Chapter 14

217 35 10
                                    

Rencana tinggal rencana. Saat Yibo melihat Xiao Zhan siuman, alih-alih bertanya tentang masalah pribadi, dia justru sibuk memaksa pemuda itu untuk makan. Pemuda manis itu hanya menatap Yibo lemah, tatapannya berkabut.

"Aku membelikanmu banyak makanan. Katakan apa yang mau kau makan lebih dulu?" Yibo duduk di sampingnya dan membantu Xiao Zhan bangun.

"Aku tidak mau makan," dia menyahut pelan. Menyandarkan punggung pada kepala tempat tidur dengan dua bantal besar sebagai alasnya.

"Jangan manja. Kau harus minum obat. Dokter bilang kau kena demam otak ringan."

"Kau memanggil dokter?" Xiao Zhan menyela, ingin mengekspresikan rasa terkejut tetapi suaranya terlalu lemah.

Yibo melirik malas.
"Iya. Merepotkan, bukan? Ayolah, kau harus makan dan minum obat. Aku tidak punya waktu merawat orang sakit."

Xiao Zhan mencibirkan bibirnya.
"Suapi aku."

Hahh??

"Apa? Tidak? Enak saja," Yibo menukas dengan wajah memerah.

"Aku terlalu lemas untuk makan sendiri," Xiao Zhan memprotes.

Yibo menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang sesaat. Mungkin dia harus melakukan sedikit pekerjaan ekstra untuk menghindari masalah selanjutnya.
"Baiklah. Tunggu sebentar. Kau mau makan apa? Aku membeli sup krim ayam jamur, sup won ton, nasi ayam kungpao, dan dimsum."

Suara Yibo terus bergaung ketika ia beranjak keluar kamar, dan masih saja berteriak dari ruang makan.
"Katakan kau mau apa?"

"Apa saja," jawab Xiao Zhan,
tersenyum samar seraya membatin,
Dia memesan banyak makanan, lumayan royal. Apa dia ikut-ikutan demam juga?

Yibo komat-kamit selama proses menyuapi Xiao Zhan. Seumur hidupnya dia tidak pernah melakukan hal menggelikan begini. Bahkan ia tak pernah menyuapi anak kecil. Sekarang, dia harus jadi perawat dadakan, menyiapkan makanan, menyuapi pasien yang terlihat sakit tetapi makan dengan lahap sambil terus menerus memandangi dirinya. Yibo merasa jengah sampai dia tidak tahan.

"Jangan melihatku seperti itu," dia memprotes.

"Nafsu makanku semakin baik jika melihatmu," Xiao Zhan menyahut dengan ucapan di luar dugaan.

Yibo semakin mengutuk dalam hati yang mulai berdebar tak karuan.
"Sembarangan. Memangnya aku sejenis makanan juga, begitu?" Dia mengalihkan fokus pada mangkok berisi makanan di tangannya.

Xiao Zhan tersenyum tipis, tetapi tidak menjawab omelan Yibo. Dia justru berkata hal lain,
"Terima kasih. Kau sangat baik padaku," ia menggumam.

"Sudahlah! Ini yang pertama dan terakhir. Jangan sakit lagi," Yibo menukas datar, menutupi rasa panik.

"Kenapa? Kau khawatir padaku?"

"Aku tidak punya waktu dan uang yang cukup untuk sering sering merawat orang sakit," Yibo menimpali.

Xiao Zhan mengangkat sudut bibirnya, menatap skeptis pada Yibo.
"Kau selalu saja memungkiri kalau kau peduli padaku," komentar Xiao Zhan, memijat-mijat pelipisnya perlahan.

"Jangan menanggapi berlebihan, aku hanya tidak mau kau ditemukan mati terkapar di kamarku. Urusan bisa panjang."

"Benarkah? Tapi mengapa wajahmu selalu memerah jika aku menggodamu?" Usik Xiao Zhan belum puas.

Yibo mendengus, makin salah tingkah. "Terserahlah! Yang pasti, jangan menyukaiku hanya karena hal ini. Cepat selesaikan makannya," ujar Yibo menggerutu.

Xiao Zhan tersenyum dengan wajah sedikit menunduk. Dia sengaja berlama-lama membuka mulutnya, hingga membuat Yibo semakin pegal dan tidak sabaran.

Setelah acara makan selesai, Yibo memberinya segelas air putih dan dua macam pil.

𝐏𝐨𝐫𝐭𝐫𝐚𝐢𝐭 𝐨𝐟 𝐋𝐨𝐯𝐞 (𝐄𝐧𝐝 𝐏𝐝𝐟 ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang