Setiap pagi aku selalu mendapatkan ucapan selamat pagi dari Josse yang membuat awal hariku selalu indah. Sudah hampir sebulan kami intens berkirim pesan bahkan melakukan panggilan telepon sejak kami bertemu saat itu. Sekarang, aku lebih sering berkomunikasi dengan Josse dibandingkan menulis. Beberapa kali Josse mengajakku jalan tetapi aku selalu menolak karena aku tau mama akan curiga jika aku selalu hangout padahal sebentar lagi aku akan mulai kuliah.
Aku sudah memilih untuk mendaftar disalah satu universitas dengan jurusan pilihanku, yaitu Hubungan Internasional. Aku banyak mempertimbangkan jurusan lainnya tetapi hatiku memutuskan untuk memilih menjadi mahasiswa HI saja. Orang tuaku juga setuju dengan pilihan tersebut, mereka mengiyakan semua ideku selain ide untuk menjadi penulis. Aku semakin yakin cita-citaku menjadi penulis sudah hilang ditelan bumi.
Awalnya aku pikir masa perkuliahanku akan menyenangkan karena Josse sempat berkata akan memilih universitas yang sama denganku, tetapi kenyataannya tidak. Keluarga Josse memintanya untuk masuk universitas lain yang berada di luar kota. Mimpiku untuk bisa bersamanya selama masa perkuliahan akhirnya sirna. Selain itu, Berlyn, Joy dan Ivana juga memilih universitas lain sehingga mau tak mau aku memulai perkuliahan sendirian. Rencananya kami akan mulai masuk kuliah bulan depan, sebagai mahasiswa baru aku berharap bisa memiliki sahabat baru yang tak kalah baik dari ketiga sahabatku sekarang.
***
"Hari ini ada rencana apa Ren?" tanya Josse dari seberang telephone
"Hari ini kayaknya aku hanya keluar sebentar untuk membeli beberapa barang untuk kubawa saat masuk kuliah. Awal bulan depankan aku sudah jadi mahasiswa." ujarku dengan nada bangga
"Ciee mahasiswa nihh. Awas loh jadi inceran kaka tingkat." sambung Josse meledek
"Mana adaaa. Oh iya, kamu nanti rencana berangkat kapan? Kan sebentar lagi kamu juga masuk kuliah?" tanyaku
"Kayaknya akhir bulan ini Ren. Mama dan Papaku nanti ikut juga, aku sebenarnya malas harus kuliah diluar kota, tapi apa boleh buat, orang tuaku bersikeras aku harus kuliah hukum disana." jawabnya pasrah
"Yasudah, mau gimana lagi, ikuti saja perkataan orang tuamu dari pada kamu ngak dikasih uang jajan lagi " ledekku mencairkan suasana.Sebenarnya aku sangat sedih mengingat sebentar lagi akan berpisah dari Josse, tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku juga akan mulai menjadi mahasiswa, aku rasa aku akan baik-baik saja meskipun nyatanya ada rasa takut didalam diriku karena akan bertemu dengan orang-orang baru. Josse juga berkata akan sering pulang mengingat jarak kota tempat Josse kuliah dan Kota kami tinggal hanya sekitar 5-6 jam saja menggunakan kereta. Aku sedikit lega saat mendengar Josse mengatakan hal tersebut.
***
Jumat, 31 Agustus 2018 hari dimana Josse berangkat meninggalkan kota ini. Kami tidak sempat bertemu saat itu karena kota kami tiba-tiba dilanda hujan, sehingga mama dan papa tidak mengijinkanku untuk keluar dari rumah dengan alasan apapun. Nampaknya hari ini langit ikut galau bersamaku. Aku hanya bisa mengirimkan pesan singkat kepada Josse yang berisi permintaan maaf dan ucapan hati-hati dijalan. Aku tidak tau hubungan kami selanjutnya akan seperti apa, tapi aku tetap berharap kami bisa tetap seperti ini.
"Hati-hati Josse." ujarku dalam hati sembari melihat tetesan hujan yang jatuh dikaca jendelaku
***
"Jangan galau lah Ren, nanti kan kalian ketemu lagi." ujar Berlyn yang dari tadi menatapku kasihan
"Iyaa nih, kamu ngak cocok galau." Joy menimpali
"Sudah, kita nonton aja yuk. Ada film bagus loh ini." sambung Ivana sembari menyodorkan laptop kearah kasurkuKetiga sahabatku sudah tahu bahwa aku dan Josse dekat. Saat pengambilan ijazah, kami berdua datang bersama yang sempat membuat beberapa teman sekelas kami heboh. Berlyn, Joy dan Ivana tak kalah heboh bahkan langsung menginterogasi kami berdua. Jika ingin bebas, kami harus menjelaskan secara detail hubungan kami kepada ketiga iblis ini. Mereka juga tahu bahwa kami masih dalam masa mengenal saja belum memulai untuk berpacaran. Aneh bukan? Aku galau padahal kami belum memiliki status apa-apa. Sungguh bodohnya!
***
Seminggu pun berlalu sejak Josse berangkat, aku juga sudah memulai kegiatanku menjadi mahasiswa baru. Aku dan Josse masih sering berkirim pesan meskipun tidak sesering dulu karena sekarang kami sudah mulai melakukan kegiatan perkuliahan masing-masing. Meskipun begitu, setiap malam Josse meneleponku untuk membahas banyak hal random yang terjadi disana. Aku merasa senang dengan hal tersebut karena aku merasa Josse masih mengingatku meskipun sekarang kami terpisah dengan jarak.
Aku senang tetap bisa berkomunikasi dengan Josse, tetapi aku sering bingung dengan hubungan kami karena Joy sempat menasehatiku untuk meresmikan hubungan kami apalagi sekarang Josse akan bertemu dengan banyak perempuan baru yang mungkin lebih menarik dariku. Maklumlah, aku termasuk perempuan yang tidak terlalu memperhatikan penampilan, aku hanya berpikir bahwa Josse akan tetap menyukaiku apa adanya. Meskipun begitu, aku tidak tahu hubungan kami selanjutnya akan sepeti apa. Aku hanya bisa menunggu arah hubungan ini akan bermuara kemana.
***
#Ch4_End
KAMU SEDANG MEMBACA
Expectation
Teen FictionEkspetasi yang berlebihan dapat membunuhmu secara perlahan