17

8 2 0
                                    

"Xander, Baratha bersatu! "

Mendengar perintah Lantera, keduanya saling pandang sejenak. Memberikan keyakinan masing masing. Atmosfir dalam ruangan itu berganti. Dingin menyelimuti mereka semua saat butiran salju mulai turun dari langit langit kamar.

Udara seketika berhenti. Sesak. Namun, begitulah cara Xander dan Baratha menyatu. Tubuh keduanya hilang ditelan cahaya hijau. Reynand, Ganish dan Keanu merasa sesak karna tak ada oksigen disekitar mereka. Selang lima belas detik setelahnya raungan kencang terdengar memekakan telinga. Pertanda naga itu telah bersatu diruangan ini.

Mereka semua pun sudah bi nisa menghirup nafas kembali. Ganish menggengam tangan Reynand. Bagaimanapun menurutnya, pertarungan adalah hal mengerikan dan tak pantas dilakukan. Namun, jika melihat keadaan saat ini. Itu sangat perlu terjadi.

X-Bara adalah boanding level tinggi yang dipegang Lantera dari Xander dan Baratha. Naga itu mendengus dengan mengeluarkan udara yang sangat panas. Langkah X-Bara meberikan getaran pada ruangan.

"Kita harus berpindah" Ucap Lantera. Bagaikan kedipan mata wanita itu dengan cepat menghampiri Xyea dan langsung membawanya pergi. Meninggalkan teriakan Xyea.

X-Bara pun mulai mengepakkan sayap dan terbang sangat cepat. Ia hilang ditelan cahaya hijau di dekat jendela.

"Dimana mereka akan bertarung? "Tanya Ganish pada dirinya sendiri.

" yang pasti bukan didekat sini, Ma"Jawab Reynand sembari terus mengelus tangan Ganish yang bergetar.

"Astaga, bocil kesayangan guee! " Teriak Keanu heboh melihat raga Zella terbaring disebelah raga Leonard.

"Zella juga terkena sihir itu, ma?" Tanya Reynand saat melihat Zella.

Ganish menggeleng pelan. Ia juga sangat tidak menyangka bahwa raga Zella di isi oleh jiwa wanita tadi.

Keanu tampak mengelus puncak kepala Zella. Rambut gadis itu menghitam seluruhnya.

"Gilang hilang lagi, ma! " ujar Reynand menatap sang mama.

Ganish menggeleng. Ia tersenyum dan merapikan rambut Reynand yang tampak berantakan.

"Gilang dan Vee sudah pergi lebih dulu menyusul Leonard dan Zella. Ke hutan Loovix" Ucapan Ganish membuat Reynand dan Keanu tercengang.

"Hutan Loovix!?" Ucap kedua pria itu bersamaan.

Ganish mengangguk lagi. "Kita tunggu paman Cai dan bibi Lantera menyelesaikan pertarungan itu. Lalu kita akan pergi ke galaksi Sculptor" ucapan Ganish membuat Reynand dan Keanu saling pandang.

...

Disisi lain bumi

Dihamparan salju yang terbentang luas menutupi dataran pegunungan Spectre di Antartika. Kini tiga mahluk berbeda jenis itu sedang berhadapan siap bertarung.

Xyea masih melayang diatas permukaan satu setengah meter. Menatap dua lawan yang sudah jelas berbeda level diatas dirinya.

"Apapun, aku tidak boleh kalah sekarang" ujar Xyea dalam hati.

"Kamu harus kembali ke gunung timur, Xyea! " bisik Lantera dalam hati.

Helaan nafas X-Bara terdengar berat. Menyapu salju yang ada dihadapannya. Angin dingin, menyapu wajah Lantera. Membuat anak rambutnya beterbangan.

Tanpa basa basi lagi, Lantera dan X-Bara menyerang lebih dulu. Xyea dengan sigap juga cepat mengelak dari serangan petir dari Lantera. Kibasan ekor X-Bara yang mengandung listrik berapi juga tak kalah cepat mengejar sosok Xyea. Serangan bertubi tubuh dari Lantera dan X-Bara membuat Xyea tidak sempat mengeluarkan teknik apapun. Ia hanya bisa mengelak dan menangkis. Keduanya memakai boanding yang sangat efektif. Cepat seakan kilat disaat hujan.

"Kurang ajar. Aku tidak bisa mengeluarkan teknik apapun sekarang" Gumam Xyea saat sedang menghindari kibasan ekor X-Bara.

Dengan cepat Xyea memindai keadaan sekitar. Ia melihat gumpalan salju di arah barat sedang menggelinding menuju mereka. Dengan teknik seribu bayang ia langsung mengarahkan gumpalan salju itu kearah X-Bara untuk mengalihkan atensi keduanya.

Namun, rencananya gagal untuk mengalihkan keduanya. Karna ternyata bola salju itu adalah panggilan dari Lantera.

"Kurang ajar" Maki Xyea.

Dalam setengah jam, Xyea benar benar dikejar oleh berbagai serangan Lantera dan X-Bara. Banyak lubang besar menganga di tengah hamparan salju akibat Xyea yang berkali kali melesak kedalamnya.

"Kamu lemah dalam hal kecepatan, nona" ucap Lantera tersenyum remeh.

Lagi lagi Xyea tak mampu menghindari petir biru Lantera. Sihirnya pun tak mampu menembus kekuatan boanding mereka. X-Bara sekali lagi mengibaskan ekor sebelum menyemburkan lahar dari hidungnya.

"Aaaaaaaaarrrrrrrgghhhh" teriak Xyea ketika lahar itu memakan dirinya hidup hidup.

Lantera menunggangi X-Bara dengan gagahnya ketika kejadian itu berlangsung. Ia juga terus memberikan sinar violet ke kepala X-Bara untuk menyalurkan kekuatan.

Radius satu kilometer, tempat itu digenangi lahar panas. Jika setengah jam yang lalu masih berupa hamparan salju, maka kini menjadi hamparan lahar panas yang siap memangsa.

Tak ada teriakan lagi dari wanita gila itu. Semuanya telah selesai. Begitukah? Bisikan hati Lantera terdengar dibenak X-Bara.

Naga itu kembali menyedot lahar itu melalui hidungnya. Saat semua lahar sudah terhisap kembali, tampaklah tanah yang mengering dengan retakan retakan besar akibat panasnya lahar tadi. Disana juga teronggok tengkorak bagian tangan dan kepala milik Xyea.

"Dia sudah mati" ujar Lantera.

"Mati kembali" X-Bara mengirim telepati saat mendengar ucapan Lantera.

Lantera mengangguk mengiyakan perkataan X-Bara. Mereka masih berdiam menatap tanah kering ditengah hamparan salju. Tampak mustahil dan janggal. Tapi, pegunungan Spectre adalah salah satu pegunungan yang jarang dijamah manusia di bumi.

Namun, tanpa mereka sadari jauh diatas mereka. Jarak 1500 kaki dari permukaan salju, Xyea tertawa melengking menyadari kebodohan Lantera dan naga itu. Tengkorak tadi merupakan manipulasi dari butiran salju yang disatukan. Salju yang telah disihir sedemikian rupa oleh Xyea.

Berarti, pernyataan Lantera dan X-Bara salah tentang kekalahan Xyea?

...

MaldicionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang