Part 23

107 9 0
                                    

Ny. Noh hanya menatap bingung pada sebuah gedung apartemen yang letaknya cukup jauh dari kota, dan menjadi tempat dimana Jimin dan Jennie tuju yang bahkan dirinya pun sendiri kurang familiar dengan lingkungan dimana dirinya berada saat ini. Niatnya yang ingin menjenguk putra dan menantunya yang tengah mengandung itu tercegah begitu saja ketika menyadari arah keduanya pergi yang sama sekali tak familiar baginya.

Dirinya bahkan sempat dicegah oleh salah satu penjaga gedung apartemen yang berada di sana--mungkin melihat wajahnya yang memang asing dan jarang terlihat berkunjung ke gedung apartemen ini.

"Maafkan aku. Tapi aku sungguh ingin sekali bertemu dengan putriku. Aku sudah lama tak bertemu dengannya dan ingin memberinya kejutan saat ini. Apa itu masih tak bisa?"

Dan dengan banyaknya alasan yang harus ia keluarkan, Ny. Noh pun akhirnya diperbolehkan untuk masuk. Memang, beberapa gedung apartemen banyak yang menerapkan peraturan yang cukup ketat. Namun dirinya tak pernah menemukan gedung apartemen yang begitu menerapkan peraturan mereka dengan sangat ketat seperti ini.

Ny. Noh masih begitu penasaran, walaupun dirinya saat ini tak tahu harus pergi kemana untuk menemukan Jimin dan Jennie yang datang ke gedung apartemen asing ini. Entahlah, dirinya bahkan tak menelpon Jimin atau Jennie untuk memberitahunya dimana keberadaan keduanya. Ia hanya merasakan dan menangkap sesuatu yang aneh dari keduanya. Ny. Noh pun tak tahu mengapa ia memikirkan jika keduanya tengah mencoba untuk menyembunyikan sesuatu darinya.

Dan selama beberapa menit hanya diam menatap pada tombol lantai setelah masuk ke dalam elevator, Ny. Noh akhirnya memilih untuk menekan satu tombol yang bertuliskan angka 10. Menunggu dengan sabar elevator yang ia naiki untuk membawanya menuju lantai dimana ia tuju.

Langkahnya perlahan keluar dari elevator ketika Ny. Noh sudah sampai pada lantai 10. Melirik ke arah kanan dan kirinya yang cukup sepi. Dan hanya menghela nafasnya karena merasa dirinya tak masuk akal sampai berpikir jika Jimin dan Jennie menyembunyikan sesuatu padanya.

Ny. Noh memilih untuk mengambil ponselnya dan mencoba untuk menelpon Jimin. Sembari langkahnya berbalik dan memilih untuk pergi.

Namun langkah yang mendekat serta begitu terburu bisa di dengarnya dan membuat pandangan Ny. Noh beralih.

Rasa terkejut itu tak bisa Ny. Noh sembunyikan. Sama halnya dengan Mina yang menghentikan langkahnya begitu saja ketika pandangannya bertemu dengan Ny. Noh.

"Yoo Mina..."

Gumaman dari Ny. Noh nyatanya masih bisa terdengar oleh Mina. Dan rasa ketakutannya seakan semakin bertambah ketika menyadari pandangan Ny. Noh kini tertuju pada perutnya--dengan cepat memeluk perutnya sendiri untuk setidaknya menyembunyikannya dari pandangan Ny. Noh, sekaligus untuk melindungi janin yang tengah ia kandung saat ini.

"Apa yang....dan...."

Langkah lain yang mendekat saat itu kembali mengalihkan pandangan Ny. Noh. Dan terkejut dengan kedatangan Jimin dan Jennie--sama halnya dengan keduanya yang cukup terkejut ketika melihat Ny. Noh yang entah mengapa mengetahui keberadaan tempat ini.

"A-Apa yang kalian berdua lakukan di sini?"

Pertanyaan dari Ny. Noh sama sekali tak bisa Jimin maupun Jennie jawab saat itu. Masih sedikit terkejut dengan keberadaan Ny. Noh. Sementara Jennie tak sadar semakin mendekat pada Jimin, menggengam satu tangannya dengan erat ketika memikirkan kebohongan yang selama ini akhirnya diketahui. Dan membayangkan bagaimana ia akan dibenci dan dipisahkan oleh Jimin semakin menambah ketakutannya saat itu.

Dan Jimin yang seolah menyadari ketakutan Jennie membalas genggaman Jennie padanya

"E-Eomma, tunggu sebentar. Aku bisa jelaskan semuanya." Ucap Jimin akhirnya untuk menjawab Ibunya tadi.

Jimin tak sempat untuk melanjutkan ucapannya, melihat Mina yang mencoba untuk melewati Ibunya saat itu untuk berlari menuju elevator dan kembali kabur dari keduanya.

Namun Ny. Noh dengan cepat menahannya, menarik Mina untuk menatap padanya. "Apa yang terjadi padamu?"

"Lepaskan aku! Aku tak akan memberikan bayi ini pada siapapun karena bayi ini milikku!!"

Mina masih berusaha untuk melepaskan dirinya, dan Ny. Noh yang seakan tak membiarkan pergi begitu saja dan membutuhkan sebuah penjelasan.

"Lepaskan aku!!"

Kejadian itu begitu cepat terjadi. Ketika Mina akhirnya bisa melepaskan dirinya dari Ny. Noh, dan tubuhnya yang limbung dan terjatuh begitu saja dengan ringisan serta tangisnya yang ia keluarkan sembari memegangi perutnya.

.

.

Jennie masih tak bisa untuk mengangkat pandangannya dan menatap pada kedua orangtuanya maupun orangtua Jimin setelah kebenaran yang selama ini berusaha ia tutupi telah terbongkar dan diketahui mereka.

Tak ada pembelaan apapun darinya karena Jennie pun sadar dengan perbuatannya sendiri. Sementara Jimin tak beranjak sama sekali dari sisinya, terus menggengam satu tangannya untuk menguatkan Jennie. Jimin pun tentu ingat jika semua kejadian ini berawal dari dirinya yang masih belum bisa berdamai dengan masa lalunya sehingga harus menyakiti dengan Jennie dengan berselingkuh dengan Mina.

"Kenapa masalah sebesar ini sama sekali tak kalian katakan pada kami semua, nak?"

Jennie hanya semakin merunduk saat itu ketika mendengar ucapan dari Ibunya. Tentu Ibunya sangat marah dan kecewa dengan apa yang ia perbuat.

"Maaf..." Gumam Jennie. "Maafkan aku..." Ucapnya kembali. Tak tahu ucapan apalagi yang bisa ia katakan untuk membela dirinya.

"Tolong jangan menyalahkan Jennie. Semua ini berawal dariku. Jika Jennie tak mengalami kecelakannya saat itu, mungkin semua ini akan berbeda. Jennie hanya berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi keluarga kita semua."

"Dengan menjadikan Mina sebagai ibu pengganti? Orang ketiga dalam rumah tangga kalian?"

Jimin mengalihkan pandangannya menatap pada Ibunya. "Eomma, untuk situasi kami, Mina adalah orang yang tepat saat itu."

"Dan kau lihat sendiri bagaimana akhirnya saat ini. Kau bilang dia akan berusaha untuk berubah? Nyatanya dia masih memiliki keinginan untuk bersamamu dan ingin membawa bayi kalian pergi tadi."

Jimin tak melawan Ibunya saat itu. Ucapan Ibunya benar tentu saja, karena tak ada satupun dari rencananya dan Jennie yang berakhir dengan baik.

Ruang tunggu saat itu hanya diisi oleh keheningan di antara mereka semua. Situasi yang sangat tak baik saat ini seolah membuat mereka tak berani untuk berbicara atau memulai sebuah pembicaraan.

"Wali dari pasien Yoo Mina?"

Ucapan dari salah satu perawat yang mendekat pada mereka saat itu membuat pandangan mereka beralih.

"Ada apa dengannya?" Ny. Noh menjadi orang pertama yang berbicara.

"Maaf sebelumnya, Nyonya. Tapi saya tak bisa mengatakan apapun karena perlu berbicara dengan wali dari pasien."

"Ck, katakan saja apa yang terjadi padanya. Keadaannya sangat penting untuk semua orang yang ada di sini."

Tn. Noh berusaha untuk menenangkan istrinya saat itu dengan merangkul pundaknya. "Tenangkan dirimu, hmm?" Ucapnya. Dan Ny. Noh yang mendengarkannya hanya berhela setelahnya.

Perawat itu hanya berhela, memilih untuk melanjutkan ucapannya. "Kami akan melakukan operasi pada pasien secepatnya karena kondisi pasien yang tak memungkinkan untuk melahirkan secara normal. Jadi kami meminta persetujuan pada wali pasien untuk melanjutkan prosedur lainnya."

Jimin dengan cepat menatap pada Jennie saat itu ketika mendengarnya--menggenggam kedua tangannya.

"Jennie..."

"Jimin, apa bayinya akan segera datang?"

Jimin mengangguk dengan menarik senyumnya. "Ya, bayinya akan segera datang. Jadi, bagaimana?"

Jennie mengangguk dengan cepat menjawabnya. "Aku ingin segera bertemu dengan bayinya."

Mendengar hal itu membuat pandangan Jimin beralih, menatap pada perawat yang masih berdiri di tempatnya untuk menunggu jawaban.

"Tolong lakukan operasinya dengan baik."





--To Be Continued--

it hurts ❌ jenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang