Part 20

119 9 6
                                    

Jennie tak bisa menyembunyikan kebahagiannya saat itu ketika menatap pada test-pack yang Mina perlihatkan padanya. Sementara Mina dan Jimin yang melihat bagaimana bahagianya Jennie saat itu hanya menarik senyumnya, ikut berbahagia akan apa yang Jennie rasakan saat ini.

"Mina, kau tak sedang bercanda, bukan? Kau sungguh sedang mengandung saat ini?"

Mina mengangguk menjawabnya.

Dan Jennie kembali mendekat pada Mina, memeluk wanita itu setelahnya. Sementara Mina hanya membalas pelukan itu.

"Terima kasih, Mina. Kau hanya tak tahu seberapa besar kau sangat membantu untukku saat ini. Terima kasih banyak."

Jennie melepaskan pelukannya lebih dulu. Dan Mina cukup terkejut sebenarnya dengan Jennie yang sempat menjatuhkan air matanya.

"Hey, kenapa kau menangis?"

Mina menghapus air mata Jennie saat itu. Dan Jennie hanya tertawa pelan karena menyadarinya dan menggeleng.

"Aku terlalu bahagia saat ini. Ini tangisan bahagia."

Jennie berjalan mendekat pada Jimin, memperlihatkan test-pack di tangannya ke hadapan Jimin. "Lihat ini. Sebentar lagi kita akan bertemu dengan bayi kita."

Jimin mengangguk, mengambil alih test-pack di tangan Jennie. Tentu saja, ada rasa bahagia di dalam diri Jimin. Menantikan seorang anak yang sudah diidamkannya. Tapi tetap saja, anak itu harus terlahir dari rahim wanita lain dan bukan Jennie. Namun Jimin menahan semua itu, apalagi melihat bagaimana wajah Jennie yang begitu bahagia.

"Kau akan menjadi ayah, Jimin."

Jimin mengelus kepala Jennie. "Dan kau akan menjadi seorang ibu. Selamat untukmu, sayang."  Ucapnya, mengecup kening Jennie sejenak.

"Sekali lagi, terima kasih, Mina."

Mina menggeleng, "tidak. Jangan terus katakan hal itu. Aku tak banyak melakukan apapun di sini."

Jennie menggeleng--menyanggah ucapan Mina. "Tidak. Kau sama sekali tak tahu seberapa besar peranmu dalam keluarga kami."

Mina akhirnya menyerah, menarik senyumnya setelahnya. "Baiklah. Dan sebagai gantinya, aku akan menjaga bayi ini dengan baik selama dia berada dalam kandunganku. Aku pasti akan memberikan bayi ini kembali pada ibunya."

.

.

"Bagaimana menurutmu?"

Jimin mendekat pada Jennie saat itu, sembari pandangannya mengelilingi sebelum kembali menatap pada Jennie.

"Apa ini semua tak terlalu berlebihan?" Tanya Jimin, menatap pada apartemen yang baru saja Jennie beli untuk Mina tinggali selama ia mengandung.

"Ada apa? Apa masih kurang?"

"Bukan begitu. Kenapa kau harus membelikannya sebuah apartemen?"

"Aku tak bisa membiarkannya sendiri sementara dia telah mengorbankan kehidupannya untuk mengandung anak kita. Jadi aku membelikannya apartemen ini agar kita bisa terus memantau bagaimana keadaannya..."

Jennie sempat menjeda kalimatnya, sebelum bertemu tatap dengan Jimin yang juga menatapnya.

"....dan juga, tentang keluarga kita. Aku hanya masih belum ingin jika mereka tahu tentang apa yang sedang kita lakukan saat ini. Aku juga masih takut membayangkan jika mereka mengetahui tentang ini."

Jimin tak lagi menyanggah saat itu dan berhela, memahami Jennie dan hanya mengangguk setelahnya. "Baiklah. Kau bisa lakukan apapun yang menurutmu terbaik. Kau tahu jika aku selalu berada di sisimu, bukan?"

it hurts ❌ jenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang