-2; 𝐇𝐚𝐥𝐨!𝐈𝐧𝐢 𝐉𝐢𝐡𝐚𝐧 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐉𝐞𝐚𝐧𝐞𝐭𝐭𝐞-

185 20 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.


Sesak! Aku tak bisa bernafas!

Semuanya nampak begitu gelap bagiku. Hei, ini bukan kamarku. Kenapa hawa pengap dan panas ini seperti ingin membunuhku dua kali?

Kalaupun aku sedang berhalusinasi, apa alasan indra penglihatan ku tetap mengelap meskipun sudah kubelakkan mata sipit ini lebar-lebar?

Nafasku semakin menipis, berusaha mengais sedikit oksigen yang dapat masuk ke dalam paru-paruku. Baru saja aku kembali terbangun setelah jatuh terlelap selama beberapa menit, aku tiba-tiba ada di antah berantah. Tubuhku bersandar pada kayu yang tebal dan keras, ini bukan ranjangku yang empuk dan nyaman. Kenapa aku bisa berada disini?

Aku mulai terisak dengan nafas terputus-putus, menyadari keadaan ku yang saat ini tengah berada di sebuah kotak atau kemungkinan besar—sebuah peti mati—dengan nyawa yang telah diujung tanduk.

Semakin lama oksigen mulai habis, kepalaku mulai terasa pening dan rasa nyeri seperti tertancap sesuatu mendera ulu hatiku, dan tepat di jantungku.

Dengan segala kekuatan yang tersisa, kudorong kotak sialan yang berani-beraninya menyekap diriku yang tak bersalah didalamnya.

Dengan ruang yang cukup sempit, kutendang kayu itu sampai bagian penutup dari kotak itu jatuh terpisah dari bagian bawahnya.

Oh shit! Memang benar ini peti mati? Tapi......dimana ini? Apa aku diculik?”

Pandanganku berpendar ke segala arah, menikmati pemandangan bangunan era victoria yang megah, lengkap dengan ornamen-ornamen klasik.

Ah, bahkan langit-langitnya pun bernilai seni tinggi. Aku tak bisa berhenti berdecak kagum, ingin rasanya terus berada di sini dan tak kembali.
    

“Puas melihat lihatnya nona?” Sebuah suara membuatku terkaget. Aku langsung membalikkan tubuhku secara reflek kearah sumber suara, seorang pria dengan jas merah maroon nya berdiri tegak diambang pintu.

Alisku bergerak menukik, membuat pertahanan diri. Semanis apapun senyumku, atau sekecil apa tubuhku terlihat di matanya tidak menjadi masalah.

Gini-gini, aku adalah seorang gadis pemegang sabuk hitam taekwondo. Aku tahu cara untuk mempertahankan diri dan melindungi diriku sendiri.

Pria itu menarik ujung bibirnya, mengulas sebuah senyuman yang tidak dapat kumengerti alasan nya.

Hei, jika memang ini zaman dahulu, apakah sopan menyapa orang lain dengan senyuman?

“Jangan takut nona, aku akan menjagamu selama disini. Seorang pelayan tidak akan membelot dari tuan nya bukan? Begitupun dengan diriku. Perkenalkan namaku Cedric Irving, penyihir kelas tiga yang membawamu kemari. Aku akan mendampingimu beberapa waktu kedepan. Sebelumnya, kuucapkan selamat karena permintaanmu terkabul, Nona Cathania. Karena Duchess Dominic, atau bisa kusebut Jeanette..” Aku menahan nafas tanpa sadar.

Your Crown is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang