.
.
.
.
.“Tak ada seorangpun belajar tanpa membuat kesalahan, aku akan tetap ingin mencoba meski mungkin aku gagal, aku akan selalu bangkit untuk melihat apa lagi selanjutnya”
Aku akhirnya terbangun, setelah entah berapa lama tertidur pulas bak sleeping beauty. Pertama kali yang menyambutku adalah cahaya temaram disuatu kamar yang terasa asing. Hei, ini bukan kamar milik Jeanette yang biasanya kutempati.
Dengan sisa tenaga yang hanya berapa persen, aku mendudukkan diriku diatas kasur. Sungguh tubuhku ini masih terasa sangat lemas seperti jelly. Aku bahkan tidak kuat melangkahkan kaki turun dari kasur, bisa-bisa baru berapa langkah dan aku akan terjatuh sambil mencium dingin nya lantai.
Tapi tunggu! Marmer gelap disertai dengan cahaya yang minimalis, kamar ini adalah kamar yang kudatangi saat pertama kali terdampat di Everante. Sudah kuduga! Ini pasti kamar sang pangeran, aroma pinus dan mint yang menyerbak diseluruh penjuru kamar mengingatkanku pada Morgan.
“Huhh kira-kira apa yang sudah terjadi ya? Oh!!! Salju telah berhenti turun, matahari bersinar hangat sekali hari ini” Ujarku excited, tanpa sadar telah melangkahkan kaki kearah balkoni, menyibakkan gorden yang menutupinya dan langsung dengan rakus menghirup udara sebanyak-banyaknya yang bisa disimpan paru-paruku. Ah~segarnya udara pagi ini. Di zaman ini, aku masih bisa merasakan alam yang indah.
Tanpa asap polusi yang menyumbat hidung, tanpa ada suara bising kendaraan, dan satu lagi—disini tidak ada ulangan.
Horeee!! Aku jauh lebih menyukai masa ini dibandingkan kehidupan ku di masa depan. Hidup sebagai diriku sendiri yang memuakkan, aku benci hidupku. Aku benci harus menjalani hari-hari strict yang terikat, harus ini harus itu, aku tak bahagia menjadi diriku sendiri.
Aku tahu hidupku sebagai seorang Jihan tidak bahagia, aku muak dengan hidupku sendiri. Aku tahu, disana aku tidak punya siapa-siapa.
Tak ada yang menyayangi atau menungguku. Lebih baik aku menjalani hidup orang lain. Setidaknya aku tidak kecewa jika sesuatu tidak berjalan sesuai rencanaku. Aku tak masalah jika sebelumnya aku tidak bahagia, namun kini aku sudah mengizinkan orang lain untuk merasakan nya. Itu semua sudah cukup.
Ditengah mataku yang tertutup, menikmati ciptaan Tuhan di pagi hari, suara kicauan burung, pohon-pohon mulai menampakkan tunasnya, dan juga suara deru alam yang menyejukkan hati, sebuah tangan melingkari pinggangku. “Tidur yang panjang, princess” bisik Morgan tepat di telingaku.
“Berkatmu tentunya, aku bisa beristirahat cukup panjang dan bermimpi indah. Aku melihatmu dilantik menjadi raja, kurasa itu adalah suatu pertanda bahwa mimpiku bukan hanya sekadar bunga tidur, melainkan suatu vision masa depan yang akan menjadi nyata?” Aku membalikkan tubuhku, menatap maniknya lamat-lamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Crown is Mine
FantasíaApa kalian percaya? Sejarah itu ditulis oleh para pemenang. Kalau tidak, bertanyalah pada Jihan Cathania-gadis yatim piatu biasa yang sangat membenci matematika tiba-tiba menjelma menjadi putri dalam waktu semalam. Iya putri, namun sayangnya seorang...