Bab 25 ; Merillia dan Teroris

832 93 0
                                    

Jejak sepatu terdengar mendekat, Merillia memasang telinga lalu memberi isyarat pada anak-anak lainnya. Mereka menunduk lesu, memasang wajah hampa. Orang yang datang mendekati sel mereka, lalu berbicara dengan satunya.
"Hei apa sekarang sudah benar waktunya?"
"Sudah lakukan saja! Bukankah bos sudah memerintahkan kita? Ayo lakukan ini dengan cepat."
"Yasudah."

Laki-laki berjubah hitam membuka sel mereka dengan kunci, lantas meraih kerah baju Joey yang menatap mereka sejak tadi.
"Tatapannya berani sekali."
"Hahaha. Kalau begitu coba pukul saja."
"Ide bagus."

Plak! Plak! Plak!
Dengan keras tamparan berturut mengenai pipi Joey hingga berdarah. Ia tidak bergeming, ataupun melawan. Joey hanya menunduk, menghindari tatapan dari teman-temannya itu.
"Wah ini tidak buruk, kau harus mencobanya!" Kata orang itu.
"Oh ya? Kalau begitu aku juga mau coba. Yang mana ya? Ah, gadis ini terlihat baik. Apa kau bangsawan?"
Pria satunya menjambak rambut Merillia, membuatnya terangkat dari tanah. Ia mengangkat Merillia dengan tinggi, membuat anak itu kesakitan.
Sialan! Apa orang gila ini akan memukulku?

"Lepaskan aku!" Berontaknya.
"Kukira kau tidak bisa bicara seperti anak yang disana." Tunjuknya pada Joey yang masih menunduk.
"Rambutku sakit! Lepaskan!" Rintihnya.
"Mana mungkin, sekarang saatnya aku memukulmu!"
Dengan cepat tangan orang itu melayang, dihentikan oleh seorang lagi yang datang tergesa-gesa.

Hei cepat bawa anak-anak di sel itu! Bos sudah menunggu!" Katanya berteriak.
"Huh, yasudah. Kalian semua, keluar dari sini dan ikuti aku!" Katanya melepaskan merillia dengan kasar hingga terjungkal.
Meski ia komplotan para teroris, setidaknya aku harus berterima kasih karena membuatku tidak jadi dipukul. Nah sekarang, ayo kita mulai rencananya!
.
.
.
.

Dengan beriringan, Merillia dan anak-anak lainnya mengikuti kedua teroris itu. Dengan langkah yang pelan, ia melihat sekeliling. Terdapat beberapa jeruji lainnya tempat anak-anak lain terkurung. Ternyata bukan hanya ia dan beberapa anak saja yang diculik, melainkan banyak anak di ibu kota yang juga terlihat sudah lama disini.
Wah sepertinya skala bom yang akan mereka ledakkan memang sebesar itu. Sebelumnya aku hanya melihat kabarnya dari koran dan para pelayan, tapi siapa sangka anak-anak ini semua dipaksa untuk melakukannya. Ah, atau mungkin manipulasi?

Mereka berhenti di sebuah ruangan besar. Ruangan itu penuh dengan lentera di setiap pojoknya, terdapat banyak lagi teroris yang berkumpul dan diikuti anak-anak di jeruji lain. Tatapan mereka seolah telah kehilangan cahaya. Merillia hanya bisa diam menatap mereka.
Seorang dengan jubah hitam pekat bermotif muncul dari pintu utama diikuti dengan teroris lainnya. Ia berdiri di depan semuanya, dengan tangannya yang terbuka lebar seolah ialah sang raja disini.

"Meril, menunduk." Bisik Joey.
"Huh?"
"Cepat lakukan!"
Tanpa mendengar alasan, Merillia mengikuti perkataan Joey. Ia ikut menunduk seperti anak-anak lainnya.
Wah gila! Mereka benar-benar dimanipulasi! Jika dilihat lebih lanjut, anak-anak yang mereka culik bukanlah anak yang berada di keluarga lengkap atau kaya raya. Sebelumnya tidak pernah ditemukan kabar anak hilang di koran. Jika begitu, mereka pasti menculik anak-anak gelandangan. Lalu mereka memanipulasinya dengan dalih yang terlihat dapat menguntungkan anak-anak ini. Haha keren sekali, rasanya ini menepuk tangan!

"Pada hari ini, kita akan memulai perjalanan yang telah kita persiapkan selama ini. Hal yang sudah kita tunggu-tunggu! Karena hari ini, adalah hari balas dendam kalian pada manusia-manusia sampah di ibu kota yang tidak tahu nilai sejatinya diri kalian!"
Benar kan? Sudah kuduga! Mereka semua dimanipulasi. Untung saja Joey dan teman-temannya masih baik-baik saja. Setidaknya, masih ada yang bisa kuajak untuk bekerjasama.

"Ingatlah, kalian adalah anak-anak hebat yang mampu mengubah dunia! Sebagai imbalan karena kalian telah membantu kami, tentu saja kelompok kami akan membantu kalian semua menggapai mimpi. Sekarang, ikatkan mereka satu-persatu." Jelasnya. Dengan cepat anggota teroris mengikatkan bom di setiap anak.
Wah mereka berani sekali! Melihat dari bentuk bom, sepertinya itu bukan bom dari barat. Bom dari barat berbentuk bulat dan benda itu memiliki gagang untuk mengaktifkannya. Sedangkan ini berbentuk tabung? Apalagi di dalamnya terdapat air? Ah bukan, sepertinya itu cairan yang akan mengaktifkan bom, aku masih belum tahu bagaimana mengaktifkannya.

Merillia melirik Joey di sebelahnya yang berdiri menunduk. Ia menyenggolnya sedikit, anak itu menoleh.
"Hei, itu bom apa?"
"Entahlah. Aku juga tidak tahu."
"Apa sebelumnya mereka pernah memberitahu kalian?"
"Tidak ada."
"Begitu."
Hm, mereka tidak memberi tahu? Kalau begitu artinya itu adalah bom otomatis? Astaga, sepertinya aku sudah salah mengira! Dengan menyebarnya anak-anak yang menyembunyikan bom, seluruh penjuru ibu kota akan meledak. Tapi tentu saja itu tidak akan terjadi karena aku sudah mengulur waktu.

Wung! Wung! Wung!
Alarm berbunyi keras memekak ruangan. Semua orang menoleh satu sama lain, nampak waspada dengan apapun yang terjadi.
Sepertinya paman berhasil menemukan tempat ini dengan tepat waktu. Artinya usahaku tidak sia-sia.

Seorang berjubah hitam lain mendobrak pintu utama, lalu berteriak kencang.
"Ada penyusup!"

Once Again, I Will Protect My LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang