Tasia Side
Selepas kelas, Tasia bergegas menuju auditorium kampus. Ia mempunyai wawancara untuk penerimaan panitia. Tasia termasuk salah satu mahasiswa aktif di fakultas dan kampusnya. Tasia juga bagian dari anggota BEM untuk fakultas ekonomi dan choir kampusnya.
"Tasia semangat. Lo bakal ke pilih kok." Teriak Qilla melihat temannya yang berlari tergesa-gesa.
Tasia menoleh ke arah Qilla dan Jessica yang berada di koridor kampus, lalu melabaikan tangannya.
Auditorium kampus berada di kampus A bersebelahan dengan kampusnya. Ia hanya perlu menyebrang saja.
Setibanya di depan audit, Tasia berhenti sebentar dan mengeluarkan botol minumnya. Nafasnya tersenggal-senggal. Ia kembali berjalan memasuki audit.
"Wah, Tasia. Lo ikut juga?" Kata seseorang dari arah panggung. Ravi, anak fakultas teknik.
"Iya. Gue gak telat, kan?"
"Enggak."
"Lo ambis banget mo ikut kepanitiaan ospek lagi."
"Lumayan mengisi kegabutan dikala libur."
Tasia berjalan menuju depan panggung. Ia menghampiri dua orang perempuan yang berada di sana.
"Tasia." Ucapnya pada dua orang itu.
"Oke. Habis ini, lo ya." Kata perempuan dengan rambut yang diikat satu.
Tasia mengangguk lalu berjalan menjauhi panggung. Ia menduduki kursi di pada baris tengah. Di sana, ada Ravi dan teman-temannya. Tasia menghampiri mereka.
"Dah absen, Tas?" Ravi menoleh ke arahnya.
"Udah"
"Dah berapa yang udah wawancara?"
"Dari pagi tadi, keknya udah ada 10 deh keknya. Lu ambil divisi apa?"
"Acara deh ato gak keamanan. Muka gue dah sanggar kan?" Ucap Tasia namun dengan wajah yang lebih ceria.
"Lo gak ada sanggar-sanggarnya." Ravi membantahnya.
Di tengah keasikan mereka berbincang. Seseorang memperhatikan mereka berdua, terlebih kepada Tasia.
"Tasia?" Ucap seseorang memecahkan suasana antara Tasia dan Ravi.
"Loh, Syabil? Kok di sini?"
"Iya. Gue jadi Steering Committee ospek buat tahun ini. Lo ngapain di sini?"
"Dia ikut kepanitiaan ospek. Nih ntar lagi mo wawancara." Ravi membalas pertanyaan Syabil.
"Wah. Biasanya cuman liat lo di acara choir, aja. Sekarang liat lo di sini. Di kepanitiaan ospek." Kata Syabil. Tasia membalasnya dengan senyuman.
"Selanjutnya, Tasia" teriak seseorang dari arah panggung. Tasia menoleh.
"Eh, gue turun dulu ya?" Tasia berpamitan pada keduanya. Ia berjalan menuju depan panggung. Syabil dan Ravi melihat Tasia pergi.
Ravi menoleh pada Syabil, yang masih memperhatikan Tasia yang belum lama meninggalkan mereka. "Sejak kapan lo suka nontonin acara anak choir?"
Syabil, yang mendengar pertanyaan itu, mengalihkan pandangannya ke arah Ravi. "Sejak gue ada perasaan sama..."
"Sama Tasia?" Ravi menerka-nerka.
"Sama lo." Teriak Syabil. Semua orang yang berada di audit menoleh pada mereka.
"Najis lo. Lu kira gue doyan ama lo? Gak!" Ravi menolak pengakuan cinta dari Syabil. Syabil hanya tertawa terbahak-bahak melihat Ravi yang berjalan keluar ke audit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drawing Our Moments [On Edit]
Fiction générale[Update setiap hari Rabu, Jumat, dan Malam Minggu (kalo gak ketiduran😅)] Dua anak manusia saling bertaut dan merangkai cerita mereka. Terkadang berbenturan. Terkadang terikat. Seiring berjalannya waktu, cinta itu bersemi seperti mekarnya bunga saku...