Bab 44 ; Merillia dan Kekaisaran Utara

414 28 0
                                    

Putri Sherria tersenyum dengan tangan yang memangku wajahnya. Meski wajahnya yang cantik itu nampak ramah, udara yang sangat dingin di Utara terasa sangat jelas dari tatapannya itu. Merillia duduk mematung, menunggu jawaban sang lawan bicara yang masih tersenyum.
Mmmmm.....
Dingin sekali... Aura sang putri sangat kuat. Aku tidak boleh lengah dengan setiap pertanyaan yang ia lontarkan padaku. Terlebih lagi.... Teman? Berteman dengannya? Aku tak bisa memikirkannya dengan baik. Memang benar tuan putri dikenal sebagai anak kesayangan dari tiga bersaudara keturunan kaisar Utara saat ini. Namun, setelah aku mengumumkan pertunanganku dengan Diva di kastel Novale, kudengar ia menghindar menampakkan wajahnya di pergaulan kelas atas. Bukankah sudah jelas pertemanan ini tidak normal?

"Saya... ingin mengenal tuan putri lebih dulu." Jawab Merillia singkat. Putri terkejut, lalu tersenyum sembari menuangkan teh.
"Apa yang ingin lady ketahui? Saya bukanlah anak yang nakal dan jahat kau tahu."
Merillia terdiam, mencerna perkataan barusan.
Aku tidak ada bilang ia anak yang nakal tadi? Mengapa ia seperti tersinggung?

"Maaf. Apa lady baik-baik saja?" Tanya putri.
"Oh, tidak. Saya tidak apa-apa."
Ini sangat tidak nyaman.

"Kalau begitu, bagaimana jika kita lebih mengenal satu sama lain dengan mengobrol? Saya suka bercengkrama dengan siapapun." Putri menutup matanya, seolah menanti jawaban yang ia inginkan.
"Boleh saja."
Putri tersenyum lagi, lalu beranjak.
"Bagaimana jika saya mengundang anda ke pesta teh saya? Saya berencana akan mengadakan pesta teh di istana. Lady bisa bertemu para bangsawan seumuran kita juga dan berkenalan satu sama lain." Katanya bersemangat.
"Kapan tuan putri ingin mengadakan pesta teh? Saya akan meluangkan waktu untuk anda jika saya masih berada di Utara."
"Oh astaga, lady tak perlu mengubah jadwal apapun lagi." Sahutnya tiba-tiba.
Merillia bingung, ia memiringkan kepalanya.
"Mengapa demikian?"
Putri tertawa dan berdiri heboh, wajahnya terlihat memendam suatu perasaan yang selalu ia simpan, namun saat ini ia seolah dapat melakukan sesuatu yang telah direncanakannya dengan rapi.
"Pesta tehnya itu, sekarang juga!" Katanya dengan kencang hingga membuat gema terdengar di rumah kaca itu.
Merillia mematung, ia menarik napasnya dengan sabar.
Tuan putri... sepertinya telah merencanakan ini untuk melakukan suatu hal padaku. Aku sudah masuk ke kandang lawan, jadi mari kita ikuti apa yang akan ia lakukan padaku.

"Saya senang sekali tuan putri mampu menyesuaikan jadwalnya dengan baik sehingga saya bisa ikut bergabung." Balas Merillia sambil melihat reaksi putri.

Tidak mungkin...
Putri Sherria tersenyum sambil tertawa bahagia, ia tak bisa membendung emosinya yang tengah bergejolak itu. Ia menarik Merillia untuk berdiri, lalu berdansa diantara tanaman musim dingin itu dengannya. Merillia mengikuti keinginan putri, sembari memperhatikan kaki sang putri yang terlihat melontarkan serangan dengan sepatu mewah itu padanya, Merillia menoleh ke arah depan, melihat pelayan mengantar beberapa anak bangsawan yang diundang oleh putri.
Ini waktunya berhenti.

"Tuan putri, tamu-tamu anda sudah tiba." Merillia mengingatkan. Putri menghentikan dansa mereka dengan tiba-tiba, membuat Merillia hampir tergelincir. Dengan cepat putri menegakkan badannya dengan tegap, membuat Merillia ikut memposisikan gerakannya dengan sama. Sepatu mewah itu berhasil menapakkan jejaknya pada lawan dansanya.
"Dansa lady sangat bagus. Saya menyukainya. Lain kali ayo kita berdansa lagi." Katanya dengan singkat lalu menghampiri para putri bangsawan yang baru saja datang.
Merillia merapikan gaunnya lalu menatap putri yang menjauh.
Ini pernyataan perangnya ya.
Kata-kata tadi itu artinya "aku berhasil menginjak kakimu, aku menyukai kemenanganku saat ini. Saat kita bertarung kembali aku akan selalu menang" begitu.
Fyuh, melelahkan. Ini sebabnya aku benci pesta teh.
.
.
.

"Perkenalkan teman-teman semuanya, ia adalah putri Merillia Bethovel, putri dari Duke Bethovel dari negara selatan." Putri Sherria memperkenalkan Merillia pada anak-anak bangsawan itu. Merillia menunduk, memberi salam. "Salam kenal para lady, saya Merillia Bethovel dari kerajaan selatan. Senang bertemu dengan kalian semua."
Tidak ada jawaban dari siapapun. Hanya terdengar suara angin di luar yang berhembus kencang. Beberapa semak terdengar berisik, seolah menjawab pernyataan Merillia.
"Mari duduk." Katanya berbalik.

Dengan dua kata tegas itu, para lady dengan bergegas mencari posisi tempat duduk yang mereka inginkan. Merillia duduk, ia memilih posisi berhadapan dengan tuan putri. Dengan perlahan ia duduk, menatap sekeliling yang memberi tatapan tajam.
Ini sudah biasa.

"Lady dari selatan itu, mengambil posisi tempat duduk lady Viscount Calverra." Bisik salah satunya.
Astaga, jika kalian memang sengaja agar aku mendengarnya, tidak perlu sembunyi-sembunyi seperti itu bicaranya.

Merillia menoleh ke belakang, melihat seorang gadis seumurannya yang masih berdiri karena tidak mendapat tempat duduk. Wajahnya yang cantik itu menjadi menyeramkan melihat caranya memendam emosi. Poni pirangnya itu berhasil menutupi sebagian wajahnya.
Begitu, jadi tempat duduk ini dibuat sengaja kekurangan kursi. Apa mereka ingin aku mengalah?

"Astaga, tuan putri. Sepertinya lady Calverra belum mendapat tempat duduk." Kata satu anak sambil menyembunyikan tawa.
"Oh benar juga." Sahut putri Sherria. "Kalau begitu lady Calverra, apa anda membawa undangan yang saya berikan?"
"Eh? Oh, tidak. Saya meninggalkannya di meja kamar saya."
"Baiklah. Karena lady tidak membawa undangannya, saya anggap kalau saya tidak pernah mengundang lady. Sekarang, tolong pergi dari sini." Ucapnya tersenyum.

Merillia mematung, cangkir teh di hadapannya yang terlihat tenang itu seolah mengekspresikan tempat yang ia datangi ini. Datar, dingin, dan tidak adanya kehormatan.
Lady Calverra menarik napasnya, lalu maju menghadap tuan putri, badannya itu berdekatan dengan Merillia yang masih duduk. Ia menunduk, lalu mengangkat wajahnya. Emosi berupa dengki dapat dirasakan oleh Merillia yang duduk di dekat orang itu, emosi yang berusaha dibungkus sedemikian rupa, kini meletup karena pembungkus yang digunakan tidak mampu menampung gejolak yang terus meluap.
"Saya... akan pergi. Saya pamit." Katanya berbalik.

Derik kursi yang terkena gesekan lantai terdengar lantang, diikuti langkah lari kecil sepatu perempuan yang menggema.
Bruk!
"Tunggu!" Katanya.
Lady Calverra menoleh, menatap tuan putri yang kini memegang erat tangan kanannya, seperti berusaha menghentikannya agar tidak pergi.
Sementara itu, seseorang tengah merasakan rasa sengatan panas pada kulitnya. Ia mengelap sedikit demi sedikit pakaiannya yang terkena teh panas, lalu memandang putri dengan wajah yang datar, dengan rasa kecewa yang menerobos lewat sorot mata itu. Merillia terus menatap tuan putri, mengabaikan luka bakar di tangannya. Para lady lainnya terkejut bukan main, mereka masih mampu untuk tetap menutup mulut agar tidak membuat keributan, namun ekspresi wajah mereka tak dapat disembunyikan dari balik jemari ataupun kipas tangan.

"Sherria! Apa yang baru saja kau lakukan?!"

Author Note:
Terima kasih sudah membaca Once Again, I Will Protect My Land sampai sejauh ini🩷
Aku Yuor, sedang sibuk mempersiapkan ujian akhir kelulusan tahun depan sebagai siswa yang telah belajar hampir 12 tahun. Tak terasa sudah banyak yang sudah kulakukan, salah satunya adalah menulis cerita ini. Dimulai dari mendengar sebuah lagu, lalu terhempas sebuah ide cerita ini begitu saja dan aku ingin membagikan isi imajinasiku kepada orang-orang di dunia.
Tak lama season 1 akan segera berakhir, season 2 akan kulanjutkan kembali (dan atau mungkin membuat sebuah cerita baru) setelah berhasil lulus dan mendapatkan perguruan tinggi yang kumimpikan. Terima kasih semuanya atas dukungannya untuk tahun ini🌻🪸

Once Again, I Will Protect My LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang