Haruto tersenyum getir.
Pandangannya hanya lurus kearah atap, menatap kosong butiran lampu berbentuk bintang-bintang yang bercahaya saat gelap itu.
Tok. Tok.
"Sayang ini Bunda"
"Masuk aja Bun"
Pintu terbuka menampilkan seorang wanita dengan pakaian khas rumahan.
Sang Bunda memposisikan dirinya duduk di sisi kasur Haruto, tangannya terulur untuk mengusap kening Anaknya pelan.
"Panasnya udah lumayan turun, sekarang apa yang kamu rasain?"
"Haru cuma pusing sedikit"
Haruto menggeser tubuhnya untuk memeluk Bundanya.
"Bun"
Sang Bunda hanya diam, mengusap punggung Haruto yang kelamaan mulai bergetar.
"Gapapa sayang disini ada Bunda"
Haruto mengangguk, semakin mengeratkan rengkuhannya dan mulai terisak pelan.
Bunda Haruto tau apa yang terjadi sama anaknya, semuanya Sudah Haruto ceritakan.
"Bun hiks sakit"
"Iya Bunda tau"
Tentu saja Sakit.
Bukan cuma Kondisi fisik Haruto yang tak baik-baik saja, tak menutup kemungkinan bahwa hatinya sekarang benar-benar ikut sakit.
Hampir 3 Minggu Haruto memutuskan kontak dengan Junkyu bahkan satu minggu setelah kejadian di cafe itu Haruto jatuh sakit.
Kemarin Sang Ibunda memaksa menceritakan apa yang terjadi pada Haruto.
Terkejut tentu saja, ia tak menyangka.
Jadi yang Bunda bisa lakukan hanya terus menenangkan anaknya, yang hampir setiap hari menangis dalam diam.
Bisakah Bundabu Haruto memohon pada Junkyu untuk membatalkan rencana itu? Ia tak ingin terjadi sesuatu pada anaknya.
"Kapan mau masuk sekolah?"
Haruto menggeleng.
"Haru bisa gak libur lagi?"
"Gak bisa kamu harus keluar sesekali masa udah mau 3 minggu cuman dikamar sama rumah doang, nyari udara dikit sayang biar kamu cepet sembuh"
"Iya deh Haru usahain"
°°°°
Clek.
Bunda Haruto menghela napas pelan pikirannya tak berhenti berkeliaran.
Kenapa ia jadi khwatir ya?
"Bun"
"MAMAKNYA MANA EH!! Astaga Doyoung Bunda kaget"
Doyoung hanya tersenyum meminta maaf.
"Haruto gimana?"
"Dia udah tidur katanya iya besok dia mau keluar mungkin buat nyari angin, maaf ya Bunda gak bisa bikin dia mau ngobrol sama kalian"
Doyoung menggeleng.
"Engga ko Bun justru kita yang minta maaf gara-gara Ka Kyu Haruto jadi kaya gini"
Tangan Bunda Haruto terulur mengusap rambut Doyoung pelan.
"Gapapa Harutonya juga udah baikan ko, kalau mau ngajak ngobrol kalian datang aja besok ya bawa juga Jihoon sama temen-temen yang lainnya kebetulan besok Ayahnya Haruto pulang dari Jepang, kita makan bersama"