Leonard menatap sekitar. Gelap. Itulah kesan pertama yang dapat Leonard ambil ketika ia membuka mata.
"Anjir, gue di mana nih? " Leonard meraba sekitar.
"Kamu sudah sadar, Leo? "
"Setan, kaget gue woy" Leonard mengelus dada ketika mendengar suara bariton di seberang. Ia tahu, suara itu milik siapa.
"Lo nyulik gue lagi? Ngapain sih fans amat lo sama gue! "Oceh Leonard di tengah gelapnya sekitar.
"Seharusnya kamu berterimakasih anak muda. Akulah yang membawamu kesini untuk menghindari kutukan itu" Ucap si bariton.
"Gak usah ngaco lo! Dimana lo sembunyi? Muncul sini! " Tantang Leonard tanpa takut.
Sepersekian detik setelahnya, Cahaya remang mulai mengisi pandangan Leonard. Leonard kini bisa melihat sosok bariton yang melayang 10 meter darinya walaupun dengan minimnya pencahayaan.
Ia adalah Aknesh, raja kematian.
"Bagaimana dengan kabarmu anak muda? "
"Gue mah enjoy, orang tua" Leonard menyugar rambut lalu menatap raja Aknesh tajam.
Saling tatap itu berlanjut hingga kedetik lima belas. Tiba tiba raungan naga terdengar di telinga keduanya. Leonard terkejut menyadari suatu hal.
" Kurang ajar lo! Dimana jiwa Elzey lo sembunyiin, BANGSAT!!! "
"Hahaha, sebentar anak muda, bagaimana kamu... " Terlambat. Leonard lebih dulu menyerang dengan pukulan angin yang kuat. Membuat raja Aknesh terpental ke dinding batu.
" BACOT LO!" Leonard berteleportasi, kini tubuhnya mengambang dihadapan raja Aknesh.
Raja Aknesh terbatuk. Ia menepuk nepuk jubahnya yang terkena debu.
"Dimana sopan santunmu, anak muda? Aku belum selesai berbicara"
Kedua tangan Leonard mengepal kuat. Buku buku jarinya memutih. Bagaimana bisa ia begitu lalai hingga tak sadar bahwa jantungnya berdetak lemah. Jiwa Elzey terjebak di ruang hampa, entah dimana. Entah seberapa lama pula ia tak sadarkan diri, hingga raja Aknesh mampu mengeluarkan jiwa Elzey yang sudah terkunci pada raganya.
" Fuck you! " Desis Leonard. Ia mengangkat kedua tangan hingga muncul bola cahaya berwarna merah terang.
Raja Aknesh terkekeh ringan dengan suara baritonnya. "Apa yang kamu lakukan? Itu tidak akan melukaiku wah... "
Buuuumm buuumm
Lagi dan lagi. Perkataan raja Aknesh terputus ketika Leonard menyerangnya secara tiba tiba. Cahaya cahaya itu telak menghantam tubuhnya. Ia tergeletak dikepulan debu. Tak lama setelahnya matanya terpejam.
Leonard masih mengambang dan memeperhatikan tubuh raja yang tertutup debu. Ketika, debu itu mulai menghilang, Leonard terdiam. Ia terkejut ketika melihat lantai itu kosong dan bersih tanpa ada tubuh sang raja.
Kewaspadaannya meningkat. Ia berbalik, mencari kesetiap sudut dinding. Dan kosong.
" Dimana lo Aknesh! MUNCUL WOY JANGAN JADI PENGECUT! Teriakan Leonard menggema diruangan itu. Tapi tetap kosong .
Buuuummmm
"Aaaarrrgghh" Kini tubuh Leonard terpental sepuluh kilometer dan telak menghantam dinding dengan kuatnya.
"Sudah kubilang bahwa itu tidak akan menyentuh apalagi melukaiku! "
Leonard merasakan sekujur tubuhnya keram. Apalagi di bagian punggung yang menghantam dinding batu. Ia terbatuk sedikit, lalu bangkit dan menepuk almamaternya yang berdebu. Ya, Leonard masih menggunakan seragam AFIS.
Ia menatap raja Aknesh nyalang. Mata abu abunya bersinar mengeluarkan sinar hitam.
"Apa maksud lo bawa gue kesini, Aknesh" Leonard mengeluarkan suara rendahnya.
"Akulah yang menyelamatkan mu, anak muda" Raja Aknesh mengambang lima meter diatas Leonard.
Tanpa menunggu apapun, Leonard merangsek maju. Ia kalap dan emosinya meningkat. Elzey adalah jiwa yang tenang, yang mampu menahan jiwa Leonard yang panas.
Jual beli pukulan pun tak dapat terhindarkan. Leonard menyerang raja Aknesh membabi buta. Ia tak menyediakan sedikitpun celah untuk raja agar bisa mengembalikan serangan.
Buuummmmmm sreeeettt bummmm buumm cetarrr buummm sreetttt
Suara pukulan angin, sambaran petir perak, dan suara katana milik raja Aknesh memenuhi ruangan batu.
Bayangan Leonard tampak hilang muncul di kepulan debu. Begitu juga dengan raja Aknesh. Mereka benar benar bertarung tanpa memikirkan kondisi masing masing. Raja Aknesh sudah tampak lunglai karna tubuhnya banyak terkena sambaran petir perak milik Leonard.
" AKU AKAAAN MENGHABISIMUU, ORANG TUAAAA!! "
"DAN KAU YANG AKAN MATI LEBIH DULUUUU"
"RASAKAAANNN INNNIIIIII"
Leonard mengambang diudara dengan sinar merah di sekujur tubuhnya. Walaupun Elzey tak bersamanyanya, kekuatan Leonard tak berkurang sedikitpun. Ia malah tampak lebih kuat setiap detiknya.
Sreeeeettttt cetaaarrrrr bummmmm
Raja Aknesh mengirim api dari katananya, itu dia lakukan karena ia melihat celah untuk menyerang Leonard.
Untung nya, insting Leonard tak pernah salah. Ia menggeser badannya sedikit lalu mengirim balasan petir perak ke raja Aknesh.
Pertarungan itu berlanjut dengan Leonard yang berada diatas angin. Ia bisa menguasai pertarungan. Serangan demi serangan masih mampu ia tangkis.
Namun sayangnya, Leonard hanyalah seorang manusia. Ia memiliki batas lelah. Lama kelamaan kecepatanya berkurang. Sambaran petir peraknya tak semenyilaukan tadi. Pukulan anginnya juga mulai melemah.
Perlahan, raja Aknesh mampu membalas serangan demi serangan. Setelah terus menghindar kali ini katananya telak mengenai perut Leonard. Darah segar mengalir membasahi lantai batu.
"Aaaaaahhhhhkkkkk" Leonard ambruk. Ia mencengkram perutnya yang mati rasa. Darah terus mengalir.
Raja Aknesh mengambang tempat diatas tubuh Leonard yang terkulai lemas. Ia meringkuk menahan perih.
"Hanya segini kekuatanmu tanpa Elzey. Hahaha dasar lemah. TERIMA INI, ANAK MUDAAAAA" Raja Aknesh mengarahkan katananya kewajah Leonard. Katana itu bersinar bagaikan emas dibawah sinar matahari.
Leonard terlalu sulit untuk bergerak. Setiap inci tubuhnya telah mati rasa. Ia mengerang berharap ada seseorang yang mau menyelamatkannya. Ia tak mau mati ditangan orang yang Ia benci. Sekuat tenaga Leonard mencoba bangkit. Namun, nihil. Ia terlalu lemah walau hanya untuk sekedar menggerakkan jemari.
Katana itu siap untuk menembus mata abu abu Leonard. Seberusaha apapun Leonard ia sudah tak mampu menghindar.
"Aaaaaaaaaaarrrrrrrgggghhhh... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Maldicion
FantasiaKetika semua orang menganggap keberadaan nya hanya ada dalam imajinasi seorang anak kecil. Namun, nyatanya tidak begitu. Keluarganya memiliki garis keturunan yang menyebabkan aliran darah dewa naga itu bersemayam ditubuh mereka.