Zella duduk di bangkunya sambil tersenyum. Banyak yang masih memperhatikannya membuat perasaannya campur aduk. Ia masih belum terbiasa dengan suasana ini.
Setelah perkenalan Zella langsung disuruh duduk di bangku yang ia tempati sekarang. Zella merasa canggung dengan pria yang duduk di sebelahnya, membuatnya terus menunduk.
"Hei, lo gak mau kenalan sama gue? " Katanya sambil terus menatap gadis yang terus menunduk di sebelahnya.
Zella menoleh dan tersenyum malu. Menyalahlan dirinya yang terlihat bodoh.
"Maaf. Kenalin aku Zella. Maaf juga karna harus duduk di sebelah kamu" Ucap Zella masih merasa malu
"Maaf diterima" Jawab lelaki itu.
Zella merasa bingung. Mengapa lelaki ini tidak menyebutkan namanya. Apakah Zella harus bertanya lebih dulu. Tidak. Zella memilih diam dan berusaha mengikuti pelajaran dengan baik.
...Jam pelajaran pertama telah usai. Zella masih duduk dibangkunya. Begitu juga lelaki itu. Zella menunduk sambil membaca novel. Novel bukan sembarang novel karna itu hanya ada diperpustakaan fantasy palace.
"Gak laper lo?"Tanya pria yang kini resmi menjadi taman sebangkunya.
Zella menoleh sebentar lalu mengangguk. Sebenarnya Zella memang merasa lapar. Namun, ia segan untuk bertanya kepada lelaki itu. Namanya pun tidak tahu. Karna lelaki itu mencopot name tag nya.
" Trus kenapa diem di sini? "
Pertanyaan yang membuat Zella bungkam. Ia terlalu merasa canggung dengan lelaki ini. Entah apa sebabnya.
Zella mengusap tengkuk nya membuat rambut panjang nya sedikit tersingkap. Menampakkan simbol bintang di leher belakangnya yang putih. Simbol itu terlihat seperti tato. Namun simbol ini berwarna perak dan bisa mengeluarkan cahaya biru hangat.
Dan pemandangan itu terlihat oleh lelaki yang masih memperhatikan Zella lekat. Ia tertarik dengan penampilan Zella yang terlihat sederhana tapi sangat menawan. Tapi hal yang baru saja ia lihat membuatnya sangat terkejut. Membuatnya terdiam beberapa saat.
"Benarkah? " Batin lelaki
"Aku malu" Jawaban Zella membuat pria ini kembali tersadar akan keterkejutannya.
Lelaki ini mendehem pelan"Oh.gue pesenin ke temen aja ya"
Zella sedikit terkejut dengan sikap lelaki ini kepadanya. Namun, Zella hanya mampu mengangguk. Ingin ia bertanya siapa nama lelaki ini tapi lagi lagi ada perasaan aneh yang menyapanya.
"Oke bentar lagi dateng" Kata lelaki itu setelah mengotak atik ponsel.
Zella tersenyum "Makasih" Katanya pelan
"Rumah lo di mana? "
Zella mengepal sudut novel. Perasaan aneh terus mendatanginya. Antara senang dan canggung. Hingga menjadi ketakutan yang besar di hati zella. Namun, Zella menahannya. Ia merasa sesuatu menyeruak dari hatinya. Di benaknya muncul sinyal yang tak ia tau pengirimnya.
Disamping itu, lelaki itu terus menanyakan kepribadiannya. Tak terasa Zella sudah banyak menjawab pertanyaan pertanyaan dari teman sebangkunya. Fokus nya terbagi karna perasaan aneh ini.
"Lee, kamu bisa denger Aku? " Zella mencoba mengirim telepati kepada Leonard. Namun, sinyal itu terputus begitu saja. Zella tak menemukan titik terima pada Leonard.
"Jadi lo punya kembaran?" Lelaki itu terus memberikan pertanyaan pada Zella.
Kali ini Zella tidak memberikan jawaban. Simbol bintang dileher belakang nya memberikan sinar redup. Bola mata kirinya yang berwarna biru pun mengeluarkan setitik cahaya putih.
"Jadi lo bener keturunan Arroeghaxia" Batin lelaki itu.
Lelaki itu menoleh kejendela. Disana ia melihat segumpal awan hitam berpetir di tengah luasnya langit biru yang cerah.
"Hei, lo oke? " Tanya lelaki itu.
Zella hanya mengangguk. Ia merasa ada hawa yang sangat dingin menusuk raganya. Ia juga tak mampu memanggil Xalyonz, seakan naga itu benar benar lenyap dari tubuhnya.
Saat sedang merasakan keanehan pada dirinya. Zella mampu merasakan ada aura asing disekitarnya. Seperti menyelimuti dan mengurung Zella dalam ruangan kosong.
"Zella, ayo gue anter ke UKS. Lo pucet! " Lelaki itu menarik tangan Zella pelan.
"Gak papa. Aku baik baik aja terima kasih" Zella menepis pelan tangan lelaki yang menyentuhnya.
Tak lama seseorang datang membawa bungkusan berplastik putih lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata.
"Makan ini dulu, lo laper banget kayaknya" Lelaki itu membuka bungkusan roti dan memberikannya pada Zella Lalu membuka tutup botol air mineral.
"Makasih ya" Zella menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya. Ia menerima roti dari lelaki.
"Cantik" Batin lelaki sambil terus menatap Zella. Ia sungguh mengagumi kecantikan Zella yang sederhana.
"Uhuk uhuk.. " Zella terbatuk tiba tiba. Ia memegangi dadanya yang terasa sakit. Dengan sigap lelaki itu mengambil botol air mineral dan menyodorkannya pada Zella.
"Santai aja. Gak pingin kok gue" Ucap sang pria.
Zella tertunduk. Bukan itu yang ia rasa, melainkan dadanya terasa disobek paksa oleh sesuatu. Gelisah tentu menghampiri gadis lugu ini. Ia takut, tapi tetap mencoba tenang.
...Di tengah gelapnya hutan Loovix, seorang pria berjubah merah tua menatap bola di atas mejanya. Itu bukan bola biasa, bola itu mengeluarkan cahaya merah dan berbagai warna lain di dalamnya.
"Cucuku berhak bahagia" Kata pria berjubah tersebut. Suaranya terdengar dalam dan serius.
Burung hantu raksasa yang bertengger santai di tempatnya mengeluarkan suara pelan.
Seakan memahami maksud hewan raksasa itu, pria berjubah terkekeh pelan. Ia menatap burung itu, tatapannya mampu membius hewan raksasa. Hewan besar itu terjatuh ke tanah dan langsung bersujud pada pria berjubah.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Maldicion
FantasyKetika semua orang menganggap keberadaan nya hanya ada dalam imajinasi seorang anak kecil. Namun, nyatanya tidak begitu. Keluarganya memiliki garis keturunan yang menyebabkan aliran darah dewa naga itu bersemayam ditubuh mereka.