File 2.1.12 - More Difficult Than I Thought

402 107 10
                                    

Sebenarnya tidak sehat mandi malam karena beresiko hipotermia atau versi mistisnya: dicubit setan. Tapi, hei, kita tengah membicarakan Watson. Seseorang yang tidak peduli pada aktivitas paranormal. Mungkin kalau hantu itu betulan ada, pasti dia jadikan batu informasi.

Jika Beaufort dan Nalan benar-benar berteman, mau tak mau Watson harus tinggal sama orang asing sampai paman sialan itu pulang dari Inggris. Ini tidak nyaman, namun tidak apa lah. Bagi Watson polisi hanyalah alat dan tumbal.

"Ngomong-ngomong Michelle ... Dia tinggal di mana ya?" Watson bermonolog, seperkian detik kemudian, dia menampar pipi sendiri. "Apa peduliku dia tinggal di mana. Sadarlah Watson, si penipu itu tidak layak untuk diperhatikan."

Seenaknya memakai wajah Watson yang diubah menjadi paras perempuan. Humuh, humuh, humuh, kalau Watson punya adik sungguhan, apa mereka akan mirip? Menurut gen sih iya.

Bukannya makan malam, Watson duduk di bangku, mengeluarkan flashdisk. Dia ingin menonton ulang rekaman yang Michelle beri; tentang pergerakan aneh Hasby. Untung dia meminta salinan filenya guna memastikan ulang. Apa benar Hasby mengidap Amnesia Retrogade atau ada yang jahil otak-atik CCTV.

Klik! Watson menekan putar video. Klik! Lalu menekan tombol pause. Klik! Ulangi lagi. Suara berisik itu mengundang Nalan yang memang berniat mengajak Watson turun untuk makan. Dia mengintip dari pintu yang ternganga kecil.

"Hmm, tidak ada yang salah dari kameranya. Apa benar Sasinmu punya masalah di otaknya? Aduh, aku butuh hacker untuk mencari tahu kenapa Ibu Sasinmu berada di rumah sakit pada tanggal 18 februari." Watson ragu Dokter Elione (ayah Hellen) bersedia membantunya. Cowok itu juga anti memakai kekuatan orang dalam.

"Apa kamu sedang kesulitan?" celetuk Nalan. "Maaf aku lancang masuk. Pintunya terbuka."

"Aku hanya ingin melihat riwayat kesehatan seseorang namun tidak bisa karena tidak ada akses." Watson tak keberatan menjawab, menoleh ke pigura di meja, menunduk lesu.

Andai Violet masih hidup. Ini hanya kacang polong baginya. Atau Watson minta tolong pada Dinda saja, ya? Anak itu juga informan kan. Tapi dia harus minta izin dulu ke Jeremy dan itu hanya akan membuang banyak waktu.

Tik, tik, tik, klik!

"Yosh, aku sudah mendapatkannya. Benar, ada catatan medis atas nama Hasby Sasinmu di rumah sakit Atelier." Nalan membuka mulut.

"Eh ..." Watson melotot. Apa?! Dia hanya lengah sebentar karena disapa perasaan rindu pada sahabat yang sudah dipanggil Sang Pencipta, tahu-tahu Nalan, entah bagaimana caranya, dia berhasil menerobos masuk ke server RS. Atelier.

Watson menatap curiga Nalan yang tersenyum polos. Pria ini... Tampaknya menyimpan sesuatu.

Ya sudahlah, bantuan mana boleh disia-siakan. Watson kembali memusatkan fokusnya ke layar komputer. Ternyata benar Sasinmu yang masuk rumah sakit. Sosok Raia terekam kamera saat dia mengunjungi Sasinmu. Mereka sahabat sungguhan, saling peduli satu sama lain. Dan ... mengapa berakhir begini? Watson ingin tahu.

"Oh, dokter membuatkannya visum ... Hm?"

<Kami menyarankan supaya pasien Hasby Sasinmu dipindahkan ke bangsal kejiwaan.>

Huh? Apa maksudnya ini? Jadi dugaan Watson tak sepenuhnya salah: kalau-kalau ada masalah pada sistem saraf cowok itu. Tapi bukannya sejauh ini sikap Sasinmu normal-normal saja ...

Katalk! Katalk!

Nada dering dari aplikasi kakao mengganggu konsentrasi Watson. Sherlock Pemurung itu menyambar ponselnya, mengernyit. Ada dua pesan dari Jeremy. Dia pun menekan obrolan.

Detective Moufrobi : There is Only One Main Character Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang