Part 18

131 11 7
                                    

Waktu berlalu begitu cepatnya, dan Jennie merasa jika semua alibi yang ingin ia berikan pada kedua orangtuanya sudah tak berlaku lagi. Maka Jennie memilih untuk kembali pulang ke rumah, dan tak menemukan siapapun saat itu. Tentu saja karena Jimin pasti masih berada di kantornya saat ini.

Jam makan siang sebentar lagi akan datang. Jadi Jennie memilih untuk menyiapkan bekal bagi Jimin tanpa memberitahu pria itu lebih dulu. Mungkin, sebuah kejutan untuknya? Untuk alasan karena hingga saat ini Jimin menuruti kemauan Jennie untuk tidur bersama dengan Mina? Astaga, orang-orang akan menjulukinya sebagai wanita gila jika mereka tahu Jennie membiarkan suaminya untuk tidur bersama dengan wanita lain--terlebih wanita itu adalah mantan kekasih suaminya.

Tapi saat ini, Jennie tak ingin memikirkan apapun. Bahkan sudah melupakan fakta jika Jimin pernah berselingkuh dengan Mina di belakangnya. Saat ini, Jennie ingin mengesampingkan semua rasa sakit hatinya, agar anak yang selama ini sudah ia impikan bisa berada dalam pelukannya. Tentang keluarga mereka nantinya, Jennie sudah menyiapkan banyak alasan untuk ia berikan nantinya pada mereka--intinya, Jennie sudah menyiapkan semua ini dengan matang jauh-jauh hari.

Bekal yang Jennie siapkan sudah berada di tangannya, sementara perjalanan menuju kantor milik Jimin tak memakan waktu yang banyak. Dan seperti biasanya, para karyawan lain tentu sudah mengenalinya dan bahkan membungkuk hormat padanya.

Senyuman yang sempat Jennie tampakkan di wajahnya perlahan menyamar begitu saja ketika ia membuka pintu ruangan milik Jimin. Berpikir ketika ia memberikan Jimin kejutan dengan datang menemuinya bisa membuat pria itu tersenyum. Namun agaknya, saat ini Jennie yang mendapatkan kejutan dengan melihat kehadiran Mina bersama dengan Jimin.

Dan tentu saja, kehadiran Jennie yang tak pernah mereka kira membuat Jimin dan Mina terkejut--Mina bahkan dengan cepat beranjak turun dari atas meja kerja milik Jimin dan mendorong pria itu menjauh sembari memperbaiki penampilannya.

"M-Maafkan aku, Jennie. Aku tak tahu jika kau akan datang kemari." Ucap Mina, menjadi orang yang pertama berbicara di suasana mereka yang sangat canggung saat ini.

Namun Jennie hanya menggeleng, kembali menarik senyumnya walau hanya segaris. "Tak apa. Aku yang bersalah di sini karena tak memberitahu sebelum datang kemari."

"T-Tidak. Kau tak perlu minta maaf. Baiklah, kurasa aku harus pergi sekarang. Kalian bisa habiskan waktu bersama kalau begitu."

Mina dengan cepat pergi berlalu, meninggalkan Jimin dan Jennie saat itu di ruangan.

Tahu jika suasana menjadi canggung, Jennie menjadi orang pertama yang mendekat pada Jimin dan memeluk pria itu setelahnya. Sementara Jimin tentu saja terkejut dengan pelukan itu, sebelum akhirnya membalas pelukan Jennie dan Jennie pula yang menjadi yang pertama merenggangkan pelukan keduanya.

"Aku merindukanmu, Jimin."

"Huh?" Lagi, Jimin dibuat terkejut dengan ucapan Jennie.

Sementara Jennie tak bisa menahan senyumnya ketika melihat wajah Jimin yang terkejut seperti ini. Begitu menggemaskan, dan Jennie jujur saja begitu merindukannya. Merindukan kebersamaannya bersama dengan Jimin pula seperti saat ini.

"Makan siangmu sudah aku bawakan." Ucap Jennie, kini beranjak menjauh dan duduk pada sofa yang berada di ruangan milik Jimin pula. "Kemarilah. Aku membawakan banyak makanan kesukaanmu." Lanjutnya kembali, sembari mulai membuka kotak bekal yang ia bawa sebelumnya.

"Jennie, kau baik-baik saja?" Tanya Jimin, setelah akhirnya ia mendekat dan mengambil sisi kosong di samping Jennie.

Kening Jennie berkerut tentu saja akan pertanyaan itu. "Apa maksudmu? Aku baik-baik saja."

it hurts ❌ jenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang