Chapter 5 - Akhirnya

8 1 0
                                    

Hampir 2 bulan hubungan aku dan Josse tidak mengalami kemajuan, aku hampir pesimis dengan hubungan ini. Kami hanya melakukan rutinitas layaknya pacaran tetapi nyatanya kami hanya sebatas teman. Apakah ini yang dinamakan Friend Zone? Aku tidak yakin.

Malam ini Josse memintaku untuk menunggunya pulang dari kampus, dia bilang ada hal penting yang ingin dia sampaikan padaku. Akupun mengikuti permohonannya, menahan mata ngantukku yang sedari tadi memaksaku untuk tidur. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tetapi handphone ku tidak kunjung berbunyi. Aku sempat merasa kesal dengan Josse, tapi bodohnya aku tetap memaksa diri untuk terjaga dari rasa ngantuk ini. Dalam hatiku bergumam bahwa aku akan menunggunya setengah jam lagi, jika dia tidak menelepon aku akan mematikan handphone ku dan bergegas untuk bermimpi indah.

22.10 WIB..

22.15 WIB..

22.20 WIB..

Aku terus memandangi jam di layar handphone berharap dia akan meneleponku. Saat jam menunjukkan pukul 22.29 aku sudah pasrah, bahwa aku akan tidur tanpa mendengar hal apa yang akan dibicarakan Josse. Tapi tak tau mujizat dari mana, saat jam menunjukkan pukul 22.30, handphone ku berdering dengan panggilan masuk bertuliskan nama Josse.

"Wow." gumamku tak menyangka

Aku bergegas mengangkat panggilan tersebut sembari mengatur suaraku agar aku tidak terlihat menunggu panggilan darinya. Aku mendengar suara Josse yang ngos-ngosan seperti orang yang baru selesai lari marathon, sebelum memulai bersuara dia nampak mengatur napasnya agar lebih tenang.

"Haloo Ren, maaf banget ya aku baru menghubungimu, tadi tiba-tiba aku diminta untuk mengerjakan tugas kelompok sama teman-temanku, handphone ku juga lowbat. Maaf aku tidak mengabari mu bahwa aku akan terlambat menghubungimu." jelas Josse panjang lebar yang langsung membuatku luluh
"Iyaa, santai Joss. Aku ngak marah kok." ujarku dengan sedikit kebohongan karena nyatanya tadi aku sempat kesal dengannya
"Trus kenapa kamu kayaknya ngos-ngosan banget. Kamu abis lomba lari?" tanyaku mencairkan suasana
"Iyaa, aku lari dari halte bus karena ingin cepat-cepat mengisi daya handphone ku agar bisa menghubungimu secepatnya." jelasnya yang membuatku sontak salah tinkah

Perhatian dan tingkah laku Josse yang seperti ini yang membuatku menyukainya. Menurutku Josse adalah lelaki baik dan tulus tetapi dia memang sedikit kurang peka, buktinya dia belum menyatakan cintanya kepadaku. Bodohnya, aku tetap menyukainya.

Aku hanya bisa tertawa mendengar penjelasan yang diberikan oleh Josse sebelum suasanya menjadi serius. Josse mulai mengatakan bahwa ada hal serius yang ingin dia bicarakan denganku. Aku lumayan gugup dengan arah pembicaraan ini, apakah dia punya pacar disana? ataukah dia sudah tidak menyukaiku? Aku sempat overthinking sejenak sebelum Josse masuk keinti pembicaraannya.

"Aku suka kamu Ren. Mau nggak kamu jadi pacarku? Aku rasa 2 bulan ini aku sudah cukup mengenalmu Ren, aku ingin hubungan kita lebih dari teman." ucap Josse yang membuatku kaget karena aku tidak pernah menyangka bahwa Josse yang tidak peka akan mengatakan hal ini padaku.

Aku terdiam beberapa menit sebelum menjawab pertanyaan tersebut. Josse juga nampak tak ingin menggangu kosentrasiku, dia pun ikut terdiam. Suara jangkrik malam itu, membuat keheningan kami semakin terasa. Aku pun memberanikan diri untuk membuka suara. Aku ingin sekali langsung berteriak "Mau" tapi aku masih memikirkan harga diriku.

"Apa kamu serius dengan yang kamu katakan tadi Joss?" tanyaku memastikan
"Iya Ren, aku sudah memikirkan ini dan aku rasa aku ingin kamu menjadi pacarku." jelasnya lagi dengan suara yang meyakinkan
"Hmmm.. Aku mau!" jawabku singkat
"Mau? Kamu mau jadi pacarku? Beneran Ren?" tanya Josse dengan suara yang terdengar sangat tidak percaya
"Iyaaa, emang kamu mau aku nolak kamu?" ledekku
"Ihh jangan donggg. Berarti sekarang kita pacaran kan? Puji Tuhan Alhamdullilah, aku punya pacar!" katanya yang sontak membuatku tertawa terbahak-bahak.

Selesai berbincang, aku langsung menyuruhnya untuk tidur karena besok dia memiliki banyak kegiatan kampus. Aku juga sudah tidak bisa menahan mata ngantukku saat aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Setelah sambungan telpon terputus, aku langsung menuju ke meja belajarku, mengambil kalender kecil yang aku letakkan diatas bukuku dan melingkari tanggal jadian kami. Aku tak pernah menyangka akan memiliki pacar pertamaku. Aku rasa aku akan mimpi indah malam ini.

***

"Pagi sayang." isi pesan Josse yang membuat hatiku senang tak karuan. Ini kali pertama dia memanggilku sayang, ternyata rasanya seperti ini ya.

"Sayang?" ujarku yang membuat aku salah tingkah sendiri

Hari ini aku full senyum, menyadari sekarang aku sudah punya pacar. Aku belum mengatakan hubungan kami pada siapapun karena aku yakin hubungan ini akan mengagetkan orang-orang terutama orang yang tidak menyukaiku. Semenjak aku dekat dengan Josse semakin banyak anak perempuan sekelasku yang tidak menyukaiku, hal ini dikarenakan Josse termasuk salah satu laki-laki incaran banyak perempuan di sekolah mulai dari teman sekelas, adik kelas bahkan kaka kelas kami. Bagaimana tidak, Josse adalah laki-laki tinggi, bermata coklat, berkulit sawo matang, berwajah tampan dan memiliki berbagai macam hobby yang dapat memikat hati perempuan yang melihatnya. Josse bahkan sempat menjadi kapten basket saat kami masih kelas 2, hal ini menjadikannya salah satu laki-laki idaman disekolah kami.

Jika dibandingkan denganku, aku tidak ada apa-apanya.  Aku hanya perempuan biasa yang sibuk belajar dan hanya bercengkramah dengan beberapa orang saja. Tetapi, saat Josse mengatakan bahwa dia menyukaiku, aku merasakan bahwa diriku tidak seburuk itu, buktinya Josse menyukaiku apa adanya. Aku sempat merasa menang saat aku sadar bahwa Josse sekarang adalah pacarku. Sungguh sombongnya.

***

#Ch5_End

ExpectationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang