02 - Keseharian Tasia

72 9 9
                                    

Tasia Side

Tasia terbangun dari tidur karena alarmnya berbunyi. Jam menunjukkan pukul 07.30 WIB. Itu tandanya, ia hanya memiliki waktu 30 menit untuk bersiap dan berangkat ke kampusnya.

Gawat.

Ia akan terlambat masuk kelas pagi ini. Manajemen Pemasaran, mata kuliah Pak Ujang, adalah mata kuliah pagi ini. Ia segera mengemasi buku-buku yang ada di meja belajarnya.

Sembari mengemasi buku, ia menatap layar laptopnya yang dari semalam belum ia matikan. Semalam, Tasia mengerjakan tugasnya sembari ditemani kekasihnya yang sedang menempuh pendidikan di Amerika Serikat.

Yap.

Tasia sudah memiliki kekasih. Ia sudah menjadi hubungan asmara ini selama tiga menuju empat tahun, tahun ini.

Semalam, kamu mengerjakan tugas sampe mendengkur. Jangan lupa besok harus bangun pagi. Pak Ujang marah loh kalo ada mahasiswanya yang terlambat. hihihi.

Pesan dari Sofyan. Kekasihnya. Tasia tersenyum simpul dibarengi dengan memasukkan laptopnya ke dalam tas.

"Ok. Tasia. Cuci muka. Sikat gigi. Trus pake banyak parfum. Trus berangkat." Ujar Tasia pada dirinya, mencoba menenangkan diri.

Ia bergegas menuju kamar mandi. Berganti pakaian dan mengenakan banyak parfum. Tak sempat untuk mandi karena waktu yang tersisa hanya 20 menit.

Ia berjalan menuju tangga dengan tergesa-gesa. Ayah dan ibu, sedang berada di meja makan untuk sarapan pagi ini, menatap putri mereka satu-satunya.

"Tasia, mau apa? Ini ada nasi goreng sama roti. Kamu mau yang mana?" Ucap Ibu dengan tangannya yang sibuk mengolesi selai kacang di atas rotinya.

"Aduh, Bu. Tasia telat. Tasia ambil roti aja deh. Buat makan di kampus." Tasia mengambil kotak bekal yang sudah terisi dengan roti selai kacang dan coklat. Lalu memasukkannya ke dalam tasnya.

"Tasia pamit, Yah, Bu." Timpanya lagi.

"Makanya Tas. Kalo videocall sama ayang jangan sampe larut malam." Ejek Ayah pada putri semata wayangnya.

"Ih. Ayah. Jangan ledekin Tasia mulu. Tasia telat nih." Ayah dan Ibu menatap putrinya yang berjalan keluarga rumah dan diselingi gelak tawa mereka.

"Kamu suka banget ngejek Tasia, Yah." Ibu memukul lengan Ayah pelan.

Ayah membalasnya dengan cekikikan dan memakan lahap nasi goreng buatan istrinya.

Di depan rumah, Tasia bersiap dengan helm dan motornya untuk berangkat ke kampus. Dengan kecepatan yang luar biasa, ia sampai di kampus tepat lima menit sebelum Pak Ujang datang.

"Telat Tas." Tanya Jessica, teman satu jurusan.

"Iya. Semalem gue begadang nyelesaiin tugasnya Bu Mirna." Jawab Tasia.

"Pasti sambil videocall ayang." Celetuk Syaqilla yang tiba-tiba muncul di depan mereka.

"Iya dong. Biar hubungan gue sama Sofyan tetep langgeng. Komunikasi harus jalan dong. Secara gue sama Sofyan kan LDR-an. Gak kayak lo sama Kak Fauzan, kemana-mana nempel kayak magnet ." Balas Tasia kesal.

"Iye deh, Sia. Gue doain lo sama Sofyan langgeng sampe jadi kakek-nenek. Moga Sofyan gak doyan bule. Ato lo gak doyan laki lain. Hihi." Ujar Syaqilla.

Tasia hanya mengangkat alisnya seolah mengamini ucapan Syaqilla. Ia pun mulai sibuk mengeluarkan bukunya untuk mata kuliah pagi ini.

Pak Ujang sudah menampakkan dirinya di depan pintu kelas. Itu berarti pembelajaran akan segera dimulai. Tasia hanya bisa berdoa semoga badannya tidak mengeluarkan bau, selama dua jam ini. Ia berencana akan mandi setelah pelajaran Pak Ujang berakhir.

Drawing Our Moments [On Edit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang