Bab 7

3 1 0
                                    

DIA

Kanker Nasofaring memang kanker langka dan termasuk ganas juga, tapi kemungkinan sembuh dari penyakit ini lumayan besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kanker Nasofaring memang kanker langka dan termasuk ganas juga, tapi kemungkinan sembuh dari penyakit ini lumayan besar. Yang sudah stadium akhir pun bisa sembuh. Sebenarnya ini balik lagi ke cara penanganannya. Kanker ini biasanya cepat merespons obat-obatan, apalagi kankernya masih berada di stadium bawah itu lebih mudah di cegah penularannya ke bagian yang lainnya. Tetapi akan lebih parah kalau sudah di stadium akhir, membutuhkan usaha keras dan beberapa kali mengikuti proses radiasi dan kemoterapi juga. 

Ini yang gue takutkan. Oleh sebab itu, sebelum masuk ke tahap paling membosankan dan tidak akan ada lagi kebebasan di mana tubuh sudah tidak bisa di ajak kompromi—dan itu nantinya akan sedikit lama—gue ingin menghabiskan waktu berharga yg tersisa itu untuk melakukan banyak hal menyenangkan.

Dan berujung, gue memutuskan untuk mengundur jadwal pemulihan.

Setidaknya sampai akhir tahun. Sekarang sudah masuk pertengahan Oktober. Gue ingin bisa menyelesaikan bulan ini dan satu bulan setelahnya. Keluarga sempat menentang, lebih cepat lebih baik kata mereka, dan ya, gue juga setuju, tapi ego gue terlalu besar. 

Dengan berbagai macam perjanjian dan jika keadaan makin memburuk--keluarga memilih mengalah, dengan syarat jika gue merasakan gejala yang tidak biasa harus mau menjalani perawatan secepatnya. Dan gue menyetujui itu. Badan juga masih belum memberikan tanda-tanda darurat setelah yang terakhir kali.

Dan juga bersyukur karena kelenjar getah bening gue tidak ikut membengkak seperti orang pada umumnya. Tetapi itu lebih menakutkan, berarti kankernya bisa menyerang bagian otak.

***

Weekend telah berlalu. Pertemuan dengan Binar juga udah lewat dua hari yang lalu, setelahnya tidak ada chat balasan atau basa-basi. Gue merasa bahwa kepentingan kita hanya sebatas sampai di sana saja. Ya, walaupun gue masih berharap ada percakapan basa-basi setelahnya. Tapi tidak ada. Chat terakhir dia cuma nanya tentang nastarnya. 

Malam itu percakapan cukup panjang memang, tapi setelahnya dia seperti hilang. Gue juga tidak berusaha chat dia, mungkin di sana letak salahnya. Namun, lagi-lagi aku punya alasan logis, dia sendiri yang bilang punya doi gue nggak mau terlalu dekat. Di sisa kebebasan yang kian hari semakin kurang, gue malas mengejar hal yang tidak punya jaminan bahagia di akhir. Lebih baik menghabiskan waktu dengan bercanda bareng orang-orang terkasih dan melakukan hal hal positif lainnya. 

Pagi ini, guesekolah seperti biasa. Apakah rasa sakit pernah datang? Ya, malam tadi sempat  datang, kepala rasanya mau pecah dan gue berusaha untuk tidak mengeluh, menyimpannya sendiri, walaupun tahu risikonya mungkin akan buruk. 

"Jagat! kantin, yuk." Jojo teriak dari arah depan kelas. Dia habis dari toilet dan sengaja memperlama diri  sampai bel istirahat berbunyi hingga jam pelajaran pun berakhir. 

"Ikut, nggak?" tanyanya lagi, di sebelah sudah ada Wika yang lebih dulu nyusul

"Kuy lah!" Guw segera membereskan buku yang ada di meja. Awalnya ingin di kelas saja, tapi pikir-pikir lebih baik ikut mereka.

You Are My Last WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang