Satu tahun setelah itu terjadi...
Semenjak kejadian yang keji dan belum bisa terlupakan oleh Della, karena ia tak menyangka bahwa akan kehilangan sosok penting dalam keluarga-kini rasa sayang yang dihadirkan untuk ayahnya seakan sirna akibat perbuatannya sendiri. Merenggut nyawa yang berharga demi rasa hasratnya untuk menambah jumlah kekayaan.
Pintu kamarnya terbuka. Ada seseorang yang hadir dalam kehidupan barunya sekarang yaitu orang yang paling tulus merawatnya, mamah. Rahasia ayahnya dulu disembunyikan sengaja agar Della tak mengetahui. Terdengar jahat, tapi itu untuk kebaikan Della.
"Kamu nggak capek? Sudah 1 tahun ini kamu terus saja mengurung dikamar. Tanpa bersosialisasi sama mamah," tutur Naomi yang mencoba membuat Della agar tidak terhanyut dalam kesedihannya.
Della bersandar dipundaknya Naomi. matanya terlihat lelah, keadaan yang membuat Naomi semakin mengkhawatirkan kondisi kesehatan anaknya sekarang. Biadap!!! Satu kata untuk Arnold, meskipun sudah 2 bulan ditinggal sejak kematiannya. Namun peristiwa itu masih tersimpan belum bisa dihilangkan.
"Della, takut mah." air matanya menetes, lalu tangan lembut Naomi menghalau tetesan itu jatuh kelantai.
"Kamu daritadi pagi belum makan, setelah makan lanjut lagi kalau Della mau cerita," ujar Naomi penuh kasih sayang, kalau kalian diposisi ini pastinya belum bisa menjalani dengan tenang.
Kenapa harus gua sih yang merasakan ini!!! Andai gua nggak terlahir di dunia ini, pasti kejadian kejam itu nggak pernah gua liat!!!
*****
Rasa hangat cahaya matahari terangsang hingga masuk kerumahnya Della, hari ini sahabatnya akan datang kerumahnya-permintaan dari Naomi. Dari itu mereka mengajak Della keluar agar menghilangkan beban yang ada dipikirannya Della.
"Assalamualaikum Tante," sahut Jingga bersamaan dengan yang lain.
"Wa'alaikumsalam, sini masuk. Tante panggilin Della yang masih urung daritadi dikamarnya." langsung lah Naomi menuju keatas, membujuk anaknya agar tidak terus-menerus dikamar.
Sembari menunggu kedatangan Della, mereka bertiga mengobrol agar suasana tidak kaku. Walaupun Faris tidak ikut bersama mereka, katanya masih takut.
"Gua heran kejadian kayak gitu bisa membuat orang trauma? Padahal lama-kelamaan bisa sembuh," tanya Farhan yang pasti memulai dengan perkataan tak bermanfaat sekali.
"Lo, aja liat hantu udah ketakutan. Coba lo diposisinya Della udah bunuh diri duluan." Angga memutar bola matanya malas, ia langsung mengulti dengan kalimat pedas agar sahabatnya itu bisa lebih dewasa lagi.
"Jangan gitu, tadi gua cuman nanya."
Jingga berdecak.
"Lo nanya nggak penting! Setiap orang punya sisi trauma sendiri. Ngilangin itu butuh waktu, kejadian yang Della alami bukan masalah yang sepele," timpal Jingga, ia agak kurang suka dengan pertanyaannya Farhan.Dari arah tangga Naomi berjalan disusul dari belakang Della. Akhirnya cewek itu bisa keluar dari kamarnya biarpun harus dibujuk secara perlahan agar bisa mengiyakan, perjalanan kali ini akan mendatangi tempat yang bisa menenangkan pikiran.
Della yang menatap temennya itu dengan sedikit malu, karena semenjak kepulangannya dari Curug itu ia jadi trauma . Ia takut berfikir kalau temennya menganggap ia sebagai orang yang 'tidak waras', terdengar jahat semisal ada yang mengatakan itu. Della duduk disampingnya Jingga, perasaannya jauh lebih baik ketimbang tadi.
"Gimana? Udah baikan lagi???" Angga tersenyum menyambut baik Della.
Della menganggukkan kepalanya
"Gua masih trauma, Nga.""Itu hal yang wajar kok, yang lo lakukan sekarang adalah cara bagaimana rasa cemas lo tentang kejadian waktu lalu dihilangkan. Ya, memang sulit tapi setidaknya lo harus mencoba dulu," ucap Angga yang berusaha menguatkan Della dengan menggunakan kalimat bijaknya.
Ada benarnya juga, kalau ia tidak keluar dari cengkraman masa lalunya bagaimana ia bisa move on? Setiap kejadian pasti ada hikmahnya, jadi cukup jadi pembelajaran hidup aja. Tanpa banyak cakap mereka berempat langsung masuk kedalam mobilnya Angga. Tempat yang mereka kunjungi yaitu Village tempat kenalan ayahnya dengan pemandangan danau buatan tepat dibelakang bangunan itu.
"Tempatnya bagus?" tanya Jingga yang duduk dikursi belakang bersebelahan sama Della.
"Itu villa punya teman bokap gua, jadi jangan diragukan lagi. Disana ada danau juga," jawabnya menyakinkan, saat ini Angga ingin membuat Della merasa nyaman agar ingatan dulu bisa hilang.
Gua masih was-was njir takut ada setan, sekalipun itu tempat wisata. batinnya Farhan.
Kepalanya Farhan mendekat ke telinganya Angga, ada sesuatu yang ingin ia tanyakan lewat bisikan. Supaya Della tak dapat mendengar percakapan mereka.
"Itu lo udah cek semua kan? Nggak ada yang aneh-aneh?" bisiknya dengan sangat pelan.
"Tenang bro, gua udah kesana dan ngecek sendiri tempatnya. Lo kira itu villa ecek-ecekan? Itu villa mahal njir." refleks Angga menoyorkan jidatnya Farhan agar menjauh, konsentrasinya bisa hilang kalau Farhan terus nanya.
"Lo pada ngomong apaan dah? Serius amat. Lo nggak omongin tentang yang enggak-enggak kan?" Jingga angkat suara, saat mereka berdua sedang berbisik-bisik ia sibuk menguping pembicaraan keduanya.
"Mana ada, udah lupain. Yang penting Della bisa seneng." ujarnya sambil tersenyum, bisa kelihatan dari kaca spion didalam mobil.
****
Mobil telah terparkir didepan Villa yang berwarna kombinasi coffee brown yang terlihat megah dari luar. Benar yang dikatakan Angga dalam mobil, ini Villa bakal jadi tempat healing untuk mencari suasana tenang. Pepohonan yang ditata secara berjajar rapi membuat enak dipandang.
"Angga, lo emang sahabat ter the best!!!" seru Farhan sesekali melihat sekeliling Villa itu.
Angga menyedekap tangannya di dada, ia sudah cukup bahagia bisa membuat orang disekitarnya senang. Berada diruang utama Farhan segera merebahkan diri disofa yang terasa empuk, Della masih melihat-lihat sudut Villa ini. Tak ada yang perlu ia takuti.
"Hello, welcome to 'Village Lou House'. Semoga kalian nyaman dan suka, kami akan memberikan pelayanan terbaik untuk kalian selama disini," sambut karyawan itu dengan ramahnya.
"Makasih pak. Kamarnya disebelah mana ya?" tanya Farhan ke intinya, diantara mereka cuman tuh anak yang tingkahnya nggak sabaran banget.
Sambil menunjuk kearah samping kanan, tepat bersebelahan dengan toilet. Farhan pun berjalan tanpa malu menuju kamar yang telah disediakan dari pihak villanya. Angga menggelengkan kepalanya, punya sahabat rasa malunya masih dibawah rata-rata.
"Gua mau kebelakang, mau nikmatin danaunya." Della meminta izin kepada Jingga sebelum melangkah pergi.
Terdapat gazebo minimalis modern yang mampu memberikan sensasi nyaman, sepanjang mata memandang danau dengan warna hijau toska itu mampu memberikan energi positif. Della menghirup udara segar sembari menikmati pemandangan didepannya.
Dikit demi sedikit hal kelam yang ia alami mulai lenyap. Betul apa yang Angga omongin saat berada dirumahnya, kalau rasa trauma itu bisa hilang jika dalam diri kita yakin. Tanpa ia sadari Jingga sudah ada disebelahnya sambil menatap ke depan melihat air danau yang tenang.
"Damai dan tenang." sesekali ia merentangkan kedua tangannya menikmati sejuknya udara segar serta menghilangkan unek-unek yang mengusik dikepalanya
"Kita disini healing, lo nggak usah mikirin yang nggak harus dipikirkan. Oh ya, malam nanti bakar jagung bakar yuk," ajak Jingga bersemangat.
"Boleh." kepalanya kini berada dalam senderan dipundaknya Jingga, ia sangat beruntung mempunyai sahabat yang selalu menemaninya.
semesta_karamel17 (29-04-2023)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak 2 Alam [S1 dan S2]
Terror•TERJEBAK 2 ALAM• (telah dibukukan) [HOROR•THILLER•MISTERI] Satu dari kelima anak dalam cerita ini, akan menjadi awal dimana kisah pendakian awal mereka dimulai hingga mereka berada didepan rumah tua setelah kabut tebal menghilang. Siapa yang akan m...