Chapter 04

203 39 14
                                    

Setiap kali seseorang bermimpi, impian mereka kadang berisikan suatu peristiwa yang akan terjadi, atau yang sudah terjadi. Ini seperti potongan puzzle yang terpisah-pisah dan tidak dipasang pada tempatnya.
Mimpi itu muncul lagi. Bayangan- bayangan menakutkan yang bertepatan dengan saat-saat terakhir hidupnya. Demikian saat itu ia berpikir. Mengira bahwa dirinya akan segera mati. Tetapi jauh di lubuk hatinya masih tersirat harapan dan ingin mencoba yang terbaik dalam hidup.

Di kala terjaga, toleransinya terhadap stress cukup baik. Tetapi saat terlelap, alam bawah sadarnya kembali mengirimkan ingatan-ingatan buruk yang berusaha ia berangus dalam api semangat hidup yang masih menyala.

"Ti-dak ... " ia mengerang.

"Jangan-kenapa, kenapa kamu lagi?"

Dia berjuang untuk lari. Tetapi sebuah pintu besar hitam dan tebal menghadang di depannya, ia mengguncang-guncang pegangan pintu.

Ajaib, pintu itu terbuka. Di hadapannya kini terbentang sebuah ruangan luas yang kosong, mirip gymnasium mungkin, ataukah hanggar kosong, entahlah.
Dia berlari menembus udara dingin dan mengandalkan insting untuk tetap berlari lurus dalam kegelapan.
Suara derap langkah kakinya menggema keras, memantulkan bunyi-bunyian yang mengejek.

"Kembali!" sebuah suara menggaung keras, terdengar bagai sambaran petir di telinganya.

Dia terus berlari, memacu langkahnya sekuat tenaga. Dirasakannya udara kosong menampar wajahnya yang pucat dan dingin.

Lalu, bayangan hitam itu berdiri di sana. Menyeringai, mengejek ketakutan yang mencoreng wajahnya.

"Siapa yang mengizinkanmu untuk pergi?"

Dia memekik, menghentikan larinya, terjajar mundur beberapa langkah dan kembali pada kegelapan yang hampa.

*****

Xiao Zhan terbangun dengan kaget, lalu berteriak keras dan duduk tegak.
Napasnya tersengal-sengal, dan peluh menetes dari pelipis dan tengkuknya, seolah-olah dia telah menempuh lari marathon berkilometer-kilometer jauhnya.

Sejak beberapa bulan lalu dia selalu dihantui mimpi buruk. Kapan tepatnya pertama kali ia mimpi seperti ini, ia tidak ingat. Saat itu ia berpikir bahwa itu hanya bunga tidur. Tetapi kali ini dia telah memasuki mimpi buruk yang sama untuk kesekian kali. Melihat bayangan yang sama sekali lagi dan berakhir dengan terbangun diiringi teriakan keras.

Dia menoleh ke arah sofa panjang di sisi lain kamar tidur luas itu. Wang Yibo duduk dengan raut wajah linglung, menatap kesal padanya, gaya rambutnya berubah menjadi spike, efek tidur yang tidak tenang.

"Kamu mimpi buruk?" tanyanya, matanya mengerjap-ngerjap menyesuaikan diri dengan keremangan cahaya lampu tidur.

"Tidak," sahut Xiao Zhan, sedikit canggung, diliputi rasa bersalah karena sudah membuat kegaduhan di tengah malam. Diliriknya jam weker di atas nakas. Pukul dua belas tiga puluh malam.

Jadi benar, masih tengah malam dan ia telah membangunkan sang empunya rumah dengan cara yang tidak sopan.

"Omong kosong, kau jelas-jelas mengigau, lalu memekik ngeri. Apa yang kau lihat dalam mimpimu? Hantu?" Yibo setengah mengomel dengan kening berkerut gusar.
Dia terlanjur terjaga dan kini harus pergi ke toilet. Pemuda itu bangun dari sofa di mana sekarang ia harus tidur. Entah malaikat nyasar dari mana yang telah merasuki dirinya hingga merelakan satu-satunya tempat tidur yang ia miliki ditempati tamu tak diundang, dan dirinya menyiksa diri dengan tidur di sofa demi pemuda aneh yang memekik tengah malam.
Mengantuk dan kesal, Yibo melangkah terseok-seok, masuk ke dalam kamar mandi dan membanting pintu.

Xiao Zhan menghela napas panjang, menenangkan hati dan pikirannya yang sempat kacau gara-gara mimpi buruk.
"Mengapa aku masih memimpikan ini, aku sudah lama menguburnya jauh-jauh dalam ingatanku yang paling dasar. Kenangan yang menyakitkan tidak layak untuk disimpan," gumam Xiao Zhan.

𝐏𝐨𝐫𝐭𝐫𝐚𝐢𝐭 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞 (𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐝𝐟 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang