Part 5

424 42 20
                                    

Raut wajah kebahagiaan sama sekali tak bisa Jennie sembunyikan, mengingat jika ia akan memberikan sebuah kejutan bagi Jimin. Karena hari ini, ia memilih untuk pulang lebih cepat dari apa yang sudah ia rencanakan. Membayangkan bagaimana wajah terkejut Jimin ketika mengetahui jika ia pulang lebih cepat. Lagipula, segala urusannya di Inggris ini sudah selesai ia lakukan, dan tak ada alasan lain baginya untuk tetap berada di sana.

Tapi, bukan hanya hal itu saja yang membuat akhirnya memilih untuk kembali dengan cepat. Kejutan lainnya yang pastinya akan membuat Jimin bahagia.

Pandangan Jennie saat itu mengelilingi, berusaha mencari sosok sang suami yang sudah ia beritahu jika dirinya sudah kembali. Jennie ingin sekali melihat wajah Jimin ketika membaca pesannya itu. Sengaja sekali tak mengatakan apapun dan bahkan mengabaikan pesan Jimin beberapa hari yang lalu.

Dan senyumnya semakin melebar, ketika sosok yang telah ia tunggu kini sudah dalam pandangannya. Jennie tak sempat untuk menambah langkahnya, ketika melihat Jimin sudah berlari mendekat padanya dan memeluknya begitu saja. Ia bahkan memekik ketika tubuhnya dengan mudah diangkat oleh pria itu--ya, kalian bisa membayangkan hal ini pada drama atau film yang sering kalian lihat.

"Astaga, Park Jennie. Aku benar-benar sangat merindukanmu."

"Jimin, turunkan aku. Aku tahu jika kau merindukanku."

Jimin menurutinya, dan setelahnya menangkup wajah Jennie untuk mengecup bibir wanita itu. Memberikan kecupan lainnya di wajah Jennie dan membuat Jennie tentu saja tertawa akan apa yang Jimin lakukan.

"Kau keterlaluan padaku. Kukira aku melakukan kesalahan sehingga kau tak membalas pesanku. Kau benar-benar..."

Jennie kembali hanya tertawa mendengarnya, "maafkan aku. Aku hanya ingin memberikan kejutan untukmu."

"Ck, setidaknya katakan padaku jika kau ingin kembali. Aku bahkan tak menyiapkan apapun untuk menyambutmu."

Jennie menggeleng, "tak apa. Lagipula, aku tak butuh apapun. Sudahlah, ayo kita pulang. Aku rindu pula dengan appa dan eomma. Dan juga, aku rindu dengan masakan ibumu."

"Ibumu benar-benar akan cemburu nanti jika kau terus mengatakan hal itu."

"Biarkan saja. Lagipula, itu benar. Masakan ibumu adalah masakan terenak yang pernah ku makan di dunia ini."

Jimin tak lagi membalasnya, mengambil alih semua barang milik Jennie dan wanita itu yang memilih untuk merangkul lengannya. Berjalan beriringan dengan senyum keduanya, banyak bercerita hal lain yang semakin membuat orang-orang disekitar mereka tentu begitu memuji bagaimana sempurnanya pasangan itu di mata mereka.

.

.

"Maaf. Tapi, apa aku boleh berbicara?"

Pembicaraan para tetua saat itu harus terhenti, menatap pada Jennie yang mengangkat satu tangannya--sudah seperti seorang siswa yang ingin mengajukan sebuah pertanyaan, dan hal itu tak luput membuat mereka menampakkan senyum karena terlalu gemas dengan apa yang Jennie lakukan.

"Apa yang ingin kau katakan, nak?" Ibu Jimin bersuara, mewakili tetua yang juga penasaran dengan apa yang akan Jennie katakan.

Jennie di sana pun sebenarnya agak gugup. Namun, ini berita bahagia. Dan tak baik baginya jika ia memendam sendirian.

Lalu, pandangannya beralih pada Jimin. Yang mengangkat satu alisnya seolah ikut penasaran pula dengan apa yang Jennie katakan. Sebelum kembali menatap pada semua orang yang berada di meja makan dimana mereka semua tengah menyantap makan siang mereka.

"Aku dan Jimin harus pergi saat ini."

Ucapan itu tentunya membuat mereka semua tampak bingung.

"Pergi? Apa maksudmu, Jennie?"

it hurts ❌ jenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang