Kesalahan Yang Indah

6.5K 92 12
                                    

Adi's POV

Ternyata yang ku pikirkan benar, pasti ada sesuatu yang terjadi antara Faresa dan mas Rasen. Mungkin aku udah terlalu jauh mencari tau tentang mereka, seharusnya aku gak melakukan sejauh ini.

Pikiranku mulai campur aduk; menyesal, merasa bersalah, merasa gak enak sama Faresa, takut, tapi ada rasa penasaran juga. Semuanya campur aduk di pikiranku sekarang. Ingin ku buka mata dan ku akhiri semua ini, tapi rasa ingin tau ku lebih besar dari semuanya, dan di tambah lagi sekarang kondisiku udah telan*a*g dengan kondisi k*nt*lku yang udah berdiri tegak di bawah sana. Kali ini aku cuma bisa pasrah, lagian yang di lakukan mas Rasen itu benar-benar membuatku melayang.

Aku mulai tersadar dari lamunanku saat kurasakan lidah mas Rasen menyapu kepala k*nt*lku dengan lembut. Belum sempat menyadari apa yang terjadi, mulut mas Rasen udah melahap habis k*nt*lku sampai ke pangkalnya. Aku bisa merasakan tenggorokannya menyentuh kepala k*nt*lku, geli, enak dan hangat. Kemudian dia mulai memainkan lidahnya menyapu tiap inci k*nt*lku sambil sesekali dia gerakkan mulutnya naik-turun sehingga membuat k*nt*lku keluar-masuk ke dalam mulutnya.

Entah udah berapa lama dia melakukan itu, hingga perlahan dia mulai mempercepat gerakan mulutnya pada k*nt*lku. Mendapatkan perlakuan seperti itu membuatku secara reflek mengangkat pinggulku dan mengimbangi gerakan mas Rasen. Beberapa menit berlalu dan gerakan itu semakin cepat, hal itu membuatku semakin gak bisa menahan dorongan yang kuat dari k*nt*lku untuk memuntahkan cairan kenikmatanku. Semakin lama dorongan itu semakin kuat, sehingga membuatku gak bisa menahannya lagi. Dengan sedikit kecemasan, ku beranikan diri untuk memegang kepalanya. Aku bermaksud untuk menahan gerakannya dan mengeluarkan k*nt*lku, tapi mulutnya menahan k*nt*lku untuk tetap berada di dalam sana dan terus melanjutkan aksinya.

"Mas...", desahku panjang

Crot... Crot... Crot... Dorongan itu pun gak bisa ku tahan lagi, keluar menyembur berkali-kali seiring desahan panjangku.

Belum selesai aku mengumpulkan tenaga, mas Rasen langsung mencium bibirku. Dia bagi cairan kenikmatanku ke dalam mulutku, ada rasa asin, gurih dan aroma pandan yang ku rasakan saat itu. Tapi anehnya aku gak ngerasa jijik sedikitpun. Dan yang membuatku terkejut, saat mas Rasen menindih ku ternyata dia udah telan*a*g yang membuat ku bisa ngerasain k*nt*lnya beradu dengan k*nt*lku. Hal itu membuatku "naik" lagi dan tanpa sadar aku pun membalas dan mengimbangi ciumannya.

Cukup lama kami berciuman sambil beradu k*nt*l, hingga pada suatu momen mas Rasen menghentikan aksinya lalu berbisik di telingaku.

"Aku tau kalo kamu cuma pura-pura tidur"

Setelah mengatakan itu, dia bangkit dari atas tubuhku lalu pergi menuju lemari mengambil sesuatu kemudian kembali lagi ke arahku. Saat itulah aku bisa melihat dengan jelas ukuran k*nt*lnya, lumayan besar dan sangat panjang. Ku rasa ukurannya dua kali ukuran k*nt*lku, atau mungkin lebih.Melihat hal itu membuat nyaliku seketika menciut. Aku takut kalo dia melakukan hal yang lebih jauh lagi seperti yang pernah ku lakukan sama Faresa dulu.

Mas Rasen duduk di bawah selangkanganku, tangannya meraih k*nt*lku yang udah tertidur gara-gara kepanikan ku, kemudian di k*c*knya pelan, lalu memasukkannya lagi ke dalam mulutnya. Kali ini lidahnya yang mengambil alih memainkan k*nt*lku sedangkan tangannya enah kemana. Cukup lama dia melakukan itu, hingga perlahan k*nt*lku mulai bangun lagi. Setelah k*nt*lku tegang sempurna, ku rasakan jari-jari mas Rasen memainkan lubangku. Sambil terus meng*l*m k*nt*lku, jari-jarinya mengelus lubangku sambil sesekali dimasukkannya ke dalam hingga pada akhirnya dua jarinya berhasil masuk menerobos lubangku.

Setelah itu mas Rasen menghentikan aksinya lalu berpindah ke area putingku. Dia jilat beberapa kali lalu kemudian dia sedot pelan, seperti bayi yang menyusu ibunya. Sambil memanjakan putingku, tangan mas Rasen juga memanjakan k*nt*lku dengan k*c*kannya.

Perjalanan Putih Biru (Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang