chapter 17 Petunjuk (S2)

309 22 5
                                    

"MENYALAKAN TAKDIR SEPERTI TIDAK BISA MENERIMA ITU WAJAR, KARENA ITU SIFAT MANUSIA. TETAPI DIBALIK SEMUA ITU PASTI ADA SELUK-BELUKNYA UNTUK BISA KITA AMBIL HIKMAHNYA."
-Della-



Pagi itu semuanya panik tak karuan, wajahnya terlihat gelisah—tak terkecuali Angga, ia kini nampak depresi sambil mengacak-acak rambutnya. Mereka sudah mencari dimana-mana, tapi sampai sekarang tidak ada tanda-tanda keberadaannya Farhan. Terutama untuk Angga, ia yang merasa bersalah karena tadi malam ia bangun ketika Farhan membangunkannya.

Sudah satu jam mencari ulang, mereka tetap tidak menemukan Farhan didalam rumah jahanam itu. Barang-barangnya pun masih tertata rapi di almari, kalau ia pergi pasti barang berharganya dibawa.

"Farhan mana!!!" sedari tadi suaranya digunakan untuk teriak-teriak sehingga sekarang jadi serak.

"Gua tolol!!! Gua nggak bisa jagain sahabat gua sendiri!!!" timpalnya lagi dengan menendang tembok

"Jangan nyalahin diri lo sendiri!!! Lo harus mikir kalo kejadian ini bukan salah lo!!!" Jingga dengan cepat memeluk erat Angga supaya agar tetap tenang.

Angga tidak bisa diam begitu saja, pikirannya kacau. Ia harus bilang apa semisal ditanya keluarganya Farhan? Kalau ada kejadian yang buruk menimpa sahabat itu gimana? Ia harus terus mencari.

Terdapat celah kecil pintu yang terbuka, matanya membelikan tidak menyangka kalau semalam Farhan kemungkinan keluar dari rumah- tapi yang ada diotak nya sekarang adalah ngapain? Ia bersegera keluar, jejaknya Farhan akibat hujan deras kemarin membuat tapak kaki Farhan terlihat, sedikit membantu untuk bisa menemukan Farhan.

Arah gudang? Ngapain tuh anak disana?

"Gimana? Farhan?" sahut Naomi cemas.

"Ini ada jejaknya Farhan, tapi arahnya ke gudang." Jari telunjuknya menunjuk arah gudang kosong yang berada tak jauh dari mereka berdiri.

Angga memulai duluan, disusul yang lainnya mengikuti dari belakang. Ruangan yang gelap gulita itu membuat mereka kesulitan untuk melihat keadaan sekitar, tercium bau getir dari tengah gudang itu. Naomi sebenarnya tidak tau apa isi dari gudang ini, selama bertahun-tahun ia tidak diperbolehkan untuk masuk gudang ini.

Ada sesuatu yang becek dilantai. Naomi lalu mengambil ponselnya untuk menyalakan penerang, Jingga tercekat saat sadar, dirinya tengah menginjak lantai yang digenangi darah kental yang masih segar, ia menatap Angga dengan tidak percaya.

"Anying darah!!!" teriak Angga setelah melihat darah segar dilantai.

"Ini darah siapa??? Nggak mungkin!!!" perasaan Naomi sudah tidak enak, ada hal yang tak beres.

Pegangan ponsel itu mengarah kedepan, mereka berteriak histeris, sambil menutup mulut tak sanggup memandangi keadaan yang mengenaskan Farhan sekarang. Otot kakinya Angga melemas terjatuh dengan lutut bertumpu, hingga badannya kini sudah tak kuat lagi berdiri.

"Siapa yang bikin Farhan bisa gini!!!" dengus Angga, tangannya menggenggam, lalu memukul lantai yang sudah bercampur darah. Ia tidak bisa berkata-kata selain menyalahkan dirinya.

Jingga sampai-sampai bersembunyi dibalik lengannya Naomi, agar tidak melihat Farhan yang sudah meninggal secara misterius. Naomi meneteskan air matanya jatuh di rambutnya Jingga, rasa sesak yang mendalam.

"Kamar kui ojo pernah ngono."

(Kamar itu jangan pernah kesitu.)

Sebuah tulisan yang muncul tiba-tiba tepat dihadapannya Jingga, membuat ia berfikir kalau apa yang dikatakan Della waktu itu benar! Ada hal yang harus terungkap dikamarnya Arnold. Ada petunjuk yang berharga disana meski tulisan itu seakan mengancam.

Terjebak 2 Alam [S1 dan S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang