat saat aku dipaksa untuk menyatakan cinta pada kaka kelas itu didepan banyak orang. Hubunganku sebelumnya dilandaskan keterpaksaan sehingga hubungan kami hanya berjalan dibawah kendali teman-temannya selama 2 minggu. Setelah dia memutuskan hubungan kami, aku mulai menjauh dari circle pertemanan toxic milik mereka.

Awalnya aku hanya sering melihat Rena dari kejauhan, bahkan saat kelas 1 aku tidak pernah berbicara dengannya. Rena duduk di kursi paling depan bersama Berlyn sedangkan aku duduk di kursi paling belakang bersama Radyt. Pertama kali aku berbicara dengan Rena saat Joy memperkenalkan kami, mulai saat itu aku lebih sering memperhatikan Rena dan mulai mencari cara agar bisa berteman baik dengannya.

Menurutku Rena adalah perempuan kalem yang hobi belajar. Aku mungkin bisa mengatakan bahwa dia lebih introvert jika dibandingkan dengan perempuan lain di kelas kami. Rena hanya akan terlihat bahagia jika dia bersama ketiga sahabatnya. Sikap Rena yang seperti itu membuatku penasaran dengan gadis itu.

***

Setelah naik kelas 3 aku memilih duduk di kursi paling depan bersama Radyt sedangkan aku melihat Rena duduk di kursi paling belakang karena Ivana memaksanya untuk duduk disana. Tetapi, seminggu kemudian saat aku memasuki kelas, aku melihat Rena duduk di samping kiri mejaku bersama Ivana. Aku merasa memenangkan jackpot saat menyadari bahwa aku akan lebih dekat dengannya. Semenjak Rena pindah tempat duduk, kami lebih sering berbicara dan satu hal yang aku sadari bahwa Rena tidak sependiam itu, dia ternyata bisa membuat jokes receh yang sering membuat kami tertawa.

Banyak hal baik yang Rena miliki tetapi tidak semua orang bisa melihatnya. Rena cenderung perhatian dan cerewet saat ada yang sakit diantara kami. Aku ingat sekali, saat aku luka karena jatuh dari motor, dia segera memberiku plester dan menempelkannya pada lukaku. Saat hendak menempelkan plester, aku melihat dia sangat dekat denganku membuat jantungku berdetak tak karuan. Saat itulah aku menyadari bahwa aku menyukai gadis ini. Baru kali ini aku merasakan perasaan seperti ini. Mungkin aku bisa mengatakan bahwa Rena adalah cinta pertamaku.

***

Aku beberapa kali memberanikan diri untuk mengirimkan pesan kepada Rena, tetapi aku hanya berani mengirimkan pesan terkait tugas sekolah yang sebenarnya sudah ku kerjakan terlebih dahulu. Aku hanya pura-pura bertanya dan berharap hal ini dapat menjadi langkah awal aku bisa lebih dekat dengannya. Tetapi, gadis itu hanya membalas pesan seadanya saja, bahkan cenderung cuek jika dibandingkan saat kami berbicara langsung. Aku sempat menanyakan tips mendekatinya dari Berlyn dan Ivana tetapi mereka mengatakan bahwa Rena sekarang lebih fokus pada ujian dan kelulusannya. Hal ini sedikit membuatku putus asa. Aku sempat berniat untuk menyerah tetapi aku juga tidak ingin menyesal. Aku dilema.

***

Saat pengumuman kelulusan tiba, yang ada dibenakku saat itu hanya satu hal, yaitu aku akan mengajak Rena jalan saat semua drama kelulusan ini selesai. Kami semua dinyatakan lulus 100% yang berarti Rena juga lulus, aku melihat dia, Berlyn, Ivana dan Joy bersorak gembira setelah membaca surat kelulusan mereka. Aku melihat Rena tersenyum dengan bahagia.

"Cantiknya.", ujarku saat itu dengan suara pelan
"Apa yang cantik? Aku?" tanya Radyt yang memecah kosentrasiku
"Ihh najis." jawabku meledek

Sepulang sekolah kami berkumpul di rumah Ivana, melakukan berbagai macam perayaan kecil-kecilan untuk kelulusan kami. Rena terlihat sangat bahagia dengan acara ini, dia bahkan lebih bersemangat dari biasanya, membuat aku tak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Niatku untuk mengajaknya jalan semakin bulat.

***

Sesampainya dirumah aku langsung mandi dan makan kemudian bergegas menuju kamarku dengan memberi larangan pada Ayah, Ibu dan Adikku untuk tidak mengganguku. Malam itu aku berencana memikirkan cara paling keren untuk mengajak Rena jalan. Aku mulai mengetik pesan dan kemudian menghapusnya kemudian mengetiknya lagi dan menghapusnya lagi. Berulang kali sampai aku tak menyadari bahwa waktu sudah lewat tengah malam. Tidak mungkin aku mengirimkan pesan pada jam segini, aku tidak mau jika Rena akan menggapku tidak sopan. Aku akhirnya menunda niatku untuk mengirimkan pesan malam itu, aku sudah bertekad akan mengirimkan pesan tersebut pada keesokkan paginya.

***

Saat selesai menekan tombol send aku langsung melempar handphone ku ke kasur karena baru pertama kali aku mengajak seorang gadis untuk jalan berdua bersamaku.

"Apa aku berlebihan ya? Apa Rena akan membenciku? Apa dia berpikir aku aneh?" saat itu aku terus menggumamkan tiga hal ini berulang kali
"Tidak Joss, kamu melakukan hal yang baik. Kalo tidak sekarang, kapan lagi ?! It's a Good choice Josse." gumamku lagi meyakinkan diri sendiri.

Tinggg~

Suara notifikasi handphone yang membuat tanganku basah dengan keringat. Aku perlahan-lahan melirik layar handphone ku untuk melihat pesan siapa yang masuk. Nama Rena terpampang jelas disana, aku segera membaca pesan itu dengan harapan dia tidak menggapku freak. Aku tidak akan lupa bagaimana wajah panikku saat itu. Sungguh lucu.

"Apakah teman-teman yang lain diajak?" isi pesan Rena yang sempat membuatku berpikir panjang karena malam sebelumnya aku hanya membuat rencana untuk mengirimkan pesan pertama, aku tidak memikirkan rencana untuk pesan balasan lainnya. Sungguh bodoh!

Setelah berpikir aku memutuskan untuk mengirimkan pesan bahwa hanya aku dan dia yang akan bertemu hari itu. Pesan yang kukirimkan itu mendapatkan balasan lebih lama dibandingkan sebelumnya, padahal aku melihat dia sudah membaca pesan itu. Tetapi balasan yang kuterima langsung membuatku senang tak karuan, aku melompat-lompat saking girangnya. Untungnya aku sudah menentukan tempat dan jam kami akan bertemu. Saking percaya diri bahwa Rena tidak akan menolak ajakkanku sehingga aku sudah mempersiapkannya.

Saat itu aku langsung bergegas mempersiapkan diriku sebaik mungkin, mencukur kumis yang merupakan hal yang ku benci bahkan kulakukan, aku akan berusaha tampil maksimal saat bertemu dengannya. Kali itu adalah kali pertama aku jalan dengannya, hanya berdua bersamanya. Aku bahkan bisa mati kegirangan hanya dengan memikirkan akan bertemu dengan Rena.

***

Aku memilih menggunakan outfit serba hitam karena menurut internet perempuan cenderung menyukai laki-laki yang menggunakan outfit serba hitam. Aku merasa keren saat itu. Aku datang lebih cepat dari waktu yang aku tentukan sendiri, yaa.. aku datang 30 menit sebelumnya. Aku tidak ingin Rena menungguku, aku berusaha akan menjadi sepeti laki-laki di drama Korea yang sering ditonton adikku di rumah.

Saat itu jam tanganku sudah menunjukkan pukul 2 lewat 50 menit yang membuatku semakin degdegan, aku menoleh kekanan dan kekiri melihat apakah Rena sudah sampai atau belum. Dari kejauhan aku melihat Rena, menggunakan gaun coklat selutut dengan rambut yang digerai, dia tampak sangat cantik saat itu. Membuatku sekali lagi jatuh cinta padanya. Rena menghampiriku, semakin aku lihat dia dari dekat semakin cantik dia dimataku. Aku merasa tidak salah menyukai gadis itu.

***

Sejak pertemuan saat itu, aku dan Rena lebih sering berkomunikasi. Kami memilih untuk mengenal satu sama lain. Rena memiliki mood yang suka berubah-ubah, membuatku sedikit senang karena dia menunjukkan sisi lainnya kepadaku. Aku pikir dia gadis pendiam dan cuek, ternyata Rena bisa menjadi wanita yang manja dan cerewet saat berbicara denganku. Aku mencoba untuk semakin mengenalnya sebelum aku akan menyatakan perasaanku. Aku mengumpulkan keberanianku setiap hari untuk mengatakan bahwa aku menyukainya. Hingga suatu saat aku berpikir bahwa aku harus meresmikan hubungan kami, aku takut bahwa Rena akan menjauhiku jika aku tidak cepat membuat keputusan.

Aku ingat sekali, Selasa, 25 September 2018, aku menyatakan perasaanku pada Rena lewat telepon, mengingat kami terpisah jarak karena aku harus berkuliah di luar kota. Aku memilih hari Selasa karena Rena pernah mengatakan bahwa dia menyukai hari selasa. Aku memilih hari ini agar dia semakin suka dengan hari selasa karena hari ini juga kami resmi menjadi sepasang kekasih. Saat Rena mengatakan bahwa dia mau menjadi pacarku, sempat membuatku tidak percaya bahwa gadis yang aku impikan selama ini sekarang adalah kekasihku. Aku senang tak karuan saat itu, membuatku ingin lari berteriak saking senangnya. Aku berharap hubungan kami akan berjalan lancar hingga kedepannya.

***

#Ch6_End

ExpectationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang