[9]

175 22 0
                                    

Yah sesakit-sakitnya Haruto ia tetap manusia bucin yang tak ingin kesayangannya kenapa-kenapa.

Setelah mendengar berita mengejutkan dari Doyoung semua orang termasuk Haruto berbondong-bondong menghampiri Junkyu yang terkapar mengenaskan di pinggir jalan, juga dengan pelaku penabrakan.

Usut punya usut, Doyoung sebenarnya akan kembali masuk kedalam rumah Haruto karena ia ingat kedua orang tuanya berada disana dengan memaksa Junkyu untuk ikut masuk, tapi kakaknya itu menolak dengan alasan tak ingin sakit hati lagi.

Doyoung yang kekeh dan Junkyu yang keras kepala membuat mereka saling menarik diri, sampai akhirnya Doyoung melepaskan tarikannya pada tangan Junkyu, Junkyu yang tak siap karena sempat menarik diri dari adiknya otomatis terlempar kebelakang dan berpasan dengan mobil yang melaju cepat, alhasil tubuh Junkyu tertabrak dan terlempar jauh sekitar 3 meter.

Doyoung panik termasuk si pengemudi, saat menghampiri tubuh kakaknya Doyoung terdiam karena terdapat darah yang mengalir segar dari kepala Junkyu.

Dengan Histeris Doyoung kembali kedalam kediaman Haruto dia juga sempat menitipkan tubuh kakaknya pada pengemudi itu.

Dan sekarang disinilah mereka semua berada, di depan UGD menantikan Dokter yang sedang menangani Junkyu. Tidak semua sih karena orang tua Jihoon juga Asahi harus kembali karena ada urusan.

Ada Ibu Junkyu yang sedang ditenangkan oleh suaminya, Haruto yang sedari tadi mengkomat-kamitkan mulutnya dan terduduk sambil bersandar di depan pintu UGD juga Doyoung yang sedari tadi duduk menjauh dari orangtuanya hanya menunduk.

Hyunsuk berdiri disamping Jihoon dirinya melihat Doyoung lalu menghela napas, kemudian ia melirik Junghwan yang ada disebelahnya, tangan Hyunsuk terulur untuk mencubit kecil tangan Junghwan.

Junghwan yang kaget karena tiba-tiba dicubit mengangkat alisnya.

"Apa?" tanyanya pelan.

Hyunsuk menunjuk Doyoung dengan dagunya, Junghwan sempat menolak karena tau apa yang Hyunsuk maksud tapi dia langsung menjauh kala tangan Hyunsuk akan kembali mencubitnya.

Junghwan berdiri didepan Doyoung yang masih setia menunduk, ia kemudian berjongkok menyamakan posisi wajahnya dengan milik Doyoung.

Merasa ada seseorang didepannya Doyoung mendongak lalu tatapannya bertemu dengan mata Junghwan, seketika Senyuman Junghwan mengembang.

"Gk boleh nangis"

Junghwan menghapus air mata Doyoung lalu mengusap pipi tembam kesukaannya.

"Mau peluk?"

Sedetik berikutnya Doyoung menabrakkan tubuhnya untuk merengkuh tubuh orang yang paling ia sayangi ini.

"Sttt udah"

Tangan Junghwan mengusap pelan punggung Doyoung, Doyoung pun makin mengeratkan pelukannya.

"Kakak"

"Kak Kyu gapapa ko tenang aja ya?"

"Ini semua salah aku"

"Kamu jangan ngomong gitu"

"Ta-"

Bruk!

Junghwan juga Doyoung menoleh kearah sumber suara disana dekat pintu ada Haruto yang baru saja terjengkang kebelakang karena Dokter membuka pintu UGD.

"Gimana keadaan anak saya dok?"
Ibu Kim langsung menghampiri Dokter.

"Anak anda baik-baik saja mungkin benturannya cukup keras, besar kemungkinan anak anda akan selamat tapi kecil kemungkinan ia bisa mengingat"

"Maksud anda Anak saya bisa hilang ingatan?"

Sang Dokter mengangguk.
"Jika ingin menjenguk silahkan asal jangan berisik, saya permisi dulu"

Ibu dan Ayah Kim yang pertama masuk meninggalkan orang-orang yang ada diluar.

"Lebih baik kami pulang dulu ya Doyoung, tante sama om pamit ya? Nanti kita bakalan jenguk Junkyu ko" ucap Nyonya Choi.

Satu persatu dari mereka meninggalkan rumah sakit, hanya tersisa Haruto, Doyoung, Junghwan, Hyunsuk, Jihoon juga Yoshi.

"To lu gk masuk?"

Jihoon membuka suara setelah beberapa menit hening.

"G-gua gk bisa"

"Kenapa? Lu gak mau liat Junkyu?"

Haruto menunduk.
"Ini semua salah gua, kalau aja gua gak ngomong gitu pasti dia gk bakalan keluar dari Rumah"

"No berenti nyalahin diri sendiri, ini semua bukan salah siapa-siapa, Haruto lebih baik kamu masuk kedalem biar kita yang jagain Doyoung"

Semuanya langsung melirik Doyoung yang masih setia memeluk Junghwan.

Haruto menghela napas.
"Nanti kalo Ayah sama Mamahnya Doyoung keluar"

°°°°

Haruto menunduk menggenggam erat tangan Junkyu, hampir 20 menit ia hanya diam dan terus merapalkan kata maaf dalam hatinya kepada sosok yang tengah berbaring diatas kasur Rumah sakit dengan kepala yang diperban.

"Ka"

Haruto mengangkat kepalanya menatap kelopak mata Junkyu yang hampir 3 hari ini tak kunjung terbuka.

"Ayo bangun, aku mau minta maaf"

Air matanya kembali turun, lebih deras dari yang tadi.

"Haruto"

Doyoung menepuk pundak Haruto pelan saat pemuda itu menenggelamkan kepalanya disamping Junkyu.

"Lu mending pulang dulu"

Haruto menggeleng.

"Gak bisa, gua gak bisa ninggalin Ka Junkyu sendirian"

"Masih ada gua, mamah sama ayah"

"Gak gua mau tetep disini"

Doyoung mengela napas, kadang dia kesal dengan Haruto yang keras kepala seperti ini.

"Tapi seenggaknya lu makan, gua gk mau dimarahin Ka Kyu cuma gara-gara gak maksa lu makan"

"Haruto"

"Gua gk napsu makan"

"TAPI GUA NAPSU PENGEN NYEKEK ELU!!"

Junghwan yang sedari tadi hanya menyimak buru-buru berlari saat Doyoung hendak memukul Haruto.

"Ey ey udah jangan marah-marah"

Doyoung mendengus menyerahkan sekotak bekal yang tadi ia siapakan untuk Haruto kepada Junghwan.

"Kasih aku cape"
Junghwan mengangguk lalu menghampiri Haruto yang masih saja bersedih.

Duk.

Haruto meringis sedangkan Doyoung tersenyum puas saat Junghwan dengan entengnya melayangkan kotak bekal itu untuk dipukulkan kearah kepala Haruto.

"Makan jangan so kuat, Ka Kyu belum sadar jangan sampe dia sadar lu nya mati nanti kita yang repot"

"Gua gk makan aja belum tentu mati"

"Dan dengan lu nahan lapar juga belum tentu gak mati"

Haruto mendengus lalu merebut kotak bekal itu, yah mau tak mau ia harus makan benar apa yang dikatakan Junghwan, gawat jika Junkyunya sadar eh dianya malah meninggoy.


Tbc.

Sweet Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang