Aku mengambang di tengah selatan Samudra Pasifik. Dengan otak yang kecil, dunia menjadi sempit. Padahal ducie masih 3000 km di sana.
Ketika luar angkasa terdengar lebih dekat, aku mulai mengantung-gantungkan harap, meraih-meraih langit hingga sesuatu jatuh dari sana.
Aku berpikir semua ini semakin menarik, hey bagaimana tidak? harapan itu berbuah bangkai pesawat antariksa.
Tepat setelah adrenaline itu mereda, semua berangsur menjadi gelap dan semakin senyap. Udara terakhir raib disusul merah yang merembah dari segala lubang. Aku tenggelam dalam kebetulan-kebetulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ode yang terapkir
Поэзияsebuah kolektifan puisi dari buku "kata kala kita kalai " yang memiliki korelasi