11

11 2 0
                                    

Leonard masih tebaring dikamar mewahnya. Matanya terpejam rapat. Warna rambutnya pun mulai menghitam. Entahlah bagaimana dengan kondisi fisiknya.

Dikamar sebelah, Aranzella Leonara sedang menatap pantulan dirinya dicermin. Ia tersenyum bangga sembari memainkan rambut panjangnya.

"Ternyata kamu memang cantik. Aku pinjem badan kamu buat main main sama Leonard" Ucapnya bermonolog sendiri.

Ya, jiwa Zella telah dipindahkan. Seseorang yang bersembunyi dibalik tubuh itu telah berhasil menerobos pagar kokoh milik jiwa Xalyonz. Ia dapat menyerupai apapun yang ada pada Zella. Bahkan kedua mata indahnya.

"Tapi aku gak betah lama lama dikamar kamu, soalnya wangi stroberi. Aku gak suka" Ucapnya lalu melangkah keluar kamar.

Ia mendekati pintu kamar Leonard. Tanpa membukanya Zella KW langsung masuk kedalam, menembus pintu jati berwarna putih itu.

"Ganteng banget ya kembaran kamu. Bikin aku tambah suka. Hihihi" Zella terkikik sendiri.

Tiba tiba kedua bola mata gadis itu menghitam tanpa menyisakan warna lain. Seringaian kecil terbit dibibirnya. Ia mengelus rambut hingga pipi dan berakhir pada bibir Leonard.

"Let's play with me, prince"  Setelahnya, tawa Zella pecah. Membuat suasana yang tadinya sepi kini berubah berisik.

Zella menyentuh kening Leonard lalu meniupnya setelah membaca sesuatu. Tak lama Leonard membuka mata dan langsung duduk. Ia menatap gadis disebelahnya yang sedang tersenyum manis.

"Touch me please, baby" Dengan lancangnya Zella mendorong tubuh Leonard hingga kembali terbaring diatas kasur.

Kedua mata Leonard memang terbuka. Tapi tak ada pandangan pada netranya. Ia hanya menatap kosong tanpa kedip kearah Zella dengan mata hitamnya. Tak ada eye grey, hanya mata hitam legam sama seperti Zella saat ini.

Perlahan, tangan Leonard mulai meraba punggung Zella . Menyentuh tali pengait dress yang Zella kenakan. Lalu, menariknya hingga terlepas. Semua berlalu begitu cepat. Hingga, tak terasa kini hanya Leonard yang masih mengenakan pakaian dengan lengkap. Zella mulai berani menyentuh Leonard. Bajunya sudah terlepas. Zella  tersenyum melihat pemandangan didepannya. 

"Finally the moment I've been waiting for has arrived. The destruction of the goddess of wind and land. As well as getting offspring from Leonard " Kalimat Zella diakhiri dengan seringaian kecil.

...

Suasana sore dihutan membuat semua menjadi gelap. Pohon pohon besar menjulang menutupi langit senja. Semak belukar juga menghalangi perjalanan.

Namun, itu semua tidak membuat seorang lelaki yang berjalan sendiri ditengah hutan menghentikan langkah. Ia tetap melangkah dengan pasti walaupun tujuannya tidak terlintas di otak. Ia hanya berjalan dan terus berjalan sembari berfikir tentang kejadian yang menimpanya. Kenapa secara tiba tiba semua ini terjadi bagaikan mimpi.

Bagaimana dengan keluarganya? Dimana ia sekarang? Bagaimana cara melewati semuanya? Siapa yang menjebaknya? Bagaimana ia harus menjemput Elzey? Bagaimana dengan Zella? Dan masih banyak pertanyaan yang kini hinggap difikirannya.

Langkah demi langkah Leonard lalui. Raja siang telah kembali ke alam bawah. Bergantian menyinari belahan di ujung dunia. Sejauh mata ini memandang, hanya hitam yang memenuhi netra. Gelap.

Untung saja Leonard memiliki keajaiban pada matanya. Kedua mata Leonard mampu menembus gelapnya malam. Suara hewan malam mulai terdengar mencicit.

Kini Leonard menghembuskan nafas panjang. Ia lelah, karena tak tau harus kemana lagi melangkah. Pasalnya, selama berjam jam berjalan ia hanya kembali pada titik yang sama. Telah Leonard buktikan dengan menandai sebatang pohon dengan goresan panjang. Pohon itu akan kembali setiap setengah jam sekali.

MaldicionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang